twelve

650 81 72
                                    

KRIET

Dengan nafasnya yang tersenggal karena menahan amarah, Hyunjin memasuki ruangan dari lorong tersebut. Sial Sial Sial.Umpatan demi umpatan turut menghiasi isi kepala Hyunjin saat ini juga. Apa-apaan lagi? Setelah Hyunjoon yang terluka, didepannya ada wanita yang tak lain lagi adalah puteri Heejin, terduduk diatas kursi tua dengan mulut, tangan , dan kaki tertali oleh kain putih.



SRAK!

Lagi-lagi, Hyunjin hampir menyapa malaikat mautnya. Helaian rambut cokelat Hyunjin berjatuhan dari kepalanya. Barusan, Linyi hampir memenggal kepalanya.

"Halo bajingan tampan-ups, maksutku, pangeran Linyi? Astaga, aku hampir tak menyangka kalau kau ini seorang pangeran. Benar-benar serigala berbulu domba." Ucap Hyunjin, setelah menghindari pedang Linyi.

Dengan senyum tenang, Linyi menimpali,"Ya, halo juga rakyat jelata. Kenapa kau berpikiran seperti itu?"

Linyi mengibaskan pedangnya lagi kearah Hyunjin, tapi Hyunjin berhasil menangkis serangan itu menggunakan pedangnya.

"Pertama, kenapa kau menyerangku tanpa menyapa dulu? Kau pikir pangeran seperti itu pantas untuk menjadi pemimpin kelak?"kata Hyunjin, masih tetap tenang.

"Karena menurutku, menyapa itu membuang waktu. Tidak praktis sekali." ucap Linyi, tak disangka Hyunjin mengibaskan pedangnya tepat ke perut Linyi.




SRAK



















Ruang eksekusi punya satu mayat tampan,nampaknya.












Darah Linyi berceceran di ubin batu.









Selagi Linyi masih kesakitan, ini waktu Hyunjin untuk membebaskan Heejin. Di potongnya tali yang mengikat kencang tangan, mulut dan kaki indah Heejin.

"Syukurlah kau selamat." kata Hyunjin lega.



"Ka-u terima kasih banyak." Heejin memeluk Hyunjin erat, enggan melepaskan.

"Ngomong-omong, bunganya sudah ku bawakan princess, tapi masih tercecer di taman." kata yang dipeluk, cengengesan dan kesenangan.







"Oh, dan , bolehkan aku meminta suatu hal kepadamu? Hitung-hitung sebagai gantinya aku susah-susah mencari bunga itu..."Kata Hyunjin, sembari melepaskan pelukannya.



"Tentu."








"Maaf kalau la-"








SRAK!

Bersamaan dengan Linyi melemparkan pedangnya ke arah punggung Heejin, saat itu juga Hyunjin mengubah posisinya.

"-ncang. Tunggu se-sebentar ya? Kekacauan ini akan aku beresi dulu."


















Kata Hyunjin sambil bergetar. Sebab, pedang Linyi menancap tepat di punggungnya.








"H-hei, Linyi? Kau tahu? Kalau aku mati, berarti kau juga mati. Paham?"



Hyunjin menancapkan pedang keperut Linyi saat itu juga,"Kita sambung di Neraka saja. Tenang, aku manusia banyak dosa, sama sepertimu. Jadi, jangan lupa, kita lanjutkan di neraka lagi."




















Heejin menangis keras sesaat kemudian, setelah Hyunjin ikut limbung, dengan punggung bersimbah darah. Tepat saat Heejin menangis kencang, Hyunjoon yang dipapah oleh Jaemin dan Eric, datang bersama beberapa tabib istana.













The Princess of Oria ✓ |  Jinverse Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang