eleven

428 83 27
                                    



Hyunjin berjalan pelan memasuki lorong tak bercahaya ini. Dia berjalan was-was sendirian, sambil tetap mengamati hal-hal disekitarnya.





Secara tidak sengaja, tangan kanannya menyentuh tembok bagian kanan tembok di lorong itu dan-













STATCH!












Ada anak panah yang melesat tepat diatas kepalanya. Rambutnya rontok beberapa helai, benar-benar sedekat itu.



Hyunjin tertawa sarkar,"Ini konyol, sangat konyol."










Tapi tetap saja, kaki panjangnya melangkah maju dan maju. Hingga akhirnya, Hyunjin melihat pintu kayu di depannya. Dengan setengah hati, ia membukanya sambil tetap was-was dengan segala hal disekitarnya.


KRIET



"Pintunya sudah tua sekali," ucap Hyunjin lirih. Setelah pintu itu terbuka, Hyunjin melirik kedalam pintu itu. Tembok. Sial, dia tertipu.























"HWANG HYUNJIN!"






















Tak lama, terdengar teriakan Hyunjoon menggelegar dari lorong disebelahnya. Ia yakin bahwa, sahabat barunya ini terluka. Dengan langkahnya yang panjang, Hyunjin berlari meninggalkan loronh tersebut tanpa menghiraukan bahaya yang menghadangnya didepan.







-o0o-









Sesampaimya di ujung lorong yang Hyunjoon masuki tadi, Hyunjin terkejut. Mendapati Hyunjoon duduk tak berdaya dengan menyandar ke dinding lorong. Dilihatnya, darah mulai keluar dari mulut Hyunjoon.









"Heh, sipit, katakan, ulah siapa ini hah?"

Dengan mata berkaca Hyunjin berjongkok tepat di samping Hyunjoon, dan menyeka darah yang masih mengalir dari mulut Hyunjoon.




Hyunjoon tertawa lemah, setelahnya ia terbatuk "Bajingan itu, katamu." Hyunjin mengangguk lesu,"Dia di balik pintu tua ini?"

Hyunjoon mengangguk,"selamatkan tuan puteri, itu permintaan terakhirku."






"Kau tidak akan mati sekarang juga. Tolong, cukup pangeran tampan itu saja yang bangsat, kau jangan ikutan." kata Hyunjin, masih menyeka darah Hyunjoon.


"Kau akan mati di ranjang yang empuk karena menua, bersama istri dan anak-anakmu kelak. Jangan mati di neraka kedua ini. Jangan mau di samakan dengan tulang-tulang yang berserakan. Kau harus tetap hidup."








Air mata Hyunjoon berlomba-lomba terjun dari matanya," Sudahlah. Kau juga akan menyusulku kelak, benar kan?"









"Apapun itu, jangan mati sekarang. Aku masih mau melihatmu minta maaf ke tuan puteri dan cemburu melihatku berdekatan dengan tuan puteri. Jangan mati, kau dengar,kan?"






Hyunjoon mendesis,"Aku usahakan . Tapi aku tidak berjanji."








"Bagus, bernapaslah tenang. Aku duluan, kawan.''






Hyunjin menepuk keras bahu Hyunjoon sehingga membuat Hyunjoon tertawa nyaring, dan menyeka air matanya itu.










Hyunjin bangkit, melawan rasa takutnya untuk mati.











"Tak peduli aku mati, atau hidup, aku akan menyelamatkan Heejin, dan negara ini. Juga, Hyunjoon."







Ucap Hyunjin dalam hati, sambil melangkah perlahan.Dengan sedikit terisak.











TBC



hyunjoonkuuuuuಥಒ್ಲಥ









The Princess of Oria ✓ |  Jinverse Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang