Part 4🍁- Arga

17 7 0
                                    

Arga Drasta Siregar

Tampan, kaya, cerdas, pembisnis muda, jago berkelahi dan dia belum pernah dekat dengan cewe manapun. Menurutnya itu akan mengganggu kehidupannya. Dia hanya menunggu waktu yang tepat.

Sejak SMA di sudah menggantikan sosok ayahnya dan mengharuskan ia untuk menjadi kepala keluarganya. Dia anak tunggal, Ibunya sudah meninggal sejak umur 5 tahun dan ayahnya sedang mengalami koma panjang karena kecelakaan sejak ia mengenyam pendidikannya di SMA. Dan sejak itu pula di harus menggantikan ayahnya mengambil alih perusahaan milik ayahnya.

Di dalam Negri maupun di Luar Negri sekiranya ada sepuluh yang ia pegang. Karena Arga sangat cerdas jadi itu tidak membuatnya pusing. Saat SMA dia sering mengambil cuti, tapi itu tidak membuat turun prestasinya.

Beralih ke masa kuliahnya. Dia kuliah di salah satu Perguruan Tinggi ternama di Indonesia. Menurut teman-temannya, tidak kuliahpun tidak masalah. Dia sudah memiliki pekerjaan yang berpenghasilan. Namun baginya Pendidikan tetaplah penting. Walaupun dia harus bolak balik Luar Negri dan sering cuti di kampusnya.

Semakin tinggi pohon tumbuh semakin tinggi pula angin akan menggoyangkannya. Semakin sukses Arga dengan bisnisnya semakin banyak pula musuh yang menghampirinya. Tak jarang pula banyak orang yang ingin melenyapkannya. Tetapi dia selalu selamat. Arga juga mahir dalam berkelahi. Sejak SMP dia sudah mengikuti Seni bela diri untuk melindunginya dari bahaya yang mungkin akan mengancam nyawanya.

Karena banyak yang tidak suka dengan kesuksesan Arga, orang-orang terdekatnyapun terlibat dengannya. Seperti ayahnya. Dia harus menyembunyikan ayahnya dari mata para musuh-musuh.

Ayahnya di rawat secara pribadi di rumahnya yang ada di Amerika. Disanapun rumahnya harus selalu di jaga oleh bodyguardnya. Dan pastinya rumah tersebut sulit untuk di masukinya.

Dan musuh-musuh itu pula yang membuat Arga tidak ingin mendekati cewe siapapun. Karena itu akan membahayakannya. Dia bisa menjadi alat kelemahannya Arga bagi musuh-musuhnya.

🍁🍁🍁

Mata kuliah Raisa hari ini selesai. Raisa membereskan semua buku-buku ke dalam tasnya. Dinda yang di sebelahnya masih mengotak-atik handphon. Dan sepertinya dia sedang berbicara dengan seseorang melalui handphonnya.

"Din, gue duluan yah ".

"Bentar Ra. Ada yang nyariin lo nih ".

"Siapa ?"

"Nih lo ngomong langsung ajah ".

Dinda memberikan handphonnya ke Raisa.

"Iya hallo ?"

"Lo masih butuh ni handphon nggak, kalo nggak gue buang ".

"Enak ajah main buang-buang gitu ajah ".

"Ya udah lo butuh nggak ?!"

"Iya iya gue butuh. Dimana lo sekarang, gue mau ngambil handphonnya ?!"

"Gue lagi ngelatih anak silat, di lapangan yang deket kampus. Lo pasti sekarang di kampus kan. Gue tunggu lima menit nggak dateng gue buang handphon lo ".

"Lima menit ?!, lo pikir gue roket hah !"

"Heh roket. Gue pikir lo malah lebih lambat dari siput ".

"Siput ?!. Oke gue buktikan kalo gue sampe di disitu tidak kurang dari lima menit ".

"Tut".

Raisa mematikan sambungannya. Lalu mengembalikan handphon milik Dinda.

"Makasih Din. Gue duluan yah. Bye ".

Raisa langsung berlari keluar meninggalkan Dinda.

"Eh Ra, lo mau kemana ?"

"Ke lapang !". Jawab Raisa yang sudah tidak terlihat wujudnya.

"Empat menit tiga puluh detik ". Ucap Arga.

Raisa mengatur nafasnya yang naik turun tidak beraturah. Dia memegangi pinggangnya, menyokong kakinya yang kecapean. Dia udah kayak maling yang habis di kejar-kejar. Matanya tertuju pada seseorang yang sedang berdiri di hadapannya yang kemudian duduk di kursi yang ada di situ. Raisa juga melihat kalo dia memegang sebotol air mineral yang dingin. 'Ternyata dia peka juga, kalo gue lagi haus banget' , pikirnya. Tetapi pikiran itu seolah-orang tersambar petir. Cowo itu membuka tutup botolnya dan meminumnya sendiri di hadapan Raisa yang sedang kecapean dan kehausan. Raisa hanya memandangnya sambil menelan ludahnya. Ingin sekali Raisa menumpahkan botolnya dan membanjurkan air tersebut ke mukanya.

'Bener-bener ni cowo nggak punya rasa kasihan sama sekali apa ? Dengan santainya dia minum air seger di hadapan gue yang lagi kehausan. Damn !'

"Lo mau ? Ups abis . Mau gue ambilin air di sumur ?"

"Nggak usah di sumur ! Sekalian aja tuh di laut yang airnya asin kayak muka lo. Mana handphon gue. Tambah haus aja gue ngeliat muka lo".

Arga tersenyum sinis.

"Bener nih muka gue asin ? Padahal gula termanis di dunia inipun kalah sama manisnya muka gue ".

"Hahaha. Manis ?! Makanya lo kalo ngaca itu di kaca jangan di tembok ".
Raisa menertawai Arga.

Arga hanya menonton Raisa yang menertawainya tanpa menjaweli omongannya. Tersadar kalo dirinya di perhatikan Arga, Raisapun berhenti tertawa dan merasa kikuk karena dia yang hanya tertawa.

"Ngapain lo ngeliatin gue ?!"

"Udah ketawanya? Perasaan nggak ada yang lucu, ngapain lo ketawa ?"

"Suka-suka gue dong. Mulut-mulut gue. Udah deh, mana handphon gue ?"

Arga merogoh sakunya dan memberikan apa yang di minta Raisa. Raisa menerimanya. Begitu Raisa menerimanya tiba-tiba segercik air mulai turun dan lama kelamaan gercikan air tersebut semakin hujan. Hujan. Arga dan Raisapun berlari mencari tempat berteduh.

"Tuh kan hujan. Gara-gara lo sih kelamaan ".

"Dih. Gue juga nggak nyuruh lo kesini . Kan lo yang butuh handphonnya, bukan gue "

"Bodo amat. Pokoknya semua ini salah lo !".

Raisa mengambil payung yang ada di tasnya. Untungnya dia membawa payung. Dan mulai memegarkan payungnya.

"Bukannya lo suka hujan. Ngapain pake payung ?"

Raisa heran, bagaimana dia tau kalo dirinya suka hujan.

"Suka sih suka. Tapi gue nggak bisa kerja dengan baju basah. Dan darimana lo tau kalo gue suka hujan ?"

"Dari sandi handphon lo ".

Arga berlalu meninggalkan Raisa yang masih ingin bertanya darimana dia tahu sandi handphonnya. Dia menyusul teman-temannya yang ikut hujan-hujanan melatih para juniornya. Raisapun pergi. Dia sudah tidak peduli bagamania si cowo itu mengetahui sandi handphonnya. Lagian juga handphonnya sudah kembali.

Rinai hujan menemani langkahnya yang terasa begitu sepi. Sesekali ia mengulurkan tangannya. Mengakrabkan dirinya dengan hujan. Dia juga ingin kalau hujan ikut merasakan apa yang ia rasakan sekarang.

🍁🍁🍁



Save MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang