Bagian 4

4.7K 554 89
                                    

22 Desember 2019

Berdoa dulu gan.
Votementnya jan lupa

***

"Aku akan kehilangan pekerjaanku."

Jisung berujar pelan. Ia sedang duduk bersandar pada ranjangnya, retakan di punggungnya syukur saja tidak cukup parah, dan ia masih bisa menegakkan tubuhnya. Renjun mengabaikan ucapan Jisung dan terus menyuapi sarapan untuk Jisung.

"Renjun—"

"Aku akan membantumu mencari pekerjaan, Jisung. Tidak usah dipikirkan, makanlah sarapanmu dan lekas sembuh."

Jisung menolak suapan Renjun, ia membungkam mulutnya dan menggeleng pelan.

"Kau tidak mengerti Renjun, sebagai honorer, gaji dari perusahaan itu melebihi gaji honorer di perusahaan lain." lirih Jisung.

"Sepenting itukah? Bekerja dimanapun sama saja, kau akan digaji Park Jisung, biarkan saja dia ditahan! Orang sepertinya pantas mendapatkannya." Renjun mulai kesal. Pasalnya, Jisung selalu saja takut pekerjaannya akan dicabut karena berani menuntut Jeno, dan biaya rumah sakitnya tidak akan terpenuhi, gajinya tidak banyak karena ia hanya seorang honor.

"Mereka akan membayar semua ini, aku jamin. Dan kau tidak akan kehilangan pekerjaanmu." Renjun memelas, membuat Jisung menatap Renjun dengan raut yang sulit diartikan.

"Aku bekerja, mengharapkan gaji yang lebih dari cukup untuk Ibu, dan untukmu."

"Jisung?"

"Aku ingin menikahimu, Huang Renjun. Aku ingin menafkahimu, tanpa kau harus bekerja."
Ucapan Jisung senantiasa membuat Renjun terdiam. Kali ini runtuh sudah pertahanan Renjun, ia menangis karena melihat ketulusan Jisung.

"Hari itu aku ingin melamarmu.. aku ingin kau menyiapkan mawar putih, yang nantinya akan kugunakan untuk melamarmu. Aku sudah membelikanmu cincin, Ibu bilang kotak cincinku, dompet, dan ponselku ia bawa dan ada di rumah. Saat aku sehat, dan keluar dari sini, aku akan mengulangnya. Aku akan melamarmu, dan kita akan menikah."
Renjun tidak menjawab, ia sesenggukan dan menangis nyaris meraung-raung. Matanya sembap dan bibirnya yang sedari tadi ia gigit memerah karena menahan isakannya. Tangan Jisung terulur lemah untuk sekedar menarik Renjun kedalam pelukannya.

"Sekarang.. aku bertanya.." ucap Jisung pelan, membuat isakan Renjun mereda seolah ia sedang menanti pertanyaan Jisung.

"Kau mau kan? Menikah denganku?" Jisung berujar lembut, sangat lembut. Terasa Renjun mengangguk dalam pelukannya.

"Hiks.. tentu saja.. pasti.." jawab Renjun sembari masih terisak. Jisung tersenyum dan mengecup pelan pucuk kepala Renjun.

"Kalau begitu biarlah pekerjaanku menghilang, aku punya cukup tabungan untuk pernikahan kita. Aku akan mencari pekerjaan lain untuk menghidupimu dan Ibu nanti."

"Sungguh?"

"Aku tidak akan berencana menikahimu jika aku tidak punya uang, dasar gendut." ledek Jisung.

"Kalau kau tidak sakit, aku akan mematahkan tulang-tulang kurusmu." omel Renjun, kemudian keduanya saling tertawa.

"Bagaimana tokomu?"

"Haechan dan Mark, mereka ditemani Ibu." Renjun merengek, "Padahal aku menyuruh Ibu untuk menemanimu disini dan biar aku yang menjaga toko, maka sehabis menjaga toko aku bisa kesini dan Ibu bisa pulang untuk beristirahat. Tetapi Ibu memaksaku untuk melakukan kebalikannya, aku tidak tega~"

Renjun merengek.

Mengemaskan.

Tuhan, kuatkan Park Jisung.

Destinació || Noren [Remake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang