Part 1🍁- Pertemuan yang Menyebalkan

63 10 0
                                    

Mendung telah menyapa paginya. Raisa berharap kalau hujan segera menemuinhya.Dia menengok jam mungil yang melilit di tangan kirinya. Waktu menunjukan pukul 07.05 kalau dalam 25 menit dia tidak sampai di kampus tamatlah riwayat hidupnya.Syukurlah tidak lama kemudian bus yang dia tunggu-tunggu datang.
Raisa tiba di kampusnya. Sesampainya. Saat memasuki gerbang kampus, raisa baru ingat kalau hari ini akan ada "Art Festival" di kampusnya.Raisa menepuk jidatnya kesal."Aduh Ra ngapain lo tadi gugup-gugup, kan hari ini ada acara di kampus. Jadi telatpun tidak akan ada masalah".Gerutunya dalam hati.

"Tiin..tiin..tiin".Suara klakson mobil berjenis sport membuatnya kaget.Raisa tidak menyadarinya kalau dia sedang berdiri di tengah-tengah pintu gerbang. Raisa pun reflek berpindah dari posisinya.

"Kalau mau jadi patung jangan di tengah-tengah jalan.Kan boss kita jadi terganggu.Iya nggak boss ?".

Seseorang yang tengah mengemudi mengomeli Raisa. Sekilas orang yang di sebut "boss" itu melirik Raisa tanpa ekspresi apapun dan mengisyaratkan kepada si pengemudi untuk melanjutkan jalan mobilnya.

Raisa hanya menanggapinya acuh. Dia tidak mau ambil pusing tentang mereka. Mereka berjumlah empat orang. Dan Raisa tidak tahu satupun nama dari mereka. Mungkin beda jurusan dengannya pikir Raisa. Dan anehnya setelah mobil itu terparkir semua ora yang ada di kampus langsung tertuju kepada orang-orang yang keluar dari mobil tersebut. "Ada apa dengan mereka semua ? Apakah dia artis di kampus ? Ah, suduhlah bodo amat.Gue nggak ada urusannya dengan mereka" ujar Raisa. Diapun berlalu pergi ke kelasnya yang terletak di lantai dua. Saat menaiki tangga, sama halnya dengan yang di luar mereka terburu-buru menuruni anak tangga dan muka-mukanya sangat senang.

"Din ! Ada apa kok mereka berbondong-bondong ke luar ?". Tanya Raisa kepada Dinda yang merupakan teman sekelasnya yang ikut-ikutan menuruni anak tangga.

"Katanya ada Arga cowok paling T O P di kampus ini. Ayo Ra kita liat ". Ajak Dinda ke Raisa.

"Hah ? Arga ? Siapa dia ?"

"Ya iyalah lo nggak bakal tahu. Orang temen sekelas lo yang cowok juga lo nggak pada tahu apalagi Arga yang beda jurusan dengan kita. Dia itu juga jarang ke kampus Ra, katanya sih sibuk dengan bisnisnya yang sudah mendunia gitu. Ayo Ra kita liat ajah kesana kayanya rumor kegantengannya yang beredar nggak mengecewakan deh." Jelas Dinda.

"Nggak lah Din. Gue nggak tertarik yang begituan. Gue mau ke kelas
ajah ".

"Hadeh. Ya udah deh Ra. Jangan nyesel Ra kalau lo nggak sempet bertemu dengan Arga Sang Pangeran idaman. Dah gue cabut ". Dinda pergi melanjutkan menuruni anak tangga dan menuju kerumunan yang mungkin sudah ramai.

Raisa hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dan melanjukan menaiki anak tangga hingga sampai ke kelasnya

Raisa memasuki kelasnya.Kosong. "Fuh ! Kalau aja aku ingat mendingan pergi ke tempat kerja ".Gerutunya.

Raisa di kagetkan oleh getaran handphonnya.Sebuah panggilan masuk.Dinda.

"Iya hallo din. Ada apa ?"

"Ra, lukisan tugas kelompok kita udah aku bingkai. Tadi gue liat Bu Lisa. Buruan anterin tugas kita. Gue udah bilang sama Bu Lisa kalau tugasnya akan di kasihkan sama kamu Ra. Beliau ada di ruang TU ".

"Lo beneran udah bilang ke Bu Lisa kalau gue yang mau ngasih ?"

"Iya Ra. Soalnya tadi gue papasan sama Beliau. Terus nanyain tugas kita. Gue bilang deh ada sama lo, soalnya tadi gue buru-buru ke bawah."

"Dimana lo naruh bingkai itu ?"

"Di atas bangku gue. Udah ya Ra, UKM seni Bela diri mau di mulai nih. Dah."

"Tut..tut"
Raisa mengambil figuranya di kelas. Dia melihat ada di bangku Dinda. Lalu mengambilnya dan membawanya.

Keramaian acara "Art Festival" terlihat dari lantai dua. Sekilas Raisa memperhatikannya. Kemuadian acuh dan pergi menuruni anak tangga untuk pergi menemui Bu Lisa.
Satu persatu anak tangga ia turuni.
Belum sampai ia menuruni anak tangga handphonnya berdering.

"Iya ada apa lagi Din ?"

"Lo dimana Ra. Bu Lisa kayaknya mau pergi deh ".

"Iya ini gue lagi turun kebawah. Bentar lagi sampai kok ".

"Ya udah buruan. Dah ".

Dinda memutuskan sepihak. Raisa agak sedikit kesal.
Saat Raisa sampai di bawah tanpa di sadari dia bertabrakan dengan seseorang. Seketika dia terjatuh dan benda yang di bawahnya kehilangan kendali dari peganganya begitu pula dengan handphonnya. Semuanya jatuh.

"Prank !"

Sebuah lukisan yang menggunakan kaca sebagai alasnyapun pecah berkeping-keping. Raisa hanya bisa menyaksikan semuanya hancur di" depan matanya. Seorang laki-laki yang menabraknyapun kaget, namun tidak terjatuh seperti Raisa. Tetapi handphon yang di pegangnya kehilangan kendali dari pegangannya juga.

"Sorry sorry. Gue nggak sengaja ". Pinta cowo yang ada di depan Raisa.

Raisapun mendongakkan kepalanya menatap cowo yang telah menabraknya hingga terjatuh. Raisapun bangun.

"Terus dengan permintamaafan lo itu apa akan mengembalikan tugas gue yang udah berantakan ?!"

"Hey ! Gue disini nggak sepenunhnya bersalah yah. Lo kan tiba-tiba nongol begita aja. Dan itu nggak salah kalo lo tertabrak sama gue. Dan.."
Belum selesai cowo tersebut berbicara dengan Raisa tiba-tiba seseorang memanggilnya.

"Arga. Cepetan udan di tunggin sama semuanya !". Teriak seorang cowo dari kejauhan.
"Oke. Gue kesana ". Balas cowo yang di panggil Arga. Lalu ia kembali menatap Raisa.

"Ingat ! Itu bukan sepenuhnya salah gue ". Ujar Arga sambil mengambil handphonnya yang terjatuh dan pergi meninggalkan Raisa yang masih mematung.

Raisa tambah kesal dengan cowo tersebut. Diapun bingung harus bagaimana dengan tugasnya ini. Diapun berjongkok dan memutung percikan kaca.

"Aw !". Tanpa di sadari Raisa tergores kaca yang lumayan dalam. Darah segar mengalir di tangan kirinya. Sesegera mungkin ia merapikan percikan kacanya dan pergi untuk mengobati lukanya.

Save MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang