Part 10🍁- Makasih Ga

11 1 0
                                    

Raisa menutup pintu. Masih memegangi jam yang di berikan Dito tadi. Dia menyenderkan tubuhnya di pintu.

Kenapa jadi serumit ini hidupnya. Raisa jadi teringat dengan ayah dan ibunya. Dia kangen. Dia pengen pulang kerumahnya dulu. Walaupun gak bakalan nemuin ibunya lagi. Tapi dia benar-benar ingin pulang. Raisa merangkul kedua lututnya. Ia menangis.

__

Arga menaiki anak tangga dengan lesu. Dia sangat mengantuk. Saat akan mengetuk pintu, Arga langsung mengurungkan niatnya. Pintunya tidak tertutup rapat. Dan ada suara tangisan. Raisa menangis ?

"Ra ?".

Sontak Raisa langsung mengakhiri tangisannya. Berusaha berdiri dan mengelap bekas tetesan air mata di pelupuknya. Mencoba menata napasnya yang tadi agak sesegunan.

"Iya ?". Raisa membuka pintunya. Ternyata Arga.

"Lo nangis ?".

"Ee..enggak kok ".

"Jangan boong. Hidung lo sembab gitu. Lo kenapa ?".

"Gue kangen aja sama ayah dan ibu gue ". Raisa kembali meneteskan air matanya.

"Mereka dimana ? Di rumah ? Gue anterin kesana ?".

Raisa malah tertawa.

"Lo ngapain malah ketawa ?".

"Mau lo anterin seharian juga gak bakalan ketemu Ga ". Ucapnya. Tangisannya mulai menghilang.

"Maksud lo ?".

"Ibu gue udah gak ada, udah meninggal. Dan ayah, gue gak tau ayah gue ada dimana ". Raisa menunduk.

"Sorry Ra ".

"Gak apa-apa kok. Lo ada perlu apa ke atas ?".

"Gue mau ambil baju ".

"Oh ya udah gue tunggu di luar ". Raisa berjalan menuju sofa yang ada ruangan sebelah kamar Arga ada tvnya juga.

'Kok gue udah ngerasa akrab banget sama tuh cowo yah. Padahal nggak pernah kenalan. Tiba-tiba udah kenal gini'. Batin Raisa.

Sambil menunggu Arga yang mungkin mandi sekalian Raisa mencoba meraih salah satu buku yang ada di bawah meja.

Semuanya tentang bisnis. Raisa tidak tertarik. Akhirnya dia mengambil salah satu majalah yang tergeletak di di atas meja.

Raiasa membolak balik halaman demi halaman. Hingga di halaman terakhir. Raisa menoleh ke arah kamar. Arga belum keluar juga. Raisa sudah mulai bosan dan mengantuk. Dilihatnya jam tangan yang di kasihkan Dito. Sudah terpasang di pergelangan tangan kirinya. Waktu menunjukan pukul 3 sore.

Raisa menguap. Dia mulai ngantuk.
'Duh kenapa gue malah ngantuk jam segini sih ' .Gerutunya.

Raisapun menelengkupkan tubuhnya di sofa. Dia tertidur.

Arga keluar. Rambutnya masih tertutup handuk kecil.
"Kemana Raisa ?".

Arga mencoba mencari ke sekeliling. Ternyata ada di sofa. Dia coba mendekatinya. Raisa tertidur. Arga mengamatinya sambil duduk di meja.

Wajah Raisa sedikit tertutup beberapa helai rambutnya. Rambutnya di ikat tapi berantakannya udah kemana-mana. Arga mencoba untuk merapikan rambut Raisa yang menutupi wajahnya. 'Manis'. Batin Arga. Lalu ia tersenyum simpul.

"Sepuluh menit lagi boss". Raisa ngigo.

"Sepuluh jam juga gak apa-apa ". Arga malah menjawab meledeknya.

"Umm..?". Raisa mengucek-ngucek matanya. Dan mencoba menyadarkan dirinya.

Raisa terbangun. Dilihatnya Arga yang tengah duduk di depannya di atas meja. Rambutnya masih basah. Masih ada handuk kecil di lehernya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Save MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang