Bagian 1

10.1K 868 41
                                    


Ditulis
21 september 2019

••••

"Berisik!"

PRANG!

     Amukan pagi hari dari seorang Lee Jeno, ia benci jika tidur nyamannya terusik oleh suara deringan dari benda pintar berbentuk persegi miliknya yang kini sudah hancur berserakan di lantai kamarnya.

   Lee Jeno, kerap disapa Jeno. Siapa yang tidak mengenalnya? Lelaki tampan kaya raya dan paling dihormati seantero korea mengingat ayahnya adalah seorang konglomerat yang banyak membantu perkembangan ekonomi Korea Selatan, pemilik saham perusahaan di beberapa belahan dunia, dengan harta kekayaan yang luar biasa melimpah.
Semua kalangan memujanya, kaum hawa akan dibuat bertekuk lutut hanya karna kedipan seorang Lee Jeno. Wajah yang bagaikan pahatan sempurna dari seorang dewa yunani seolah Tuhan tersenyum sembari menciptakannya.

   Tidak semua yang tampan itu, dalam dirinya juga sama tampannya. Jeno kejam, sadis, dan menyiksa. Tidak ada aura bersahabat dari sosok Jeno, ia terlihat dingin, gelap, dan dalam. Ia tipe orang yang menuntut, harus mendapatkan apa yang ia mau bahkan ia hanya perlu menjentikkan jarinya untuk mendapatkan hal yang seharusnya memang untuknya. Ia tidak segan bermain sadis, namun ia tetap pesaing yang sehat dan pekerja yang sangat baik sehingga dipuja oleh setiap Klien kantor dari manapun. Menjabat sebagai seseorang yang sangat workaholic di usianya yang masih 20 tahun, sosok yang sangat pintar karena menyelesaikan masa SMA pada usia 15 tahun dan langsung menerusi perkembangan perusahaan sang Ayah.

  Jeno membangunkan tubuhnya dari ranjang yang melebihi ukuran Raja jika hanya untuknya seorang diri. Beranjak menuju kama  mandi dan membersihkan diri untuk segera pergi ke kantor karena ia tahu, ia sudah terlambat untuk memimpin rapat harian yang seharusnya sudah dimulai 20 menit yang lalu.

   Seusai mandi, Jeno menuju ruang berpakaian dengan tubuhnya yang hanya dibalutkan handuk sebatas pinggangnya, menampilkan bagian tubuh teratasnya yang terpahatkan otot ringat yang membentuk indah lengan, perut, dan dadanya sehingga siapapun yang melihatnya akan rela bertumpah darah hanya untuk bersandar di dada bidangnya.

   Jeno memakai pakaian kerjanya dengan malas, sebenarnya ia terlalu lelah untuk pergi ke kantor mengingat semalam ia pulang larut dari club dan sedikit mabuk, sampai sekarang pun rasa pusing masih melanda kepalanya.

   Jeno mengancingkan kemeja hitamnya dengan tempo lambat, perlahan menutupi bagian tubuhnya hingga keatas, memilih dasi, kemudian memakai jas berwarna abu-abu gelap dan menata sedikit rambutnya, tidak lupa dengan wajah angkuhnya selalu terukir setiap saat namun memberikan kesan yang sangat tampan untuknya.

   Jeno berdiam diri sejenak, memilih salah satu dari sederetan dari kunci mobil yang bergantungan dihadapannya. Kemudian ia meraih kunci BMW Sport miliknya dan melangkahkan kaki menuju lift, meinggalkan penthouse mewahnya dan menuju basement dimana lebih dari 10 unit mobil ternama terparkir rapi di sana.

   Jeno melirik jamnya dan menyadari bahwa ia sudah terlambat hampir satu jam, ia melesatkan mobilnya dan berkendara menuju ke kantor dengan kecepatan maksimal, karna ia tidak biasanya terlambat ke kantor mengingat jabatannya sebagai presiden Direktur, tertinggi di perusahaan.

  Jeno memarkirkan mobilnya di halaman kantor, memandang dengan bangga tulisan "JE-REIN CORPORATION" yang terpampang besar, gagah, dan mewahnya di ujung puncak perusahaan. Jeno keluar dari mobilnya dan sekilas melirik kepada truk delivery karangan bunga yang terparkir di halaman kantor kemudian acuh tidak perdulu. Jeno melemparkan kunci mobilnya kepada bodyguard yang berjaga di halaman kantor dan kemudian ia masuk melewati lobby dan melangkahkan kaki panjangnya menuju aula rapat dengan sedikit tergesa, mengabaikan staff resepsionis dan karyawan yang membungkuk kearahnya. Sampai sangking terburu-burunya, Jeno menabrak cukup keras hingga orang itu tersungkur dihadapannya.

Destinació || Noren [Remake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang