Langkahku semakin jauh meninggalkannya dan diikuti derap langkah ku pula tak sedikit orang yang bertanya keadaan ku perihal akan kejadian diatas panggung tadi.
Aku tetap berjalan menuju ruang istirahat yang disediakan untuk ku.
Duduk dan meneguk air mineral ku, mengambil pernapasan untuk menormalkan detak jantungku. Menenangkan pikiran yang seakan membludak, dan Hati yang semakin memberontak.
Tak lama terdengar suara pintu terbuka, Ia disana berdiri menunggu persetujuanku untuk melangkah mendekat.
"Masuklah, apa yang ingin kau sampaikan kepada saya, Tuan ? " kutekankan kata tuan disana untuk memperjelas keadaan saat ini.
Wajah nya semakin sendu dan menunduk, tak lama ia membuang nafas dan berjalan kearahku, lalu duduk tepat disebelahku menipiskan jarak diantara kami berdua, sontak aku langsung menggeser dudukku sedikit memberi nya jarak.
"Baik lah, beri aku kesempatan untuk menjelaskan tentang kejadian masa lalu kita dulu.." pintanya menatap kearahku
"Jelaskanlah, jika menurutmu itu penting. Aku akan berusaha mendengarnya Tuan.." balasku sedikit cuek sambil mengalihkan pandanganku ke arah handphone milikku yang memang akan membalas pesan pada seseorang yang menunggu sedari awal acara di dalam mobil yang terparkir di luar.
"Sebelumnya, maafkan aku atas semua yang terjadi saat itu_..", (terdiam sebentar lalu menarik kedua tanganku dan menggenggamnya, saat sebelumnya menaruh hpku ke atas meja) tatapan kami bertemu kembali.
"Maafkan aku yang telah menyakiti hati dan tubuhmu, tapi aku tak benar benar ingin melakukan semua itu. Sumpah demi apapun, aku tak berniat begitu by_.."(panggilan sayangnya dulu kepada ku aku menunduk, lalu diangkatnya daguku agar tetap menatap ke dalam matanya, menyuruhku memastikan kejujurannya).
" Aku minta maaf, Sungguh aku menyesal. Bahkan selama 7 tahun terakhir hidupku hancur dan sangat terpuruk. Saat ku dengar dari Ofar sahabatmu bahwa kamu mengalami koma dan harus di pindahkan ke Singapore. Aku hampir gila memikirkanmu. Aku mohon by maafkan aku." jelasnya memohon kepada ku.
" Aku sudah memaafkanmu, sudah sangat lama jadi berhentilah meminta maaf kepada ku Al_" ucapku terhenti ketika ia membawaku ke dalam pelukannya, mendekapku, melihat kearah ku, membelai pipiku lembut dengan senyum merekah pada bibirnya saat ini. Ucapan terima kasih berulang kali keluar dari mulutnya tak lupa pula dekapan yang semakin dalam di sampaikannya
"Bisakah kau langsung ke intinya saja!, aku sudah tak punya banyak waktu. Masih ada yang harus ku lakukan setelah ini" pintaku, dengan sedikit agak melonggarkan diri dari pelukannya, apakah aku jahat pikirku bertanya saat wajahnya kembali sendu.
"Baik lah, maafkan aku_(kembali kata maaf diucapkannya),
dulu...
Saat kau datang dan melihat kami, aku akui aku memang mencium keyna_", (aku membuang pandangan kearah lain, ternyata hati ini masih sakit mendengar kenyataan pahit itu kembali_Suara Hati Yuki)
Flashback On (Al POV)...
Kami beradu panco, saat pak Agus Guru Geografi tak hadir karena sedang cuti menemani istrinya yang akan melahirkan.
"Kau kalah AL, maka sekarang terimalah hukumanmu..." tawa Verrel dkk pecah di seisi kelas menyadarkan ku. Aku kalah taruhan saat bermain bersama Verrel dkk, dengan hukuman harus mencium salah satu siswi di kelas itu. Aku tidak terima, mana mungkin aku mau melakukan itu, jika saja aku tahu itu hukumannya mana mungkin kutrima tawaran Verrel beradu panco.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Hati Yuki
FanfictionYuki, gadis yang punya ribuan cerita untuk disampaikannya lewat story ini. Kumpulan sepenggal cerita pendek tentang Ia.. Suara yang selalu berbicara, dan berteriak namun tak pernah terdengar. Diabaikan ketika ia berkata kata, seperti udara yang ny...