Bagian 8

5.2K 514 112
                                    

28 Febuary 2020

Bismillah dulu gan jangan lupa.
Jaga pikiran kalian.....g. Deeng.

Votement jan lupa gan.

•••


“HUANG RENJUN!!"

Renjun terlonjak dari posisinya kemudian membangkitkan diri dari duduk nyamannya. Ia terkejut melihat kedatangan Jeno dengan mata yang memerah, kemeja yang kusut, dan rambut coklatnya yang sedikit acak-acakan.

“Jen–”

“Kau bajingan! Beraninya kau mendonorkan darah menjijikkanmu itu padaku, kau fikir kau siapa hah?!” Jeno menarik lengan Renjun agar berdiri menghadapnya.

Renjun terkejut atas perkataan Jeno. Pada akhirnya ia hanya diam, namun akhirnya air mata itu turun saat Jeno menjambak rambutnya agar wajahnya menengadah menatap sosok iblis dihadapannya.

“Untuk apa kau menangis bajingan kecil?” Jeno berujar dengan suara rendah dan dalam, tepat di depan bibir Renjun, nafasnya memburu seolah-olah ia ingin membunuh Renjun dengan membabi buta saat ini juga.

Renjun mencium aroma alkohol menguar dengan sangat drastis dari Jeno, ia mabuk.

“A-apa ada yang salah dari hal itu? Aku hanya– Astaga Jeno kau mab–”
Ucapan Renjun terhenti saat Jeno menarik kasar pergelangan tangan Renjun menuju kamarnya, melempar tubuh lemah itu hingga tersungkur di atas tempat tidur. Renjun meringkuk takut di atas ranjang sang tuan muda, melihat Jeno yang melepaskan ikat pinggangnya dan membuka seluruh kancing kemejanya memamerkan dada bidang dan otot ringan yang menghiasi perutnya. Renjun berdoa dalam hati, berharap Tuhan menyelamatkannya saat ini juga.

Jeno melepas pantofelnya kemudian merangkak kearah Renjun, merangkak diatas tubuh lemah yang bergemetaran itu. Renjun menahan isakannya saat tubuh Jeno semakin berada dekat dengan tubuhnya, lelaki itu berada diatasnya sekarang.

“Jen, apa maumu? Jangan sakiti aku, aku mohon dengan sangat.” ada getaran dalam suara Renjun, ia menggigit kuat bibirnya dan mencengkram kerah kemeja Jeno yang berada di atasnya, Jeno semakin mendekatkan dirinya dan tidak menggubris rentetan kalimat yang keluar dari belah bibir Renjun.

“Menurutmu?” bisik Jeno.

Suara itu dalam, dan berat. Membuat sekujur tubuh Renjun merinding, terasa sengatan listrik menjalar di setiap aliran darahnya.

“Jeno kau mabuk!” Renjun membentak dan mendorong dada Jeno dengan seluruh kekuatan yang ia punya namun nihil, Jeno jauh lebih kuat darinya.

Jeno semakin menekan tubuhnya untuk menempel pada Renjun dan meraup kasar bibir Renjun. Renjun berontak dalam ciuman itu, bibirnya sakit, berdarah, Jeno memberikan lumatan kasar sekaligus menggigit kuat bibir Renjun. Renjun meringis sakit, ia tak membalas satu detikpun lumatan demi lumatan yang diberikan Jeno, ia mencengkram kuat bahu Jeno dan berusaha mendorong tubuh tuan yang sedang mencumbunya dengan ganas itu.

Renjun tidak ingin seperti ini. Ia masih berontak, berusaha memalingkan wajahnya untuk melarikan diri dari ciuman tak berperasaan itu, hatinya sakit dan pilu, ia terisak saat berhasil melepaskan tautan Jeno.

Membuat Jeno menggeram marah dan mengangkat tubuhnya.

PLAK!

Dan memberikan tamparan keras pada pipi Renjun.

“Sakit, sayang? Jangan melawan, lelaki murahan sepertimu seharusnya menyukai pelecehan bukan?” Jeno berucap demikian sembari melepas kemeja yang sedari tadi masih berada di tubuhnya, melemparkannya sembarang arah kemudian kembali merendahkan tubuhnya, meraih dagu Renjun dan menatapnya dalam, menusuk manik indah yang sedang berkaca-kaca dan menerjunbebaskan tetesan air mata yang berlomba membasahi pipinya.

Destinació || Noren [Remake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang