7. pindahan

8.3K 403 0
                                    

Jangan lupa vote sebelum/sesudah membaca cerita ini, usahakan untuk komen dan follow akun author eca_saf

Terima kasih
&
Selamat membaca

Malam telah usai, digantikan mentari yang mulai menampakkan sinarnya. Kini selepas solat subuh aku membantu ibu di dapur, mempersiapkan hidangan untuk sarapan, tak banyak hanya nasi goreng dan telur ceplok.

Mas Jafran dan ayah sedang di teras berbincang-bincang. Ammora? Entahlah ia sedang apa di dalam kamar nya.

Ngomong-ngomong soal Ammora, dia sama sekali tak muncul saat pernikahan ku kemarin, bahkan saat pukul sebelas malam tadi ia baru pulang entah dari mana, yang ku dengar dari ibu ia pulang diantar ajudan ayah Om Hadi.

"Sudah selesai semua, panggilkan ayah, Jafran dan Ammora gih, ini biar ibu yang bawa ke meja"
"Siap" ucap ku.

Ku dengar ayah dan Mas Jafran sedang berbincang mengenai pekerjaan mereka "ayah, mas ayo sarapan"

Mereka menganggukkan kepala dan beranjak bersama menuju meja makan, sedangkan aku pergi ke kamar Ammora.

Ku ketuk pintu, hingga sang empu keluar dengan wajah khas orang bangun tidur.

"Apa sih berisik pagi-pagi"

"Suruh sarapan sama ibu"

Sambil menguap Ammora meninggalkan ku didepan pintu kamar nya, sabar Mera gitu-gitu ia kakak mu.

Aku duduk di samping kanan Mas Jafran berhadapan dengan ibu dan ayah, sedangkan Ammora berada di samping kiri Mas Jafran. Ku ambilkan nasi beserta lauk nya untuk Mas Jafran dan diriku, lalu kami menyantap.

Ku lihat dari tatapan Ammora kepada Mas Jafran sulit diartikan, entahlah aku merasa kurang nyaman saat Ammora terus memperhatikan Mas Jafran. Katakan ini bukan cemburu aku hanya tak suka saja jika suami ku dipandang dengan intens oleh perempuan lain, rasa nya risih.

Sarapan telah usai, aku dan Mas Jafran sedang mencuci piring, ibu dan ayah pergi entah kemana, Ammora sedang menonton tv diruang tengah.

"Dek"

"Iya?" Jawab ku sambil memandang nya.

"Jam sebelas kira-kira kita pindahan nya kamu gapapa kan?"

"Gapapa kok aku ikut mas saja"

Saat aku sedang berbincang-bincang dengan Mas Jafran,, tiba-tiba Ammora ikut larut dalam obrolan kami.

"Emang kalian mau pindah hari ini?"

"Iya"

"Kenapa ga nanti aja?"

"Mas Jafran ada kerjaan jadi harus cepat-cepat pindah"

"Boleh dong gua sering-sering main ke rumah kalian?"

"Boleh" ucap mas Jafran
Aku hanya menganggukkan kepala ku saja.

Selesai mencuci piring aku kembali ke kamar mengecek barang-barang yang akan ku bawa pergi, sedangkan Mas Jafran sedang membaca buku-buku tebal milik ku.

Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 11.00 aku dan Mas Jafran berpamitan kepada ibu dan ayah, dan melesat pergi meninggalkan pekarangan rumah.

Rasa nya sedikit tak rela meninggalkan mereka, jujur aku masih ingin berlama-lama tinggal bersama ayah dan ibu, menghabiskan waktu bersama mereka. Namun kini aku sudah menjadi seorang istri yang artinya aku sudah mempunyai tanggung jawab lain yaitu mengikuti kemana pun langkah suami ku pergi.

Siang ini jalanan tak terlalu padat, hingga tak butuh waktu lama untuk sampai ke rumah baruku. Nuansa cat warna hijau pupus, jejeran rumah satu model, tak lepas dari pandangan ku. Welcome lingkungan baru...

Saat aku turun dari mobil, aku sudah disambut oleh dua orang tentara muda.

"Assalamu'alaikum"

"Waalaikumsallam" yang dijawab serempak oleh mereka.

Tentara tersebut membantu membawa barang-barang ku kedalam rumah.

"Siap Bang ini kunci rumah nya, dan sudah selesai kami bersihkan, ada yang dapat kami kerjakan lagi?"

"Terima kasih, tidak ada kalian boleh kembali ke barak"

"Siap, mari Bang, ibu assalamu'alaikum" ucap mereka sambil memberi hormat kepada suami ku.

"Waalaikumsallam" ucap kami sambil tersenyum, hanya aku saja si yang tersenyum. Mas Jafran? Jangan ditanya, dari awal datang sampai sekarang wajah nya sedatar triplek.

Mas Jafran membawa ku melihat-lihat ruangan didalam rumah ini. Ruang tamu sudah terisi kursi kayu, televisi ukuran 21 inci dan foto pernikahan kami. Dikamar utama terisi ranjang ukuran sedang, satu lemari dan satu meja rias juga kamar mandi. Kamar satu lagi kosong melompong Tak ada apa pun hanya ada ranjang yang tak berkasur.

Dapur? Bersih tak ada barang apa pun, hanya ada satu piring, dua gelas sepasang sendok dan garpu, dan satu penggorengan beserta sodet.

Aku hanya melongo ketika melihat isi rumah ini? Mas Jafran bilang ini rumah dinas nya tapi aku tak yakin. Bagaimana tidak, tak ada barang apa pun disini dan ku yakini rumah ini lama tak berpenghuni.

"Mas rumah nya lama tak terisi?"

"Hehe, sebenarnya rumah ini jarang aku tempati, selama ini aku tinggal di barak dan pulang jika sedang ingin saja" ucap nya sambil senyum-senyum tak jelas.

"Pantas, rapi dan bersih ya mas sampai tak ada barang apa pun hehehe...”

Mas Jafran hanya menggaruk tengguk nya yang tak gatal.

"Besok kan aku hanya ada apel pagi, setelah itu kita pergi belanja kebutuhan dan perabotan rumah ini ya" Aku hanya menganggukkan kepala ku sambil tersenyum.

Hari ini ku habiskan dengan beres-beres baju, sepatu, tas dan buku-buku, soal memasak aku beli makanan jadi karena tak ada bahan-bahan makanan yang bisa ku masak lagi pula aku harus masak pakai apa? Gas elpiji saja tidak ada...

"Dek"

"Ya mas?"

"Ini ada kartu ATM untuk pegangan kamu, semua uang gaji ku masuk ke situ, kalau kamu mau beli apa pun pakai itu. Hemat-hemat ya"

"Iya mas" Mas Jafran memberiku kartu ATM berwarna merah putih, setahu ku kartu ini hanya dimiliki oleh Abdi negara seperti suami ku ini.

"Sudah ayo kita tidur"

TBC

Terima kasih sudah membaca, maaf jika ada kesalahan kata² dalam penulisan. Ambil sisi baiknya, buang sisi buruknya.

Salam hangat dari author ✌️

Sah Bersama Mu?? (Terbit E-book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang