"Apa?!"
Sakura segera menutup mulut Chaeyeon. Ia melotot menatap suaminya. Bahkan mata Indah itu hampir keluar dari tempatnya.
"Lepas!" ucap Chaeyeon kesal. Kepalanya bergerak untuk memeriksa sekitar, takut jika ada orang lain selain mereka di sini.
"Aku tidak salah dengar? Bagaimana—"
"Iya! Kau tidak salah dengar, Chaeyeon! Kau punya keponakan kembar yang tampan dan cantik. Tapi kita harus memilih Pangeran untuk meneruskan Sian." Sakura duduk di sofa ilegan yang ada di kamarnya. "Itulah kenapa aku sangat menentang keputusan Ibu!"
"Kenapa kau tidak bilang lebih awal kepadaku?" Ikut duduk di samping Sakura.
"Terus kalau aku bilang lebih awal kepadamu, apa yang akan kau lakukan, huh?"
"Eum... itu.... Kita bisa buatkan keturunan untuk meneruskan Sian, bukan?" timpal Chaeyeon diakhiri pukulan keras dipahanya.
"Sejak dulu aku hanya ingin punya satu anak, itupun perempuan. Sama seperti Kak Bona dan Ka Eunseo. Aku sudah memberitahu jika kau juga ingin menyuruh mereka melakukannya!"
Chaeyeon langsung menyandarkan punggungnya, lalu menutup kedua mata. Awalnya ia ingin buka suara lagi, tetapi tiba-tiba pintu kamar mereka terbuka secara perlahan. Membuat Sakura langsung was-was dan menyuruh Chaeyeon untuk membuka matanya.
"Sian?" lirih Sakura sambil menelan ludahnya dengan susah payah. Lantas membuat Chaeyeon langsung terbangun dan berdiri dari duduknya.
"Paman! Bibi!"
Anak kecil itu berlari menghampiri keduanya. Chaeyeon yang sudah ketakutan seketika langsung menatap tajam ke arah Sakura. Chaeyeon kira yang datang benar-benar Sian. Tapi ternyata anak Eunseo dan Bona, Kim Saeron.
"Kenapa Saeron belum tidur?" tanya Sakura dengan kedua tangan terlentang. Siap menyambut pelukan keponakannya.
"Elon tidak bica tidul, Ayah dan Ibu menyuluh Elon ikut bibi."
Sakura tertawa mendengarnya. Terdengar lucu memang saat melihat anak kecil berbicara. Sakura berniat membawa Saeron ke dalam gendongannya, tetapi ia kalah cepat dengan Chaeyeon. Pria itu langsung mengajak Saeron keluar kamar. Tentu disusul Sakura yang mendelik menatap punggung sang suami.
Bicara tentang Saeron. Ia memang anak tunggal Eunseo dan Bona. Saat ini Saeron tengah menginjak usia satu tahun. Ayah dan Ibunya sama sekali tidak ada niat untuk menambah momongan atau memberi Saeron adik. Mereka tidak ingin membagi kasih sayangnya terhadap Saeron. Biarkan Saeron yang menjadi satu-satunya harta berharga mereka.
Ketika kebanyakan seorang Ayah yang tegas saat mendidik anaknya, lain dengan Eunseo yang malah memanjakan Saeron. Dan Bona yang malah mendidik Saeron dengan tegas.
"Ayo, kita temui Ayah dan Ibumu."
Chaeyeon hampir saja masuk ke dalam kamar Eunbi, tetapi pintu kamar sudah dibuka dari dalam. Menampakan Eunseo dan Bona yang langsung menyambut anak mereka.
"Aigoo... Saeron-ie! " Eunseo mengambil alih tubuh Saeron dari Chaeyeon.
"Appa! "
Si kecil langsung menenggelamkan kepalanya diceruk leher jenjang sang Ayah. Membuat Bona gemas melihatnya. Ia menggoda Saeron dari belakang Eunseo.
"Bagaimana keadaan Eunbi?"
Eunseo segera menahan Chaeyeon saat pria itu hendak masuk ke dalam. "Biarkan dia istirahat dulu. Lebih baik kita cari udara segar di luar." Eunseo tersenyum, menatap bergantian kedua saudaranya. "Jarang sekali aku bisa berbincang dengan kalian."
Chaeyeon mengangguk tanda ia setuju. Mereka memang jarang berbincang bersama. Eunseo sering keluar masuk kerajaan karena menjadi Kepala Keamanan Wirz, sedangkan Chaeyeon selalu menemani Sian kemana pun pria itu pergi. Sehingga membuat waktu luang mereka hanya sedikit dan tentu mereka habiskan untuk menemani istri masing-masing.
Meskipun tinggal satu kerajaan. Tapi ruangan setiap pasangan suami istri ini berbeda. Contohnya ruangan Eunbi yang terdapat di bagian Utara khusus untuk Raja dan Ratu Wirz, Sakura bagian Barat, dan Bona bagian Selatan.
Sebutan Wirz sendiri diambil dari kata Wizard yang artinya sudah pasti penyihir. Negara ini pun diberi nama Wish dengan tujuan agar semua orang bisa memegang teguh harapan mereka tanpa ada rasa ragu sedikit pun.
"Sejak kapan ada hiasan taman di sini?" tanya Chaeyeon begitu matanya melihat air mancur yang memiliki ukiran cantik nan apik.
"Kakakmu yang mendesainnya." Jawab Eunseo.
Chaeyeon langsung menatap Bona dengan tatapan tidak percaya. "Kak Bona yang mendesain ini? Wow! Benar-benar luar biasa."
Sakura yang mendengarnya hanya bisa berdecak. Padahal Bona tak sendiri, Sakura juga ikut serta membuat ukiran di pantung itu.
"Istrimu juga ikut membantuku." Kata Bona sadar akan reaksi Sakura.
"Aku tahu itu." Chaeyeon pun mengecup bibir Sakura, membuat Eunseo langsung menutup mata Saeron.
"Lihat situasi! Ada anak kecil di sini." Tegur Eunseo kemudian.
Ditengah asyiknya bercanda gurau. Tiba-tiba seseorang datang dan menyapa mereka berempat. Tatapan Chaeyeon langsung berubah sinis saat melihat orang itu.
"Malam, Tuan Kim dan Nyonya Kim sekalian!" Membungkuk hormat dengan senyuman merekah di wajahnya.
"Jungwoo, untuk apa kau datang kemari?"
"Mungkin hanya sekedar memberi ramalan untuk kalian."
"Apa... maksudmu?"
♤♤♤
Hari sudah pagi. Saat ini Minhyun tengah bersiap guna melaksanakan ritualnya untuk membakar Putri, sesuai dengan janjinya dengan Seola. Minhyun akan melakukannya di tepi laut yang menjadi perbatasan antara negara Wish dan negara Vega.
"Sudah waktunya, Tuan." Kata Seola tersenyum licik.
Nampaknya Seoal begitu senang melihat penderitaan orang lain. Minhyun hanya bisa menahan emosi selama Seola mendesaknya seperti tadi.
Di ikuti oleh beberapa anggotanya, Minhyun berjalan pelan sambil mengendong si kecil. Ia merasa iba melihat si kecil yang menangis tanpa henti. Betapa malangnya nasib anak ini. Mungkin jika ada pertanyaan siapa orang paling keji di dunia ini, Minhyun akan menjawab dirinya sendiri. Karena ia akan membakar bayi yang bahkan baru muncul di dunia.
Sungguh, Minhyun tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri jika ia benar-benar membakar si kecil.
"Ayo, tunggu apa lagi? Semua akan selesai jika kau membakarnya sekarang."
Lagi! Seola terlihat mendesak Minhyun dengan menyuruhnya untuk cepat-cepat membakar Putri.
Dengan berat hati, Minhyun meletakkan tubuh bayi itu di atas jemari yang sudah dibentuk oleh anggotanya. Ia menarik nafas dalam-dalam sebelum menyalakan api abadinya. Dalam hati, Minhyun terus menyalahkan dirinya. Menyumpah serapahi Seola yang tertawa dengan wajah tanpa dosa. Benar-benar kejam!
Api perlahan membakar jerami itu. Membuat si kecil menangis keras karena panas yang tercipta. Minhyun hanya bisa diam selama menyaksikan apinya yang semakin lama semakin membesar dan tentu akan membakar habis tubuh Putri.
"Maafkan saya, Tuan Putri."
TBC~~
Ya allah, baru aja cerita dimulai Minju kecil udah dibakar. Udahlah ya, sampe sini aja jamannya Eunbi. Ntar kalau kelamaan para readers pada bosen bacanya.Gue yakin, kalian pada nungguin Yujin keluar kan? Tenang, next part Yujin bakal keluar kok. Makanya yang sabar nunggu ni cerita up.
KAMU SEDANG MEMBACA
Curse
FanfictionMinju, Putri yang dikutuk karena kesalahan ibunya di masa lalu. Selama bertahun-tahun ia bersembunyi di berbatasan negara Wish dan Dark, di awasi oleh Ayah angkatnya. Minju harus bisa menyalakan 108 lilin untuk menghilangkan kutukannya itu. Namun...