Setelah aku baca ulang, ternyata part 'Tugas' agak ganjel gak, sih?
Masa tiba-tiba Ayah udah di Korea padahal sebelumnya bilang bakal balik lusa. Jadiii aku bikin penjelasannya disini biar gak aneh gicthuuuu.
.
.
.
.
.
Setelah beberapa saat terjebak macet, akhirnya Hongjoong dan Wooyoung sampai di rumah mewah Mingi. Ya, sebenarnya itu lebih cocok disebut sebagai mansion.
Wooyoung masuk terlebih dahulu, sambil memegang satu kantong plastik yang ia ambil dari Hongjoong. Diikuti Hongjoong yang tengah mengabsen kebun binatang karena dijadikan babu oleh--yang ia anggap--adiknya sendiri.
'Bukan adek gue, udah gue bunuh lo dari kapan hari.' Batin Hongjoong sambil menatap Wooyoung yang sedang asik menonton tv sambil memakan snacknya.
"Kenapa gak nyiapin PS?" Tanya Hongjoong. "Katanya lo pen main PS?" Lanjutnya.
"Mainnya ntaran aja nungguin Mingi." Jawab Wooyoung dengan tatapan tetap terfokus pada tv.
"Mingi gak akan pulang."
Suara berat seseorang yang menjawab membuat Hongjoong dan Wooyoung menoleh kearah pintu yang masih terbuka. Wooyoung yang tadi kakinya diatas meja kini ia turunkan.
"Kok ayah disini?" Tanya Wooyoung terheran-heran.
"Lah ini kan rumah ayah. Harusnya, ayah yang tanya, ngapain kalian disini? Bolos?" Tanya ayah pada Hongjoong dan Wooyoung yang dibalas cengiran lebar dari keduanya.
"Mingi lagi 'Tugas' kalian mau ngapain aja silahkan, yang penting sehabis bikin onar rapiin lagi. Ayah mau ke kantor." Ucapan ayah diangguki Hongjoong dan Wooyoung yang sudah berdiri dan tangan memberi hormat. "Oh! Hongjoong. Tolong bawa koper ayah ke kamar." Perintah ayah.
"Yah!" Panggil Wooyoung sebelum ayah benar-benar keluar rumah.
"Kok ayah dah pulang? Kata Mingi ayah pulang lusa." Tanya Wooyoung.
"Lah. Ayah kan udah ngirim SMS ke Mingi dari kemarin lusa." Jawab ayah. "Ya udah ayah ke kantor dulu." Lanjutnya, lalu keluar dari rumah.
'Mingi Sialan! Untung Ayah lagi mode kalem. Eh, btw, Mingi lagi tugas apa, yah?' Batin Wooyoung.
Karena penasaran Wooyoung pun memanggil Hongjoong, "Hyuuuung!"
"Aku di dapur!" Balas Hongjoong berteriak. Wooyoung pun langsung lari ke dapur menghampiri Hongjoong.
"Hyung!" Panggil.
"Hm?" Hongjoong masih sibuk memotong buah-buahan yang ia ambil dari lemari pendingin milik keluarga Mingi.
Wooyoung menyenderkan tubuhnya ke lemari pendingin lalu mulai bertanya, "Maksudnya ayah kalo Mingi lagi tugas tuh apaan sih? Emang tugas apa? Ngapain? Dimana? Selama ini lu lu pada kagak ngasih tau gue!"
Gerakan tangan Hongjoong yang sedang memotong apel terhenti. Lalu ia memasukkan potongan apel tadi kedalam mangkok; ia akan membuat salad.
Lalu ia mengambil semangka dan di tempatkan didepannya. "Lo pen tau tugas apa yang Mingi lakuin?"
Wooyoung mengangguk.
"Tugas ini. . ."
Hongjoong mengambil pisau buah yang lebih panjang dari sebelumnya. Lalu,
JLEB!
CRASSS!
Hongjoong menusuk bagian tengah atas buah semangka dengan keras membuat air semangkanya sedikit memuncrat.
Lalu ia memotong, menguliti, memotong kecil-kecil buah semangka itu dengan sadis. Dan memasukkannya ke dalam mangkok.
"Paham?" Tanya Hongjoong setelah menyelesaikan pekerjaannya; semangka tadi buah terakhir.
Wooyoung hanya mengangguk dengan mulut terbuka. Heol! Selama ini ia tidak tahu bahwa tugas yang sering kedua kakaknya itu sebutkan adalah membunuh!
Hongjoong menambahkan mayones//gimana sih tulisannya?😅//dan keju kedalam mangkok.
"Ada pertanyaan lagi?" Hongjoong bertanya sambil berjalan ke ruang keluarga dengan memeluk mangkok besar berisi salad yang tadi ia buat.
Wooyoung mengikutinya dari belakang. "Ada."
Hongjoong terdiam, menunggu pertanyaan keluar dari mulut Wooyoung.
"Kenapa gue gak tau? Dan kenapa gue gak boleh tau? Dan lagi, kenapa gue gak boleh nglakuin?????"
"Karena lo masih kecil." Jawab Hongjoong lalu duduk di sofa depan tv.
"Gue sekelas sama kalian kalo lo lupa." Wooyoung duduk di samping Hongjoong lalu merebut sendok dari Hongjoong lalu menyuapkan salad ke mulutnya.
"Dan kalo lo juga lupa, lo bisa sekelas sama gue dan Mingi karena loncat 2 kelas." Balas Hongjoong lalu merebut kembali sendoknya.
"Tapi, gue sama kalian. Anak mafia. Sama-sama udah dilatih berantem dari kecil. Udah mainan pisau, pistol, bahkan katana dari kita masih kelas 4 SD. Kok mereka pilih kasih sih." Balas Mingi.
"Ya, mana gue tau. Tanya aja sama Daddy." Ucap Hongjoong acuh. "Jadi, main PS gak nih?" Lanjutnya.
Wooyoung menggeleng, "Gak usah. Males gue."
"Berarti kita batal bolos nih?" Tanya Hongjoong ngawuur.
"Ya kagaklah, Pinter! Ini kan kita lagi bolos!" Jawab Wooyoung geram."Susulin Mingi aja yuk!" Ajak Wooyoung.
"Ngapain? Mau lu larang gitu biar berenti bunuh orang?" Tanya Hongjoong.
"Ya kagak. Maksudnya gue pen ikutan." Jawab Wooyoung di sertai cengiran lebar.
"Gak. Ini kerjaan orang gede. Lagian lu kan uke." Ngerjain dikit gak papa, kan? Pikir Hongjoong.
"Udah berapa kali gue bilang! Gue bukan uke!" Jawab Wooyoung berteriak.
"Canda! Ya udah kuy susulin! Tapi, jangan banyak omong nanti lo. Takut jadi 'korban salah sasaran' nya si Mingi.
..
.
.
.
.
.
.
.
Tbc
600++ words! Foiyooo!
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA
RandomMingi itu anaknya pendiam, tinggi, ganteng, pintar, kaya. Hanya saja aura dominan yang dimilikinya begitu kuat sehingga banyak penggemarnya yang takut untuk sekedar menyapa. Orang-orang hanya tau bahwa Mingi adalah anak dari seorang konglomerat...