2. Malang

475 48 4
                                    

Seola mengeluarkan sihir hitamnya dengan tangan yang mengarah ke arah Pangeran. Mulutnya seperti mengucap mantra berluang kali. Setelah itu, ia mengalihkan sihirnya kepada Putri. Iya, Seola tengah melakukan ritual untuk memindah kutukan Pangeran ke tubuh Putri.

Setelah berdiskusi dengan Eunbi dan juga Ibu Ratu, Seola langsung melakukan ritual. Ia tak ingin buang-buang waktu. Takut jika nanti Raja Sian mengetahuinya. Saat ini Sian memang tidak ada di kerajaan, ia pergi guna memenuhi pertemuan dengan Raja lain.

Tepat setelah Seola menyelesaikan ritualnya, Ibu Ratu masuk bersama Minhyun. Wajahnya terlihat marah, bingung, sekaligus khawatir.

"Wanita itu benar-benar menyusahkan!" ujar Ibu Ratu saat ia sudah berdiri di samping Seola.

"Yang Mulia tenang saja. Aku sudah memindah kutukan Pangeran."

"Apa yang akan kau lakukan setelah ini?" tanya Ibu Ratu menatap kedua bayi kembar itu dengan tatapan yang sulit diartikan.

Seola menatap Minhyun yang sedari tadi menatap bayi Malang itu. Detik berikutnya ia tersenyum miring, mengangkat kepala Minhyun agar menatap wajahnya.

"Sepertinya saya dan Pemimpin Hwang harus berbicara empat mata, Yang Mulia."

Ibu Ratu hanya mengangguk. Sebelum pergi, ia menyempatkan diri untuk menepuk pelan pundak Minhyun. Lalu menganggukan kepala, seakan memberi isyarat kepada pria itu. Tapi, Minhyun hanya diam. Tidak menggubris Ibu Ratu. Bahkan menatapnya saja tidak.

Selepas kepergian Ibu Ratu, senyuman yang merekah di wajah Seola seketika berubah datar sekaligus serius.

"Aku butuh bantuanmu." Kata Seola. Namun, tak dikubris oleh Minhyun. Ia masih fokus memandang bayi kembar Ratu Eunbi.

"Tuan?" Sedikit menggoyang tubuh Minhyun, berniat menyadarkan lelaki itu dari lamuannya.

Seola tersenyum saat Minhyun mulai menatapnya. Lalu berkata, "Aku sedang berbicara denganmu."

"Apa yang kau inginkan?"

"Hanya kau satu-satunya yang bisa menggunakan api abadi. Setelah aku selesai memindahkan kutukan Pangeran. Aku mau kau melakukan ini demi kerajaan."

Minhyun mengernyitkan kening tanda ia tak mengerti. Dan Seola tahu apa yang ada dipikiran Minhyun. Segera setelah itu, ia beralih menatap Putri yang kini terlihat malang di matanya. Namun, tetap saja ia tak merasa kasihan terhadap si kecil.

"Ini perintah Ratu Eunbi. Bakar Putri dengan api abadi milikmu." Kata Seola, yang mana langsung membuat Minhyun terkejut bukan main.

"Kau sudah gila!! Jika aku membunuh Putri, itu sama saja aku sudah menghianati keluarga kerajaan. Tidak! Aku tidak bisa melakukannya."

Seola tertawa kecil mendengarnya. "Siapa yang memegang penuh negara ini? Siapa pemimpin negara Wish, Hwang Minhyun?!"

"Raja Sian, bukan? Saat ini dia tidak ada di kerajaan. Selama kau diam, dia tidak akan tahu. Pangeran bisa mati jika Putri dibiarkan hidup, Tuan."

Minhyun menatap tak suka ke arah Seola. "Lalu apa yang kau lakukan saat ini? Bukankah semua akan baik-baik saja setelah kau memindah kutukan Pangeran," desak Minhyun tak mau kalah.

"Memindah saja tidak cukup. Kutukannya akan aktif suatu saat dan cara agar kutukan Pangeran hilang sepenuhnya, kau harus bakar Putri dengan api abadimu."

Minhyun nampak berpikir. Nampaknya ia dilanda dilema seperti yang dirasakan Ratu Eunbi beberapa saat yang lalu. Minhyun benar-benar setia dengan keluarga kerajaan. Bagaimana kalau Sian tahu jika ia membakar Putri negara Wish? Buruk jika dibayangkan.

CurseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang