Ikutan

506 73 6
                                    

Hongjoong sama Wooyoung sedang di perjalanan. Mereka berada dalam satu mobil, mobil Wooyoung. Mengurangi polusi udara, kata Hongjoong.

'Halah biasa juga balapan'-Author.

Mereka sedang menuju ke rumah Mingi. Ah! Maksudnya, rumah pribadi Mingi. Dan rumah tadi, adalah rumah utama Mingi.

"Hyung!" Panggil Wooyoung sambil memakan snack.

"Apaan?!" Hongjoong sedikit membentak. Ya iya lah, kan dia sedang fokus pada jalanan yang cukup ramai saat ini.

"Mingi kalo tugas korbannya diapain aja?"

"Ntar juga lo liat sendiri."

Tidak butuh waktu lama, mereka akhirnya sampai di rumah Mingi.

Rumah Mingi itu tidak sebesar rumah utama. Tapi, ya~ tetap terlihat sangat WAH bagi kita para Missqueen:(

Mereka berdua langsung masuk ke dalam rumah tanpa permisi. Karena Hongjoong bilang, 'paling mereka lagi sibuk di ruang bawah tanah.'

Saat mereka masuk, terlihat sosok anak kecil imut sedang menonton kartun di tv ruang keluarga.

Si imut yang merasa ada yang datang pun menoleh. "Eh Hongjoong hyung! Wooyoung hyung! Mingi hyung di gudang, yah! Bukan ruang bawah tanah!" Ucap si imut sambil sedikit berteriak dengan senyum imut. Padahal jarak mereka tak terlalu jauh.

Wooyoung dan Hongjoong balas tersenyum lalu kembali berjalan menuju gudang.

***

Mingi's side

(Ceritanya ini di mulai waktu si WooJoong masih di rumah utama)

"Lo tau apa kesalahan yang lo buat?" Tanya Mingi dengan nada lembut, tapi terdengar mengerikan bagi siapa pun yang sudah mengenalnya.

Daniel diam. Dia sudah tidak kuat menjawab. Tubuhnya sudah telanjang, hanya tersisa celana dalam yang menutupi bagian privasinya.

"KALO ADA ORANG NANYA TUH JAWAB?!" Bentak Mingi, namun Daniel masih terdiam.

Sungguh, Daniel lebih memilih terbunuh dari pada tersiksa seperti ini. Tubuhnya penuh sayatan, bekas cambukan dimana-mana, dan di pipinya terukir tulisan 'The Fucking Bastard' yang di tulis oleh Mingi menggunakan silet.

"Mau gue ceritain cerita?" Tanya Mingi.

Tanpa menunggu jawaban Mingi mulai bercerita, "Dulu, gue seneng banget waktu gue tau gue bakal punya adek. Ditambah adek gue itu laki. Gue mikir,pasti asik kalo bisa main futsal bareng, main basket bareng, dan lain lain.Gue sayang banget sama dia, walaupun dia beda bapak ama gue, tapi gue ama ayah nrima dia apa adanya. Gue  udah janji, bakal jagain dia. Bakal nglindungin dia dari apapun dan siapa pun.

Gue sayang banget sama dia, walau pun dia udah ngambil perhatian dan kasih sayang ortu gue. Tapi, dia masih perhatian sama gue. Gue gak iri, karena emang mungkin dia butuh banyak kasih sayang dan dukungan sebelum dia pergi karena penyakitnya. Gue pikir, dia bakal mati dengan tenang dan senyum manis yang terpatri di saat terakhirnya.

Tapi, lo! Lo ngehancurin dia! Bahkan, saat dia dinyatakan bisa sembuh karena ada yang mau donorin jantungnya! Dia masih punya kesempatan hidup! Tapi--tapi lo ngancurin itu semua! LO BUNUH ADEK KESAYANGAN GUE! LO BUNUH KESAYANGAN KELUARGA GUE! LO UDAH NGANCURIN BERLIAN INDAH YANG BEGITU GUE LINDUNGIN!"

Cerita Mingi diakhiri dengan cambukan di pinggang Daniel. Membuat Daniel memekik kesakitan, "Akh!"

"Lo--"

Brak!

"Yuhuu Mingi! Ikutan dooong!"

Teriakan itu membuat semua orang di dalam sana menoleh, kecuali Daniel tentunya.

MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang