Part 3🍁- Virus Pikun

38 7 2
                                    

Hari ini begitu melelahkan bagi Raisa. Raisa merebahkan tubuhnya ke kasur. "Fuh". Dia menatap langit-langit kamarnya. Memutar memorinya sederetan kejadian-kejadian yang di alaminya.
"Gara-gara dia semuanya kacau. Tugas gue kerjaan gue. Haduh. Oh iya Dinda, gue harus ngehubungi dia ".

Raisa meraba-raba isi tasnya. Ketemu. Tapi ada yang aneh dengan handphonnya.
"Kok kaya bukan handphon gue yah ?"
Warna handphonnya memang sama. Cream. Tapi bodi tubuh handphonnya agak berbeda. Ini lebih lebar dan tipis. Raisa mencoba menekan tombol powernya. Raisa terkejut. Itu benar-benar bukan handphonnya. Wallapaper berbeda dengan miliknya dan kuncinya menggunakan pola, bukan sandi seperti miliknya. Raisa mencoba mengingat kejadian tadi pagi. Benar. Pasti tertukar. Soalnya pas tadi tabrakan mereka sama-sama memegang handphon dan sama-sama terjatuh juga handphonnya. Dan tidak salah lagi cowok itu salah mengambil handphon, dan yang di bawa adalah handphon dirinya.

Tertera 99 panggilan. Raisa pun semakin kebingungan. 99, pasti itu handphon penting. Dan Raisa tidak bisa membuka pola sandi handphon tersebut. Dia akhirnya menyudahi dan membiarkannya. Handphon tersebut di taruh di meja keci di kamarnya. Biarkan pemilik handphonnya terus mencari. Toh itu bukan kesalahan dirinya. Menurutnya itu impas. Raisa kehilangan tugasnya dan si cowo sial itu kehilangan handhonnya. Raisa juga tidak memperdulikan handphon miliknya. Dia tidak memeliki sesuatu yang begitu penting di dalam handphonnya.

Karena hari sudah begitu sore. Raisa beranjak pergi dari duduknya untuk mandi.

🍁🍁🍁

Mendung menyapa paginya. Tapi Raisa enggan menyapa balik karena hujan tidak kunjung turun ke bumi menemani langkahnya. Ia rindu hujan. Ah sudahlah. "Semangat untuk hari ini ". Serunya.

Keadaan kampus sudah cukup ramai. Raisa berjalan menuju kelasnya. Ia menilik jam tangannya. Sebentar lagi kelasnya masuk.
"Hahh". Raisa terkejut sesosok laki-laki tiba-tiba muncul di depannya. Bak hantu.

"Eh lo bisa nggak sih, nggak tiba-tiba muncul terus kaya SETAN ".

"Setan. Setan. Lo tuh yang setan ". Jawabnya balik. "Mana handphon gue ?". Lanjutnya.

"Handphon ? Oh iya, gue lupa ". Sambil menepuk jidatnya.

"Jangan pura-pura sok lupa deh. Jangan-jangan sama lo udah di jual. Itu kan handphon mahal ".

"Hah ?! Di jual ?!. Sorry gue nggak nyari uang dengan cara yang HARAM !".

"Terus mana ?".

"Gue lupa. Ketinggalan di rumah ".

"Dasar. Pikun banget sih lo. Buruan ambil !"

"Sekarang ?"

"Ya iya lah. Masa tahun depan ".

Raisa menengok jam tangannya. Memastikan waktu yang tersisa.

"Nggak bisa. Lima menit lagi gue masuk. Nggak mungkin gue balik lagi ke kontrakan. Entar aja kenapa sih, gue bakalan balikin kok. Khawatir banget dan sorry gue bukan aktor pencuri ".

Raisa melakahkan kakinya hendak pergi meninggalkan cowo tersebut. Tetapi belum sempat ia menjauh darinya, tangannya sudah di tarik dan di bawa oleh laki-laki tersebut.

"Eh, lo mau ngapain. Lepasin nggak ?!".
Raisa berusaha melepaskan tangannya tetapi pegangan lelaki tersebut terlalu kuat.

Dia menariknya ke tempat parkir dan memaksanya untuk masuk ke mobilnya. Tanpa di sadari mereka berdua menjadi perhatian. Cowo tersebut lantas duduk di pengemudi siap menyalakan mobilnya. Dan entah akan kemana tujuannya. Dengan gesit mobil tersebut sudah keluar dari areal parkir dan keluar gerbang.

"Dimana kostan lo ?" Tanyanya sambil terus menambah kecepatan laju mobilnya.

"Jl. Anggrek no.24 . Eh, lo mau bunuh diri yah ?!. Ini cepet banget ".

"Lo butuh waktu lima menit kan untuk sampai ke kampus lagi. Ya udah gue bisa bawa lo lima menit untuk bolak balik. Pakai sabuk pengamannya, kalo nggak mau jidat lo kebentur ".

Raisa menuruti perkataannya.

"Dasar cowo gila !". Seru Raisa.

Benar. Yang biasanya sepuluh menit menggunakan bus oleh cowo itu di tempuh dalam dua menit saja dan mereka sudah di depan kontrakannya. Entah apa yang di rasakan Raisa sekarang apakah dia kagum atau malah menganggap cowo yang di sampingnya memang benar-benar gila.

"Cepat ambil handphon gue ".

"Iya sabar !"

Raisa turun dari mobil dan masuk ke kontrakannya. Beberapa menit kemudian Raisa kembali membawa handphon. Dan duduk kembali.

"Nih !"

Cowo tersebut menerimanya.

"Cepet kita balik ke kampus tiga menit lagi gue masuk".

Cowo tersebut menyalakan mobilnya dan mulai melajukannya. Tetapi tangan kirinya menyalakn handphon yang tadi di terimanya.

"Gila ini 99 panggilan lo abaikan ".

"Ya mana gue tau. Gua juga nggak bisa buka pola sandinya. Bisa nggak buka handphonnya nanti lagi, lo nggak takut kecelakaan apa ?"

"Bawel banget sih lo ".

"Suka-suka gue. Mulut-mulut gue ".

"Iya semut juga tau kalo itu mulut lo. Tapi bukan telinga lo aja yang ndengerin ".

Sekejap Raisa langsung diam. Raisa juga heran dengan dirinya sendiri. Kenapa dia sekarang jadi banyak ngomong.

Dua menit kemudian mereka sudah sampai di kampus.

"Bener kan apa kata gue . Masih sisa tuh satu menit ".

Tanpa membalas omongannya dan tanpa a i u e o lagi Raisa turun dari mobil dan berjalan dengan kecepatan tinggi menuju kelasnya. Dia juga tidak dengan pandangan orang-orang yang sedari tadi terus memperhatikannya.

Untunglah dosennya belum masuk. Raisa langsung duduk di kelasnya. Dia mencoba mengatur nafasnya. Mata raisa menelusuri ruang kelasnya. Semua orang memperhatikannya. Termasuk Dinda yang duduk di sebelahnya.

"Mereka pada kenapa sih Din ? Lo juga ikuta-ikutan natap gue kek gitu".

"Lo tau nggak Ra kalo sekarang lo jadi trending topic kampus ini ".

"Loh kok bisa ?"

"Ya bisa lah orang pake A kalo pake U jadinya bisu ".

"Jangan bercanda deh Din. Maksud lo apaan sih ".

"Hihi . Nggak Ra. Tapi lo emang sekarang jadi trending topic. Sejak kejadian tadi pagi yang lo di seret-seret masuk ke mobilnya Arga semua orang mempertanyakan lo. Kalo gue sih udah paham, pasti permasalahannya handphon kalian yang tertukar. Iya kan ?"

"Kok lo tau Din ?".

"Iya tadi malem gue nelvon lo. Gue udah ngecebrek dadi jakarta sampe surabaya dan ternyata lawan bicara gue malah bukan lo dan ternyata Arga. Tau gitu gue nyusun kata-kata dulu ".

"Oo.. gitu ".

"Terus handphon lo udah sama lo lagi ?"

"Oh iya Din, gue lupa. Tadi gue langsung cabut ke kelas dan nggak minta handphon gue sama si cowo sial itu ".

"Eh, ati-ati Ra, namanya Arga bukan cowo sial ada yang denger mampus lo nanti. Hadeh lagian juga lo pikun di pelihara mulu sih ".

"Mau Arga atau siapapun panggilannya gue nggak peduli. Tadi gue tuh gugup jadi nggak inget ".

Belum selesai percakapan mereka. Pak Bambang sudah datang untuk siap menjejeli beberapa materi ke mahasiswa kelas tersebut.

🍁🍁🍁


Save MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang