Bibi udah pulang?" tanya nica yang melihat bi cici sedang masak.
"Udah non, lagian masa iya bibi di tempat non shila terus kan bibi mah kerjanya juga di sini."
"Revan tau bi?"
"Belum non, nanti bibi bicara sama tuan."
"Eh bibi lagi masak apa nih, wanginya harum banget."
"Cuma nasi goreng non, kayaknya nanti bibi perlu belanja dulu stok bahan masakkan udah pada ludes soalnya."
"Nanti nica temenin ya bi, sekalian ada yang mau nica beli." Ucap nica antusias.
"Gak, lo gak boleh pergi hari ini." Ucap seseorang yang pasti bukan bi cici siapa lagi kalau bukan sang suami yakni revan.
"Tugas lo sekarang bersihin semua rumah gue." Lanjut revan
"Tapi tuan itu tugas saya." Jawab bi cici.
"Ngapain bibi di sini, bibi kan udah di pindahin ke tempat shilla." Tanya revan.
"Anu tuan, ibu tuan yang melarang saya kerja di tempat non shilla."
"Mama yang larang bibi." Beo revan membenarkan apa yang di ucapkan bi cici.
"Gue tau pasti lo kan yang ngadu sama mama gue kalau bi cici pindah." Ucap revan menghampiri nica kemudian memberi aba-aba kepada bi cici untuk pergi meninggalkan mereka berdua.
"Nggak mas, bahkan aku baru tau sekarang."
"Alah alasan, gue tau lo itu malas kan beres-beres rumah." Bentak revan.
"Nggak, kalau pun ada bi cici nica suka bantu kok mas, jadi itu bukan masalah buat aku."
"Pake ngeles lagi, kalau gitu mulai sekarang lo yang kerja di tempat shilla gantiin bi cici." Kata revan.
"Apa-apaan aku gak mau, mas nyari aja tukang buat kerja di tempat shila apa susahnya sih." Lawan nica tak terima.Masa iya nica harus kerja di tempat shilla, yang benar saja secara siapapun tau kalau nica gak suka sama shilla dan begitupun sebaliknya. Yang ada shila malah makin mengadu yang enggak-enggak tentang dirinya pada revan.
Plak
"Sekali lo nglawan maka tangan gue yang bakal bertindak."
"Jadi gimana lo masih tetep gak mau." Tanya revan lembut namun tajam, seolah perintah ini tak boleh di bantah.
"Kali ini aku beneran gak bisa dan gak mau mas."
"Terus mau lo apa?" Tanya revan.
"Apa?" Tanya nica kembali.
"Kalau LO gak mau nurutin perintah gue gak masalah kok."
Nica masih waspada dengan revan karena bagaimana pun nica tau gak mungkin revan bilang gak masalah kalau gak bakal ada yang dia rencanain.
"Tapi gue bakal bawa shilla tinggal disini dan pastinya gue gak butuh persetujuan dari lo Pahamkan J.a.l.a.n.g." Ucap revan penuh penekanan.
"Kenapa harus disini mas, aku tau kamu benci sama aku tapi gak harus dengan membawa tinggal wanita serumah dengan aku."
"Emang lo siapa berani melawan gue."
"Jelas aku istri kamu, meski kamu suka nyakitin aku. Oke aku terima, tapi tidak dengan membawa wanita itu."
"Lo gak berhak ngatur. Karena sekarang shilla lagi ngandung anak gue, cepat atau lambat dia juga bakal jadi istri gue."Dauble jleb
Perkataan revan bagaikan bom atom yang sengaja di lempar padanya, bagaimana tidak revan berkata dengan terang-terangan telah memghamili wanita lain di depan istri yang tidak di anggapnya. Sungguh prestasi yang menakjubkan.
"Mas apa maksud kamu?"
"Apa masih kurang jelas huh dasar bodoh." Desis revan.
"Kenapa gak mas ceraikan aku terlebih dahulu, dengan kita cerai mas akan bahagia dengan mbak shilla tanpa gangguan dari aku."
"Karena kebahagian gue melihat lo menderita jadi lo tau alasannya kan." Ucap revan, meninggilkan nica.
Tiba-tiba nica kembali merasakan sakit di kepalanya dan terasa sangat berat.
"Bi, bi cici tolongin nica." Panggil nica.
Brukk
"Astaga non non kenapa, kita kerumah sakit ya non." Bi cici yang melihat majikannya tengah jatuh di lantai pun panik.Di rumah sakit
Euuuggghh
"Non akhirnya sadar juga."
"Eh bi ini dimna."
"Ini di rumah sakit non, tadi non pingsan."
"Ya udah bi sekarang nica udah sadar kita pulang aja."
"Jangan dulu non, kata dokter ada yang ingin di bicarakan langaung dengan non."
"Kenapa tidak dengan bibi aja sih."
"Ya nggak atuh non bibi mah kan cuma asisten rumah tangga, gak ada haknya lagian kayaknya juga penting makannya nunggu non sadar."
"Dimana dokternya bi."
"Bentar lagi kesini kayaknya non."
"Hhmmm iya bi."
"Rupanya kamu sudah sadar." Ucap seseorang dengan setelan jas putih ya dia dokter tapi tunggu sepertinya nica kenal dokternya.
"Gimana keadaan kamu." Tanya sosok itu.
"Kamu dokter di sini?" Tanya balik nica.
"Iya, dan ini rumah sakit milik saya."
Maksudnya dia mau pamer apa gimana nica gak peduli rumah sakit ini milik siapa mau milik dia kek milik siapapun itu tidak penting baginya.
"Aku gak nanya, jadi apa yang mau kamu bicarain kayaknya penting."
"Saya ingin bicara berdua dengan pasiennya." Ucapnya halus pada bi cici.
"Non bibi tunggu di luar kalau gitu mah."
"Iya bi"
"Gini ada dua kabar ada kabar baik dan buruk jadi kamu mau yang mana dulu."
"Maksud dokter kevin gimana sih." Ucap nica ya sosok dokter tersebut adalah kevin yang pernah nabrak nica.
"Panggil kevin aja, jadi mau yang mana dulu." Tanya kevin kembali.
"Yang baik dulu aja." Ucap nica.
"Oke awalnya saya kurang tau tentang ini karena bukan bidang saya, tapi tadi kamu udah di periksa oleh dokter kandungan dan kamu dinyatakan hamil usianya baru 3 minggu selamat ya."
Nica diam terpaku entahlah ini kabar baik atau sebalimnya apakah nica harus bahagia atau justru sedih, masalah rumah tangganya di ambang ke hancuran dan sekarang nica membawa tanggung jawab yang lebih besar bagaimana pun nica tidak mau jika revan dan shilla menyakiti anaknya.
"Apa dia baik-baik aja."
"Sepertinya dia baik dan kuat, jaga kesehatan kamu karena sekarang ada nyawa yang bergantung pada hidup mu saat ini."
"Kalau kabar buruknya apa?"
Nica takut dan sangat takut dengan kabar buruk itu karena yang di maksud kabar baik oleh kevin saja itu bukanlah sebuah kabar baik menurut nica. Bukannya nica tidak menerima akan hadirnya si kecil. Namun waktunya saja yang tidak tepat untuk saat ini.
"Hasil pemeriksaan mengatakan jika kamu di diagnosa mengidap kanker otak. "Dauble jleb
Apa kanker? Nica memang buta perihal masalah panyakit, tapi dia tau bahkan sangat tau jika yang namanya kanker itu bahaya. Bisa saja membahayakan nyawanya dan jika begitu bagaimana dengan anaknya yang sedang ia kandung.
"Maksudnya saya mengandung dan terkena kanker bagaimna bisa itu terjadi."
"Iya, ada beberapa upaya pengobatan yang bisa kamu jalani tapi saya menganjurkan kamu untuk mengambil pengobatan kemoterapi dengan mengunakan obat-obatan anti kanker untuk membunuh sel-sel kanker itu sendiri." Terang kevin.
"Bagaimana dengan janin saya nantinya." Tanya nica sementara kevin memandangnya sendu.
"Penderita kanker yang sedang hamil biasanya memang menunda terapinya untuk menyelamatkan nyawa bayi mereka. Tetapi, banyak juga kejadian dan cerita sedih saat mereka tidak menjalani terapi akhirnya nyawa sang ibu tak tertolong setelah sang bayi dilahirkan."
"Terus kenapa kamu menganjurkan aku terapi jika kamu tau itu bahaya buat anak aku."
"Tapi kami para dokter menyarankan pada pasien kami untuk tidak menunda terapi, karena itu akan membahayakan penderita itu sendiri jika terus menunda, tapi saat ini kasusnya beda. Kami harus menyelamatkan kamu dan juga kandunganmu." Tegas kevin."Jadi apa yang harus di lakukan, aku gak mau terjadi apa-apa pada anak ku nantinya." Lagi-lagi nica hanya mengkhawatirkan bagaimana anaknya dia tidak ingin anaknya ikut berkorban dalam situasi seperti ini.
"Maka dari itu jika pun kamu tidak mau terapi itu akan bahaya saat kamu melahirkan nanti. jika terapi ini berhasil bisa di pastikan juga anak kamu nantinya tidak akan terkena efek apapun pada kesehatan mental dan fisik akibat terapi kanker ini." Ucap kevin.
"Aku akan mengikuti saran mu semoga ini yang terbaik untuk kami." Ujar nica.
"Bagus, aku akan melakukan yang terbaik untuk kalian." Timpal kevin.
Meski sebenarnya kevin masih bingung sendiri dengan saran yang di lontarkannya pada nica. Pasalnya melakukan terapi pada ibu hamil pun sama-sama berbahaya. Tapi tak ada pilihan lagi, selain menjalankan terapi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unwanted Marriage (Tersedia Di Dreame)
Romance18+⚠ "Jalang macam lo itu tidak akan pernah pantas jadi istri gue" bentak Revan penuh amarah. "Jika begitu, ceraikan aku" "Gak bakal sampai lo mati di tangan gue camkan itu Bitch" senyum evil di tampilkan revan. Dulu monica memang terlalu naif. Kar...