Eps. 17 (Kehilangan Jejak)

353 66 41
                                    

Note : please scroll up, kalau udah lupa sama jalan ceritanya. Sorry

________

Eps.17

Dikta hembusin napas berat dan nyandarin kepalanya yang terasa berat ke jok mobilnya. Narik poninya ke belakang sambil dengerin bundanya yang lagi ceramah di telepon.

“Dikta tuh capek bunda diatur terus sama ayah. Dikta udah dewasa dan bisa nentuin hidup Dikta sendiri.”

Bunda juga gak bisa berbuat apa-apa sayang. Bunda aja gak tau kalau ayah sampai nekat datang ke kantor kamu kayak gitu.”

“Dikta malu bunda. Bu Joanna udah sangat baik sama Dikta tapi ayah tega bikin Dikta malu setengah mati di depan Bu Joanna.”

Bunda mewakili ayah minta maaf ya sayang. Nanti bunda coba ngobrol sama ayah ya nak.”

“Yaudah lah bun, Dikta mau balik dulu. Dikta capek.”

Iya sayang. Cepet istirahat ya.”

“Iya bunda. Bunda juga ya.”

Dikta matiin teleponnya sepihak bahkan lupa gak ngucap salam karena saking stresnya. Dikta masih gak abis pikir ayahnya tega mempermalukan dia di depan atasannya. Dikta muak jadi robot yang terus diatur sama ayahnya. Dikta emang anak baik, tapi bukan berarti anak baik akan selamanya nurut sama keinginan orang tuanya. Dikta juga punya pilihan hidup yang layak untuk diperjuangkan.

Sebenernya dari tadi Dikta ada di dalam mobil di basement parkir apartemennya. Dikta sengaja gak turun dulu buat selesaiin obrolan sama bundanya di telepon. Karena Dikta gak mau Seika denger percakapannya, nanti Seika ikut kepikiran dan nyalahin dirinya lagi. Dikta kasihan karena Seika selalu nyalahin dirinya kalau ayahnya udah mulai berulah.

Dikta ambil tas kerjanya dan keluar dari mobilnya. Abis ngunci mobilnya Dikta langsung naik lift ke lantai 21. Pasti Seika sekarang udah nungguin dia pulang. Seharian Dikta gak konsen kerja. Abis diceritain Bu Joanna tentang kedatangan ayahnya, Dikta gak berhenti kepikiran Seika. Dikta udah kangen berat sama Seika padahal cuma sehari aja mereka gak ketemu.

Dikta mencet bel apartemennya beberapa kali tapi gak ada yang bukain pintu. Masa iya Seika udah tidur jam segini? Dikta ngelirik jam tangannya, masih jam 7 malam. Dikta akhirnya buka sendiri pintu rumahnya dengan masukin beberapa kode di handle pintu.

“Seika sayang, Dikta pulang.”

Hening.

“Beneran udah tidur ya?” gumam Dikta.

Dikta naruh tas kerjanya di sofa dan pergi ke dapur buat ambil minum. Dikta sempat berdiam diri naruh kepalanya di meja bar dekat dapur. Beberapa menit berdiam tapi apartemennya beneran kedengeran sepi banget. Dikta mulai khawatir.

“Seika? Kamu dimana sayang?”

Dugh!

Dikta refleks nengok ke arah pintu balkon yang terbuka kena angin, Seika lupa ngunci pintunya? Dikta geleng dan senyum, terus nyamperin pintu balkonnya. Kayaknya Seika ngajak dia main petak umpet deh.

“Dorr!” Dikta buka pintu balkonnya lebar, pengennya sih ngagetin Seika yang dikira sembunyi di balik pintu bertirai itu. Tapi gak ada Seika, yang ada cuma jemuran handuk yang jatuh karena kena angin.

Dikta akhirnya masukin jemuran handuknya karena di luar mulai gerimis. Dikta jadi mikir kayaknya gak mungkin kalau Seika ada di  rumah, dia sampai lupa masukin jemuran dan lupa nutup pintu balkon. Dikta lari ke kamarnya.

SEIKA (Seokmin X Soonyoung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang