VOTE DAN COMMENT NYA JANGAN LUPA YA!
Happy Reading!
***Masyura sudah sampai di rumah sakit, juga tak lupa Lila menemaninya. Dia ingin melakukan CT Scan terlebih dahulu.
Masyura suka bingung pada dirinya. Dia suka mengalami gangguan pada ingatannya, beberapa indranya juga suka mengalami gangguan, dan masih banyak lagi.
Masyura juga ingin memastikannya terlebih dahulu sendiri. Penyakit apa yang di deritanya. Takutnya ada penyakit yang cukup serius yang di deritanya.
"Jam berapa jadwalnya?" tanya Lila melihat jam di tangannya.
Masyura membaca kertas yang berada di genggamannya. "Sebentar lagi sih aturan. Tapi kalau dokternya ngaret nggak tau ya gue."
Tak lama menunggu, Masyura pun di panggil. Lila juga ikut menemaninya.
Cukup lama Masyura melakukan CT Scan, setelah selesai dia pergi ke kantin dulu sambil menunggu hasilnya keluar.
"Suami lo taunya lo ke rumah gue?"
Masyura mengangguk. "Nanti kalau gue bilang ke RS, takutnya dia khawatir."
"Lo sejak kapan ngalamin hal-hal kaya gitu?" Lila juga khawatir dengan keluhan penyakit Masyura.
"Kira-kira lima bulanan terakhir gitu," balas Masyura sekenanya.
Mereka juga balik lagi untuk mengambil hasil CT Scan.
"Begini Bu Masyura, maaf sebelumnya. Ibu sudah siap dengan hasilnya?" tanya dokter itu ragu.
Masyura juga bingung kenapa dokternya terlihat ragu. Namun dia juga akhirnya mengangguk. Dia sudah sangat ingin tau.
"Iya, dok. Saya siap. Memangnya ada apa, ya? Apa ada penyakit yang serius, dok?"
Dokter Sari membuka hasil CT Scannya. "Saya menemukan ada tumor otak pada diri ibu. Tapi ini masih kecil tumornya, dan insya Allah masih bisa di atasi jika ibu menuruti untuk menjauhi pantangan yang saya berikan. Ibu juga harus selalu cek rutin keadaan ibu, kontrol terus kesehatan ibu."
Masyura dan Lila sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Lila menggenggam tangan Masyura memberi kekuatan. Lila sangat tidak mengira kalau temannya ini akan mengidap penyakit yang bahkan bisa disebut mematikan ini.
"A-apa saya benar-benar akan bisa sembuh, dok?" tanya Masyura terisak.
"Itu semua tergantung ke hendak tuhan, bu. Saya sebagai dokter akan membantu ibu dengan sekuat dan semampu saya. Tapi saya tidak bisa memberi kepastian ke ibu bisa sembuh atau tidaknya. Itu semua tergantung tuhan dan tergantung kemauan ibu untuk mau sembuh atau tidak. Saya akan membantu ibu."
"La, gu-gue sakit.." belum sempat Masyura menyelesaikan kalimatnya, Lila sudah memeluknya. Memberinya kekuatan.
"Gue tau lo wanita yang kuat, Ra! Lo pasti bisa jalanin ini semua! Gue akan bantu lo supaya lo bisa sehat kaya sediakala! Gue akan ada buat lo terus, Ra!"
Cukup lama Masyura berkonsultasi, dia pun sudah keluar dari Rumah Sakit.
Masyura menatap Lila dalam. "Gue mohon sama lo, La. Jangan sampe Jordan tau tentang penyakit gue."
"Loh, kenapa? Dia suami lo, Ra! Dia berhak tau!"
Lila sungguh tidak habis pikir dengan jalan pikiran sahabatnya itu. Penyakit sebesar ini ingin di tutupi dari suaminya?
"Please, La. Gue nggak mau Jordan khawatir sama gue. Gue pasti bisa lawan penyakit gue. Enak aja nih penyakit berani-beraninya nyarang di tubuh gue!"
Dengan berat hati Lila menyetujui permintaan Masyura. Yang terpenting itu adalah kesehatan Masyura terlebih dahulu.
"Okay, gue nggak akan kasih tau Jordan. Tapi biarin gue selalu bantu lo. Lo jangan ngerasa kesepian, kalau lo butuh bantuan lo bisa langsung hubungin gue!" balas Lila perihatin.
Masyura memeluk Lila erat. "Thank you so much baby. I'm lucky to have you!"
"Gunanya sahabat, kan?"
Mereka akhirnya sudah sampai di rumah Masyura. Lila ingin memastikan kalau Masyura baik-baik saja.
"Jordan belum pulang, Ra?" tanya Lila yang memang melihat rumah Masyura sangat sepi.
Masyura menggeleng. "Dia bilang sih ada lembur gitu."
"Mmm.. lo nggak ada niatan buat pake pembantu gitu? Lo nggak boleh capek-capek, Ra."
Lila sangat kasihan dengan Masyura, bukannya Masyura dan Jordan tidak mampu untuk membayar pembantu, hanya saja Masyura yang menolak. Dia ingin dia yang mengerjakannya.
"Nggak usah dulu deh kayanya untuk saat ini, La. Gue masih sanggup kok."
Lila menggenggam tangan Masyura. "Please, perhatiin kesehatan lo."
Masyura sangat senang Lila perhatian kepadanya.
"Iya, La. Kalau gue capek, gue bakal istirahat kok."
Lila juga menemani Masyura hingga Jordan pulang.
"Assalamualaikum."
Ternyata Jordan sudah pulang. Terlihat wajahnya yang sangat lelah itu.
"Waalaikumsalam, sini aku bawain tas kamu mas," ucap Masyura langsung mengambil tas kerja milik Jordan.
Jordan mengecup dahi Masyura. "Kamu udah makan?"
"Udah, tadi makan sama Lila. Kamu udah?"
Jordan juga mengangguk. "Tadi makan bareng klien aku."
Masyura menaruh tas Jordan di ruang kerja milik Jordan. Karena dia takut terlupa jika menaruhnya sembarangan.
"Eh, La? Lo belum pulang ternyata. Makasih ya udah temenin Yura. Lo kalau capek nggak pa-pa pulang aja. Takut laki lo nyariin lo juga," ucap Jordan ke Lila yang hanya diam saja.
Lila akhirnya pamit pulang. Sebenarnya dia juga disini hanya ingin menemani Masyura sampai Jordan pulang.
"Iya, gue pamit dulu ya."
"Hati-hati ya, La. Salam buat Ridho."
Lila dan Ridho memang sudah menikah.
"Oke, lo jagain istri lo ya. Jangan sampe dia kecapekan, kalau bisa lo pake pembantu deh. Gue kasihan sama dia."
Jordan sempat bingung, kenapa Lila berbicara seperti itu. Apa ada hal yang berbahaya untuk Masyura?
"Emangnya dia kenapa?"
"Dia-"
"Mas, udah aku siapin air hangatnya. Kamu mandi dulu sana." ucapan Masyura memotong pembicaraan Lila dan Jordan.
"Oh iya, gue duluan ya La."
Seperginya Jordan, Lila pun pamit pulang ke Masyura.
"Gue balik dulu ya, Ra. Lo ingat kata-kata gue! Jangan sampe lo kecapekan, ingat kesehatan lo. Gue udah bilang ke Jordan tadi, kalau lo butuh pembantu. Jangan bantah omongan gue, itu semua buat kesehatan lo!" ucap Lila tegas.
Dia tidak ingin sahabatnya ini bertambah parah dengan penyakitnya.
"Iya, Lila. Makasih ya, udah temenin gue. Gue sayang banget sama lo."
Masyura juga memeluk Lila erat.
"Gue balik dulu. Dari tadi Ridho udah nanyain gue mulu."
"Iya iya paham yang masih pengantin baru."
Setelah Lila pulang, Masyura masuk ke kamar. Jordan meletakkan jas miliknya di kasur. Masyura akhirnya mengambil jas Jordan untuk di pindahkan ke keranjang pakaian kotor.
Namun, dia seperti memcium wangi yang asing untuk di indra penciumnya.
'Loh, ini kan wangi parfume cewek?'
***HALO!
Parfume siapa tuh yang nempel di jas Jordan???
Jangan lupa vote dan comment nya yaaa
See you,
KAMU SEDANG MEMBACA
Après Le Marriage ( END )
RomanceCOMPLETED [BACA CERITA CUTE COUPLE DULU] Jordan Amalio, imam baikku. Sumber kebahagianku dengan caranya sendiri. Bersikap manis sejak dulu, sampai aku tidak sadar dia membohongiku. Lalu, apa aku harus bertahan? Jika rasa sakit ini tak terobati? SE...