Minhyun meraih kertas hitam yang tergantung di pohon besar itu. Terakhir kali Minhyun melihatnya, kertas batas ini masih terlihat bagus dan utuh. Tapi kenapa sekarang setengah kertas ini terbakar?
Kertas batas yang ada di sisi lain pun sama. Minhyun mengerutkan kening sambil melirik istrinya yang sedari tadi hanya diam memperhatikannya. Sana sama sekali tidak tertarik dengan itu. Ia hanya terus mengikuti langkah Minhyun tanpa berkomentar apapun.
"Minju!!"
"Di mana kau?!"
"Hwang Minju!!"
Minhyun memanggil putrinya begitu keras. Langakahnya tergesa memasuki area tersebut. Ia pun membuka pintu, namun tak mendapati orang di dalam sana. Akhirnya Minhyun memutuskan untuk memeriksa ke samping, dan matanya menangkap Minju yang tengah berdiri di depan pohon kesemak. Entah apa yang gadis itu lakukan.
"Minju, apa yang kau lakukan?"
Minju menoleh, ia langsung tersenyum saat melihat Minhyun dan Sana berjalan mendekatinya. Tapi lain dengan Minhyun yang nampaknya terlihat kesal.
Begitu ia sudah berdiri di depan putrinya, Minhyun langsung memegang kedua pundak Minju dan sedikit meremasnya. Membuat gadis bermarga Hwang itu tersentak dan menatap Minhyun kaget.
"Kenapa tidak menjawab?" tanya Minhyun sedikit membentak. "Kenapa? Ayah khawatir denganmu." Kali ini ia mengguncang tubuh Minju cukup keras.
"Ayah, aku baik-baik saja. Ada apa denganmu?" sahut Minju yang merasa bingung dengan sikap lelaki dihadapannya ini.
"Kau tidak melewati batas kan?" tanya Minhyun sekali lagi, dan Minju langsung menggeleng sebagai jawaban.
"Jangan pernah melewati batas-batas itu. Kau mengerti?"
"Tapi-"
"Minju!" Tegur Minhyun yang langsung memotong ucapan Minju.
Setelahnya, Minhyun langsung berjalan pergi meninggalkan Minju dan Sana. Gadis itu tertegun beberapa saat sebelum mengalihkan pandangannya ke arah sang Ibu. Minju memang kaget saat Minhyun membentaknya. Kenapa jika menyangkut batas yang mengelilingi rumahnya, Minhyun begitu emosional kepada Minju?
Minju juga butuh jawaban dari semua pertanyaan yang selama ini menetap dalam pikirannya.
"Ibu," kata Minju sambil tersenyum kecil memandang Sana. Namun, Sana hanya menatapnya datar selagi ia memberikan sebuah jubah kepada Minju. Setelah itu, ia pergi menyusul suaminya.
Sedangkan Minju hanya diam menatap punggung Sana yang lama kelamaan menjauh. Detik berikutnya, ia menatap jubah yang Ibunya berikan tadi.
Minju menghela nafas panjang, yang kemudian kembali bergulat dengan perasaan yang terasa campur aduk baginya.
☄☄☄
Saat ini, Wonyoung dan Saeron tengah menghendap-hendap masuk ke dalam kerajaan. Mereka berhenti di depan ruang latihan, di mana Minkyu berlatih bersama Ayah mereka. Saeron berinisiatif untuk mengintip. Membuat Wonyoung yang juga penasaran, langsung mengikutinya.
"Lebih keras lagi! Gerakan pedangmu masih belum lincah!!"
Tang!
Tang! Tang!
Tang!"Bagus!! Terus seperti itu, Kim Minkyu!"
Wonyoung berdecak kagum melihatnya. Minkyu memang lihai dalam menggunakan pedang. Tidak heran kalau Eunseo selalu membanding-mandingkan Saeron dengan adiknya itu. Kelincahaan mereka memang tidak bisa diremehkan.
Bagaimana dengan Wonyoung? Sejak dulu Wonyoung hanya fokus berlatih panah bersama Bona dan Sakura. Ia sama sekali tidak tertarik dengan pedang seperti Saeron dan Minkyu. Tapi entah kenapa akhir-akhir ini Wonyoung terlihat lebih rajin berlatih pedang, alih-alih panah.
"Apa yang kalian lakukan?" Sakura melipat kedua tangan sambil menatap dua gadis di hadapannya dengan datar.
"Kenapa melanggar?" Bona datang dan langsung melakukan hal sama seperti Sakura.
"Apa maksud Ibu?" tanya Saeron bingung dan heran.
Bona mengehela nafas, lalu menarik nafas dalam-dalam. Setelah itu, tangannya bergerak guna menarik telinga Saeron. Disusul Sakura yang dengan gemas juga menarik telinga putrinya.
"Ibu! Apa yang kau lakukan?!" Wonyoung berusaha melepas tangan Sakura. Tapi dengan cepat, Sakura menahan tangan Wonyoung menggunakan sihirnya.
Mereka berhenti di depan Eunseo dan Chaeyeon, yang mana membuat kedua lelaki itu menatap mereka bingung sekaligus bertanya. Minkyu yang tadinya sibuk berlatih dengan pelatihnya pun langsung menghentikan kegiatannya.
"Lihat anakmu ini!" Kata Bona melepas tangannya dari telinga Saeron. "Dia sudah berani melanggar perjanjian." Lanjutnya kemudian.
Setelah Bona, kini giliran Sakura yang sedikit mendorong Wonyoung agar lebih dekat dengan Chaeyeon. "Mulai sekarang, aku serahkan Wonyoung kepadamu. Kau berhak melarang atau menyuruhnya untuk melakukan sesuatu."
Sedangkan sang pria saling tatap satu sama lain karena tidak paham apa yang istri mereka bicarakan.
"Tuan, orang Teger datang ingin bertemu." Ujar pengawal sambil membungkuk kecil.
"Kami? Kenapa kami?" tanya Eunseo.
"Raja ada janji diluar."
Chaeyeon dan Eunseo hanya beroh ria. Setelah itu mereka pergi meninggalkan ruang latihan. Disusul sang istri yang menyempatkan diri untuk mengucapkan satu kalimat kepada anak-anaknya. Kalimat yang membuat Saeron dan Wonyoung mau tak mau harus menurut.
"Setelah sadar dengan kesalahan kalian, susul ayah kalian secepatnya!" Ujar Sakura yang kemudian melenggang pergi dari sana, diikuti Bona yang berjalan beriringan dengannya.
Selepas kepergian sang ibu, Saeron dan Wonyoung langsung saling tatap. Kemudian, mereka mengerang secara bersamaan. Membuat Minkyu menatap keduanya bertanya.
"Jangan bilang, kalian menyerang harimau putih di perbatasan." Kata Minkyu yang benar-benar membuat keduanya menyesal.
"Hah~ Apa yang harus kami lakukan sekarang?" Bibirnya maju beberapa senti, Wonyoung duduk di kursi yang ada di sana. Sedangkan Saeron berjongkok sambil memeluk kedua lututnya. Kepalanya juga menunduk dalam.
"Apa? Tentu saja kalian harus bertanggung jawab."
"Wonyoung, kau tidak membunuhnya kan?" tanya Saeron tanpa menghiraukan ucapan Minkyu.
"Kau gila?! Tentu saja aku tidak membunuhnya. Dia hanya terpental dan—pingsan, mungkin?" jawab Wonyoung terlihat ragu. Yang mana membuat Saeron kembali mengerang frustasi.
"Kak, nyawa manusia itu penting. Kami tidak bisa tinggal diam saat harimau itu ingin menerkamnya. Sungguh, aku memakai sihir bukan untuk menyerang bangsa Teger. Tapi aku hanya ingin menolongnya." Wonyoung menjelaskan kepada Minkyu.
"Lagi pula, mereka juga terikat perjanjian dengan manusia. Kalau saja Wonyoung tidak menghentikan harimau itu, bangsa Teger mungkin akan mendapat masalah besar." Saeron melanjutkan penjelasan Wonyoung yang belum selesai.
"Kakak, kau bisa membantu kami kan? Eum?" Wonyoung memasang wajah melas. Ia tahu kalau Minkyu sangat anti dengan mata bebinar dan wajah menyedihkannya.
"Jangan memasang wajah seperti itu!"
"Kau harus menolong kami." Pinta Saeron.
"Kak Minkyu~~"
Setelah Wonyoung melakukan aegyo, akhirnya Minkyu menyerah. Ia meletakkan pedangnya, kemudian berjalan keluar dari ruang latihan.
"Ayo! Aku akan membantu kalian!"
TBC~~
Masalah belum muncul, jadi kalem2 aja ya:v
Nah douple up kan?
Jan lupa injek bintangnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Curse
FanfictionMinju, Putri yang dikutuk karena kesalahan ibunya di masa lalu. Selama bertahun-tahun ia bersembunyi di berbatasan negara Wish dan Dark, di awasi oleh Ayah angkatnya. Minju harus bisa menyalakan 108 lilin untuk menghilangkan kutukannya itu. Namun...