Bagian 7

4.5K 502 216
                                    

24 Febuary 2020

Bismillah dulu jan lupa...
Sebelum mengumpat ya.  :)
Sabar ya gan sabar.
Ehe.

•••

"Bagaimana menurutmu jika kita membuat Ayah dan Ibu menimang cucu mereka?"

Renjun membelalak kaget kemudian membalikkan tubuhnya, netranya langsung disapa oleh tatapan menusuk Jeno, jangan lupakan seringai tipis yang terukir di wajah sang tuan muda.

"Bercanda, sayangku." Jeno memundurkan langkahnya, kemudian memberikan album foto itu kepada Jihoon.

"Lagipula—" Jeno menggantungkan kalimatnya dan menatap remeh Renjun dari atas hingga kebawah, kemudian mendecih tak suka, "Kejantananku tidak sudi dan terlalu jijik untuk memasuki lubangmu itu, Jisung pasti sudah menggagahimu berulang kali, Bukan? Maaf saja aku tidak terima bekas."

Jeno berucap demikian, membuat Renjun mengigit bagian bibir dalamnya sangat amat kuat, menahan air matanya yang ingin tumpah membanjiri pipi mulusnya. Hatinya terkoyak hanya karena kalimat Jeno, ia merasa sangat direndahkan dan harga dirinya seolah diinjak-injak.

Renjun bersumpah demi apapun ia dan Jisung tidak pernah melakukan hal lebih dari sekedar bergenggaman tangan, berpelukan, atau kecupan di dahi dan pipi. Jisung sangat menjaganya, Jisung tidak pernah melakukan hal yang sekiranya merusak Renjun sebelum ia sah meminangnya. Renjun sakit mengingatnya, ia ingin Jisungnya. Namun takdir berkata lain, ia harus disandingkan dengan orang seperti Jeno yang bahkan tidak menjaganya terlebih lagi saat mereka sudah sah dihadapan Tuhan, Jisung bisa lebih baik menjaga Renjun bahkan sebelum keduanya mengikat janji.

Renjun sekilas membayangkan betapa bahagianya ia apabila Jisung yang menyambutnya di altar saat itu, Jisung yang mencium lembut bibirnya tanpa ada kekasaran di dalamnya. Renjun membayangkan jika saja ia menikah dengan Jisung ia akan tetap bahagia meski hanya di rumah sederhana namun dipenuhi kehangatan dari Jisung dan Ibunya, bukan di penthouse mahal dan mewah tetapi penuh kekejaman yang menusuk didalamnya.

"Sampai kapan kau akan menangis seperti itu, sialan? Wanita itu dan Ayahku akan menanyakannya nanti! Hapus air matamu, dasar cengeng! Terima saja kenyataan bahwa kau memanglah lelaki murahan, jalang!" bentak Jeno lagi.

Renjun hanya terdiam dan mengusap pelan matanya, berusaha menormalkan lagi raut wajahnya. Kemudian keduanya kembali menuju ruang keluarga dimana Sehun dan Luhan sudah menunggu. Jeno merangkul mesra bahu Renjun kemudian mengecup pipinya, membuat Sehun dan Luhan tersenyum senang melihat keduanya.


•°•°•°•°•


Seminggu lebih setelah makan malam bersama di mansion Konglomerat Oh, Jeno masih tetap bersikap seperti biasa. Bahkan saat Sehun, orang yang sangat dihormati dan disayangi Jeno itu berucap 'Jaga dan sayangilah Renjun, dia anak yang manis. Ayah percaya kau bisa menjaganya dengan baik.' namun Jeno tetap tidak mengindahkannya, ia masih terus memaki dan menyiksa Renjun sepuas hatinya. Bahkan tidak ada kata puas bagi Jeno untuk menyakiti Renjun.

Dalam keadaan biasa saja ia sering membuat Renjun seolah akan nangis darah, apalagi disaat emosi besar seperti ini?

Jeno mengalami masalah berat di kantor hari ini, seisi kantor tercengang melihat wajah Jeno yang penuh aura mematikan, bahkan segaris senyum pun akan sulit dipahat di bibirnya. Jeno menuju ruangannya diikuti Jaehyun yang setia berada di sisinya, keduanya baru usai menyelesaikan rapat di aula.

Destinació || Noren [Remake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang