"Asami datang hari itu untuk menjenguk, dia pelakunya." Tanpa ampun Maeko memojokkan Si Kucir Dua. "Benar bukan?" Lanjutnya sambil menyenggol lengan gadis manis pemilik Sato's Bakery.
Asami terlonjak, ia yang sebelumnya sibuk menghitung dan memindahkan angka-angka, kehabisan fokus dengan begitu cepat. "Eh, bukan begitu." Ia melambaikan tangan ke kanan dan kiri sebelum memberi pembelaan. "Aku hanya ingin menjenguk Kazuhiko, aku tidak berniat melapor kalau Kazuhiko membolos." Semburat merah muncul di kedua pipinya dan tidak lama kemudian ia menggeleng sambil menutup wajah.
Harus kuakui, tingkah Asami benar-benar manis, seperti kue, roti, dan gula-gula dalam tokonya. Meski jelas segala kenikmatan itu bukan untukku. Apapun itu, kini misteri di balik bocornya tindak tercela Si Jangkung--membolos--resmi terpecahkan.
Bicara tentang Kazuhiko, kekacuan akibat hilangnya ia telah usai dan seperti prediksiku, tidak ada yang memarahi, membentak, apalagi memukuli Si Jangkung. Nyatanya, Paman dan Bibi Ito memilih menyambut dengan tangis dan pelukan alih-alih ceramah serta petuah panjang. Mereka jelas sangat menyayangi putranya hingga keanehan serta kesalahan Kazuhiko tidak lagi dipermasalahkan.
Namun yang lebih mengharukan dari drama hilangnya Kazuhiko adalah, permintaan maaf Nenek Yadori. Benar, wanita tua itu turut serta mengantar Si Jangkung pulang, ia menunggu tangis keluarga Ito mereda sebelum meminta maaf atas keteledoran pegawai-pegawainya. Sesuatu dan seseorang yang menyebabkan Kazuhiko terkunci semalaman di ruang staff.
Paman Ito nampak sedikit garang saat itu, alisnya bertautan dan bibirnya menipis tidak sedap. Seolah ia siap menerkam atau menelan Nenek Yadori bulat-bulat. Aku dan Maeko yang mendampingi Nenek Yadori hampir menarik mundur wanita tua itu, takut-takut Paman Ito melakukan tindak kekerasan. Namun tidak disangka, Kazuhiko mengambil alih keadaan dengan satu-dua kebohongan. Si Jangkung itu dengan mantap mengatakan bahwa ia sengaja bersembunyi dalam ruang staff, guna menenangkan diri pasca pertengkaran dan tekanan dari Bibi Ito.
Jujur saja, Si Jangkung itu terlihat sedikit keren saat menyelamatkan Kedai Yadori dari kejengkelan serta kemarahan orangtunya. Seperti kebodohan yang mengakar dalam tubuhnya sedikit terangkat dan menguap sebagian. Meski tidak bertahan lama dan, saat ini ia telah kembali ke keadaan semula.
"Sudah selesai mengerjakan soal tahun lalu?" Ucapku sambil menepuk pundak Kazuhiko. Semoga ia menyadari sindiranku dan mengerti bahwa ujian sudah di depan mata, serta kenyataan bahwa soal-soal di hadapannya jauh lebih penting untuk dijamah daripada obrolan-obrolan.
Si Jangkung menoleh ke belakang, lantas menatapku yang terduduk tenang di atas ranjang dengan keheranan. "Kamu juga seharusnya ikut belajar, bukan?" Aku menggeleng lantas mengedik sebelum merebahkan diri. "Kamu tetap harus belajar meski sudah pintar!" Kazuhiko melanjutkan. Ucapannya benar, tapi tidak bisa dipraktekkan, sebab kolaborasi antara keberadaan Kazuhiko dan eksistensi Asami lebih dari cukup untuk memaksaku berperan sebagai guru les sementara.
"Ini tidak begitu sulit." Maeko mengutarakan pendapat sambil memainkan ponsel. Soal ujian tahun kemarin telah ia selesaikan lima belas menit lalu dan aku secara eksklusif melarangnya membantu Asami-Kazuhiko demi kebaikan bersama--mengingat ia semakin agresif akhir-akhir ini.
"Ya, ya, mudah sekali." Kazuhiko mengejek dirinya sendiri. Ia memang sudah jauh lebih baik sejak aku memberi pelatihan matematika intensif dan mengalah menuruti permintaannya--membantu menjelaskan pelajaran lain. Nilainya jelas akan meningkat satu-dua poin, meski tetap tertinggal jauh dari Maeko.
"Sudah kerjakan saja." Gumamku setengah jengkel sebab sejak tadi Kazuhiko lebih banyak bicara dan bercanda daripada mengerjakan. Padahal ia yang mempelopori agenda belajar bersama.
"Ryu." Asami angkat bicara sambil mengangkat tangan. Ia mengajukan pertanyaan setelahnya dan aku bangkit untuk menjawab dan menjelaskan.
Kazuhiko bergeser, ia mendekat dan--sepertinya--berusaha turut menyimak. Beberapa kali kepalanya mengangguk setelah jawaban dilontarkan dengan sesederhana mungkin. Sementara jemarinya sibuk memutar-putar pensil, seperti memberi tanda bahwa ia bosan dan tidak menikmati proses pembelajaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Komorebi
Teen FictionMasing-masing dari kita adalah cahaya yang lolos dari sela-sela dedaunan. Lembut dan hangat, memeluk tiap-tiap emosi yang ditumpahkan dengan membabi-buta. Lantas, siapa yang lebih terang? Omongan orang-orang, impian yang dipaksakan, mereka yang dipe...