4

1.4K 131 23
                                    

Mike's PoV

Dua pemberhentian lagi dan kita akan sampai di tujuan.

Pintu akan segera dibuka. Mohon untuk berhati-hati dalam melangkah. Terimakasih.

"Berapa pemberhentian lagi?" tanya Aldo padaku.

"Satu lagi."

Kereta sudah mulai renggang. Mungkin karena tujuan kita ada di pemberhentian paling akhir dari kereta ini.

"Eh, Aldo?" ujar seseorang yang baru masuk ke dalam kereta.

Aldo? Dia kenal dengan Aldo?

"Eh, ada Bobon. Lu bakal berhenti di..." Aldo berhenti berbicara dan melihat ke arah layar yang menampilkan stasiun pemberhentian kereta.

"Di...pemberhentian selanjutnya juga? Itu pemberhentian terakhir kan?" lanjutnya.

"I—iya."

Merka saling kenal?

"Oh ya, lu pada belum saling kenal ya? Gue kenalin ya...Ini Mike, junior gue." ucap Aldo seraya memegang pundakku.

"Dan ini Bobon, teman basketku."

"Salam kenal." Aku menjulurkan tanganku untuk mengajak orang yang bernama Bobon itu untuk bersalaman.

"Hm, salam kenal."

Ia...ia mengabaikan tanganku.
Memangnya aku pernah buat salah apa sama dia? Bertemu saja baru hari ini.

Mong-ngomong, dia teman basketnya Aldo tapi kenapa aku belum pernah melihatnya? Yang kutahu, teman-teman basket Aldo, termasuk Aldonya sendiri, sangat terkenal dikalangan mahasiswi maupun mahasiswa di univ kita. Aku tahu semua teman-teman basketnya Aldo, tapi aku belum pernah melihat yang satu ini.

Mungkin dia memang orang yang tak suka bergaul? Atau mungkin dia hanya bermain basket dengan Aldo diluar univ?

Tapi kalau kuperhatikan lagi, dia tidak terlihat seperti orang yang tak suka bergaul. Sedari tadi, Aldo dan orang ini berbincang-bincang, serasa dunia hanya milik mereka berdua saja.

...Aku ingin segera keluar dari situasi ini.

Pintu akan segera dibuka. Mohon untuk berhati-hati dalam melangkah. Terimakasih.

Akhirnya, sampai juga.

"Jadi, lu bakal ikut siapa, Do?"

Aku terdiam sebentar, setelah mendengar ucapan Bobon.
Ikut? Maksudnya apa?

"Gue bakal tetap ikut Mike. Gue udah janji sama dia. Gue gak mau kecewain dia."

"Kalau gitu, kita jalan dulu ya. Bye." sambung Aldo sambil merangkul pundakku.

Aku tidak mengerti apa yang mereka maksud. Tapi aku merasa telah menang dari orang itu.

.
.
.
.

"Jadi, ini rumah kakakmu?"

"Iya. Ini memang rumah yang sederhana, tapi banyak kenangan yang tersimpan di rumah ini."

Dulunya, ini adalah rumah ayah dan ibuku. Tapi, setelah mereka tiada, kakakku yang mengambil alih rumah ini. Sebelum aku masuk univ, aku tinggal disini bersama kakakku. Tapi, karena univku jauh dari sini, aku memutuskan untuk mengekos di daerah univku.

Jadwal yang padat membuatku jadi jarang untuk bertemu dengan kakak.

"Permisi." ucap Aldo sopan. Ia membuka sepatu dan masuk setelah aku membukakan pintu utama rumah ini untuknya.

Fujoshi and FudanshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang