5

42 2 0
                                    

Daejung POV

  Apa ini ? kenapa jantungku berdegup kencang saat melihat Chaca tersenyum ? Apakah aku sudah bisa membuka hati untuk orang lain setelah sekian lama hanya terpacu pada Putri ? Ya mungkin tuhan telah mentakdirkan Chaca sebagai penggantinya. Mungkin saja. Setelah Hyejung menarik tangan Chaca yang aku yakini pasti kearah kolam renang pribadi kami, akupun berjalan menuju ruang kerjaku yang ada dilantai 3 dan tepat didepan kamar Hyejung.

  Dilantai 3 ini hanya khusus untuk kamarku, kamar Hyejung, ruang kerjaku, perpustakaan pribadi milikku, dan 2 kamar tamu. Sedangkan yang ada dilantai 2 ada 3 kamar untuk para pelayan wanita, dan juga 1 kamar untuk pengasuh Hyejung. Serta perpustakaan pribadi milik Hyejung, ruang bermain Hyejung, dan juga 1 ruangan yang khusus hanya untuk gaun, mahkota, serta sepatu milik Hyejung. Karena lemari yang ada dikamar Hyejung hanya terisi oleh baju tidur, dan baju kasualnya saja. Dan di lantai 1 ada 3 kamar tamu, dapur, ruang keluarga yang dipakai hanya ketika keluarga besarku datang, ruang TV, dan juga ruang makan. Di samping rumahku, aku membuat tempat pacuan kuda dan tempat berlatih untuk memanah. Sedangkan dibelakang rumahku, ada sebuah kolam renang pribadi yang berada tepat disamping taman dan juga rumah harimauku.

  Aku membuat rumah sebesar ini bukan untuk berfoya-foya. Tapi ini adalah salah satu permintaan Hyejung pada Appa kami yang tidak pernah disetujui oleh Appaku. Entahlah dia masih bisa disebut Appa atau tidak. Hyejung berkata, dia menginginkan rumah seperti istana kerajaan dongeng dengan pacuan kuda seperti Putri Merida dan peliharaan harimau seperti Putri Jasmine.

  Sesampainya diruang kerja, akupun langsung membuka laptopku dan mengerjakan pekerjaan kantor yang kubawa kerumah semalam. Kantorku bernama Min Company. Karena ibuku berasal dari keluarga bermarga Min. Tapi sekarang aku sedang mengurus perubahan namanya untuk menjadi Lai Company. Agar sesuai dengan marga yang tercantum pada diriku. Setelah beberapa lama aku mengerjakan dokumen penting yang berada didepanku ini, akupun berjalan turun kearah kolam renang. Karena aku ingin melihat kinerja Chaca dalam mengajar.

  Saat aku sampai dikolam renang, aku melihat mereka sedang duduk dipinggir kolam renang dan sepertinya tidak menyadari keberadaanku. Akupun berjalan semakin mendekat. Dan sekarang aku bisa mendengarkan apa yang mereka bicarakan. Astaga, ternyata mereka sedang membicarakanku perihal perasaanku pada Putri.

"Apa yang sedang kalian bicarakan ?" ucapku dengan nada dingin.

Sebenarnya tanpa diberitahu pun aku tau apa yang mereka bicarakan. Hanya saja aku ingin menanyakannya langsung. Dan bisa kulihat tubuh Chaca yang mulai menegang akibat suaraku. Mereka berdua pun langsung mengambil posisi berdiri sambil menunduk.

"a-aniyo oppa. Nothing else we talking about." jawab Hyejung dengan gugup dan mencoba untuk menatapku.

Aku memang mengajarkan bahasa inggris padanya sejak dini. Agar dia terbiasa jika kami sedang berlibur ke luar negri.

"Seriously ? Are you try to lie Hyejung-ah ? i knew it what you all talking about." jawabku sambil tersenyum pada Hyejung.

"i'm so sorry oppa." ucap Hyejung dengan suara yang sangat kecil lalu kembali menunduk.

Akupun berjalan kearahnya seraya berlutut untuk menyamakan tinggiku dengannya.

"Nee, gwaenchana. But don't do it again okay ?" ucapku sambil mengacak-ngacak rambut Hyejung.

"Nee oppa. I promise." jawabnya seraya menaikan jari kelingkingnya.

"Oke, kau bisa pergi sekarang. Bersihkan dirimu setelah itu beristirahatlah." ucapku pada Hyejung yang dijawab dengan anggukan lalu pergi meninggalkanku dengan Chaca.

Setelah Hyejung pergi, akupun menoleh kearah Chaca. Aku bisa melihat bahwa sekarang dia teramat sangat gugup dan juga sepertinya mungkin takut (?)

"So, apa yang ingin kau jelaskan padaku Chaca-ssi." ujarku padanya dengan nada yang dingin.

"Mi-mianhae, aku tidak bermaksud untuk membicarakanmu. Ta-tadi Hyejung bertanya padaku tentang Putri, la-lalu akhirnya kami pun tanpa sadar malah me-membicarakanmu." jawab Chaca terbata-bata sambil meremas ujung rok baju renangnya.

"Looking into My eyes Chaca-ssi if you talking with me."

"ak-aku ti-tidak bi-bisa." jawabnya yang semakin terbata.

"wae ? waeyo ?" sahutku masih dengan nada dinginku.

"i-itu ka-karena."

"karena ?" tanyaku. Dia pun semakin meremas ujung rok baju renangnya.

"AkuTidakBisaKarenaJikaAkuMelihatMatamuJantungkuTidakBisaBerhentiBerdegupKencang. Mi-mianhae, ak-aku mau membersihkan di-diriku dulu oppa. Ak-aku duluan." jawabnya lalu berlari kearah kamar mandi meninggalkanku yang masih terkejut dengan mata melotot dan mulut terbuka atas ucapannya.

Ternyata dia merasakan juga apa yang aku rasakan jika aku melihat senyumannya. Aku bingung harus berbuat apa. Aku pun beranjak pergi dari kolam renang kearah kamarku untuk mempersiapkan diriku mengantar Chaca pulang.










♡︎♡︎♡︎












Chaca POV

  Sekarang aku sedang berada dimobil Daejung oppa dan masih merutuki kejujuranku yang sangat memalukan tadi. Dan sekarang hanya ada keheningan yang menyelimuti kami. Ya Allah, Chaca harus ngapain ? Aku pun berniat untuk memecahkan suasana hening ini. Tapi ternyata Daejung oppa sudah lebih dulu memecahkannya.

"Chaca-ssi..."

"Nee oppa ? Museun iliya ?" jawabku.
*ada apa

"Aku bingung harus mulai dari mana, hahh . . ." ucap Daejung oppa seraya membuang nafas kasar.

"aku ingin membicarakan sesuatu padamu." lanjutnya.

"Geuge mwoya ?" tanyaku penasaran sekaligus takut.

takut jika aku akan dipecat karena ketidak sopananku tadi dikolam renang.

"aku tau ini masih terlalu cepat untukmu. Tapi, apakah kau ingin membantuku ?" ucapnya sambil sesekali menoleh kearahku.

"Geuge mwoya ?" tanyaku lagi.

"Sebenarnya aku juga merasakan hal yang sama sepertimu ketika aku melihatmu tersenyum. Jadi, bisakah kau membantuku untuk melupakan Putri ?" jawabnya tanpa menoleh sedikit pun.

Aku pun mengernyitkan kedua alisku. Apakah yang dia maksud adalah aku itu sebagai pelariannya gitu ? No, i don't want. Tak terasa sudah sampai didepan gedung apartementku. Akupun melepas seatbeltku. Tiba-tiba Daejung oppa menahan tanganku lalu melihat kedalam iris mataku.

"jadi bagaimana ? jika kau tidak mau, it's okay. Tidak masalah. Aku tau itu tekesan sangat egois dan-"

"oppa, aku mau . . ."











TBC

korean hijabersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang