9. joging

7.1K 403 9
                                    

Jangan lupa vote sebelum/sesudah membaca cerita ini, usahakan untuk komen dan follow akun author eca_saf

Terima kasih
&
Selamat membaca

Malam tadi ku habiskan untuk bertanya kabar dengan Nazwa, tak banyak yang berubah dari nya dan aku bahagia bahwa ia baik-baik saja di Mesir sana, ingin sekali ku mengunjungi nya namun jarak yang terlalu jauh dan waktu yang panjang menjadi penghalang kami untuk bertemu.

Pagi ini mas Jafran mengajak ku lari pagi, bilang nya si lari dilapangan tempat ia latihan namun nyata ia malah mengajak ku lari keliling komplek.

Cape? Tentu saja sangat malah, namun aku gengsi untuk mengakui nya ku pikir ini baru satu putaran yang ku lewati belum banyak, lagi pula ku lihat mas Jafran masih semangat, bahkan sangat semangat.

"Cape dek?"

"Belum aku masih kuat"

"Ya sudah, kita putar lagi"

"Udah mau dua putaran mas, mau muter lagi?"

"Iya kenapa? Kamu engga kuat?"
"Kuat si yeuu..."

"Awas ya mengeluh cape aku ga mau bantu, aku seret aja kamu pulang HAHAHAH" ucapan terakhir mas Jafran sebelum lari lebih jauh meninggalkan ku.

Menyebalkan memang tapi apa daya ku. Mengikuti langkah suami kan kewajiban istri tapi untuk yang satu ini aku menyerah.

"Dek Jafran rajin ya pagi-pagi sudah joging"

"Iya Bu, temani suami"

"Duh pengantin baru masih hangat-hangat nya"

Aku hanya tersenyum simpul mendengarkan penuturan ibu-ibu Persit  yang kutemui pagi ini.

Tak terasa dua putaran sudah ku selesaikan, mas Jafran ia terpisah jauh dengan ku. Untuk mengejar nya? Aku tak sanggup dan berakhir duduk di trotoar tak apalah biar saja ia mencari istri nya.

Jika kalian ingin tahu, komplek tentara ini memang tak terlalu luas, tapi cukup menguras tenaga jika berniat untuk mengelilingi nya.

Ku pijat kaki ku dipinggir jalan, tepat nya dipinggir lapangan, karena saat ini aku sedang duduk dipinggir lapangan. Banyak anak-anak kecil yang sedang berlari-lari, main sepeda, main bola juga ibu-ibu yang sedang berjemur sambil menyuapi anak-anak mereka.

Duduk ku bergeser tak kala mas Jafran duduk tepat disebelah ku dan menggesek-gesekan kepala nya kepada kerudung ku.

"Mas basah ih... jorok ya kamu"

"Keringat cinta dek" ucap nya sambil terkekeh melihat ku.

"Yuk lari lagi"

"Cape mas, ga cape apa kamu"

"Tadi kata nya kamu kuat, kok sekarang mengeluh?"

"Ya bayangkan aja komplek seluas ini kita kelilingi menguras tenaga tahu"

"Jadi istri ku kecapean?"

"Pulang ya mas"

"Satu kali lagi yuk?"

"Pulang mas" ucap ku memelas kala dia menarik-narik lengan ku untuk bangkit.

"Sekali lagi ya, istri tentara itu harus kuat"

"Cape mas, kamu aja sana aku tunggu sini"

"Ga mau, mau nya sama kamu"

"Pulang!"

"Hehehe... Ok... Ok... kita pulang"

Tangan nya tak lagi menarik ku, namun kini ia berjongkok dihadapan ku.

"Ayo kata nya mau pulang"

“Ya iya, tapi ngapain mas jongkok?"

"Nunggu kamu naik, ayo buruan aku gendong"


"Ga mau, malu mas. Bangun ah"
"Ga mau, ayo naik"

"Malu mas"

"Ok"

Mas Jafran beranjak bangun dari jongkok nya dan beralih mengangkat ku bak sebuah karung beras.

"Mas ihh... turunin aku malu"

Mas Jafran tetap saja berjalan, bahkan terkadang ia berlari. Sungguh aku sangat malu saat ini, bagaimana tidak kami menjadi pusat perhatian orang-orang asrama. Aduh mas Jafran ku ingin rasa nya menenggelamkan nya dilipatan baju. Tapi takut dosa.

"Sampai"

Mas Jafran menurunkan ku di depan pintu kamar mandi

"Sana mandi, dan ini handuk nya"

"Ya"

"Bilang makasih sama suami jangan lupa"

"Makasih mas"

"Yang ikhlas"

"Makasih mas Jafran, suami ku"

"Sama² sayang" ucap nya sambil tersenyum manis ke arah ku dan beranjak keluar, seperti nya ia pun akan mandi.

Tapi apakah kalian tahu, saat ini jantung ku tidak beres, aku? Salah tingkah kala mas Jafran mengucapkan kata² terakhir nya.

Kami sudah mandi.

Kami sudah sarapan.

Dan kini kami sedang duduk berduaan halaman belakang rumah.

Ngapain? Mas Jafran mengajak ku bercocok tanam, membuat tanaman hidroponik kata nya. Tapi aku hanya membatu sedikit sisa nya ia, karena jujur aku tidak pandai dalam hal ini.

"Dek"

"Apa mas?"

"Rajin-rajin ya diurus tanaman ini"

"Iya mas
"
"Jangan sampai mati"

"Iya"

"Ga perlu disiram, cukup ganti air nya saja kalau aku tidak sempat"

"Iya mas"

"Tahu engga kenapa aku tanam, tanaman seperti ini?"

"Engga, emang apa tujuan nya?"

"Mamah sering marah-marah sama papah saat cabai dipasar mahal dan aku tidak mau itu terjadi sama kita”

"Jadi?"

"Jadi aku inisiatif untuk membuat hidroponik ini supaya kalau cabai mahal kamu tinggal petik"

"Tapi mas yang kita tanam kan sayuran bukan cabai?"

Aku cukup heran dengan perkataan nya, kami menanam sayuran lalu ia membicarakan cabai?

"Ya siapa tahu, esok lusa harga kangkung ini bisa satu ikat dua puluh ribu"

"Ngaco kamu mas"
 
Kami terkekeh dengan pembicaraan ringan siang ini. Mas Jafran banyak membuat ku tertawa dengan sifat lawak nya, meski terkadang aku tak mengerti apa yang ia katakan, namun cukup membuat ku untuk selalu tersenyum dengan setiap tingkah manis nya.

"Sudah yuk, cuci tangan habis tuh kita masak"

"Ayok"

TBC

Terima kasih sudah membaca, maaf jika ada kesalahan kata² dalam penulisan. Ambil sisi baiknya, buang sisi buruknya.

Salam hangat dari author ✌️

Sah Bersama Mu?? (Terbit E-book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang