Chapter 5

7.5K 477 9
                                    

"Kamu mau nonton sama aku?"

Jia yang sejak tadi sibuk dengan baju tidurnya yang indah mengangkat kepala. Menatap Alpha dengan anggukan pasti.

Segera Alpha membawanya ke sofa panjang. Di depan sofa itu ada TV plasma besar. Kamar yang di tempati Jia adalah kamar penghubung di mana ada pintu rahasia di balik lemari tersebut yang akan menghubungkan Jia dengan kamarnya sendiri.

Alpha sengaja membuat Jia ada di kamar ini agar dia bisa mudah masuk ke kamar gadis itu saat Jia terlelap. Atau saat dia butuh bertemu dengannya.

Kamar yang dia desain sendiri. Alpha butuh banyak usaha untuk meyakinkan ibu gadisnya kalau kamar ini tidak semahal yang terlihat. Usaha yang cukup melelahkan tapi jelas hasilnya tidak mengecewakan sama sekali. Kini Jia ada dalam rengkuhannya.

Jia mengambil tempat duduk di satu sisi sofa. Dia sedang menunggu Alpha memilih film yang akan mereka tonton bersama.

"Film apa yang kau suka, Jia?"

"Apa saja. Jia suka semuanya. Tapi jangan ada darahnya."

Alpha diam sejenak dari memilih film. Kali ini mereka memiliki kesukaan yang berbeda. Alpha jelas memiliki daftar tontonan berdarah di daftar list filmnya. Itu akan membuatnya sulit menemukan film yang pas untuk mereka berdua.

"Kamu tidak suka film berdarah ya..."

"Jia suka."

Alpha tertarik. Dia menatap Jia dengan heran. "Kamu suka?"

Jia mengangguk mantap. "Tapi kata mama, Jia gak boleh nonton film kayak gitu. Mama takut Jia ikutin apa yang dilakukan dalam film itu. Jadi Jia gak pernah nonton."

Alpha bersiul. Jelas suka dengan jawaban gadis polos itu. Dia akan dengan senang hati membuat larangan ibu gadis itu lenyap. Seiring berjalannya waktu, Alpha akan merubah gadis itu sesuai dengan yang dia inginkan. Itu akan berjalan dengan sangat mudah, apalagi Jia tampak begitu menyukainya.

"Kamu sekarang nonton sama aku. Jadi tidak apa-apa. Kamu boleh nonton."

"Tapi kata mama..."

"Kan ada aku yang jaga kamu. Kamu gak percaya aku?"

Jia terlihat ragu. Jelas ibunya sangat menegaskan kalau dia gak boleh nonton film berdarah. Sedikitpun. Tapi sekarang Alpha memintanya untuk nonton bersamanya dan pastinya dia tidak ingin mengecewakan Alpha. Mereka sudah sangat cocok sampai detik ini, sekarang juga begitu. Jia gak mau Alpha berubah sikap padanya.

"Baiklah," putus Jia. Dia mulai tidak sabar. Dia sudah lama tidak menonton film berdarah dan itu bagus karena Alpha ada untuk menjaga dirinya. "Cepat putar, Al."

Alpha tentu tahu kalau Jia akan menyetujuinya. Sangat mudah membujuk gadis itu.

Alpha mulai memilih film dan dia menjatuhkannya pada salah satu film yang tidak pernah dia tonton. Setelah memutarnya Alpha berjalan mundur dan duduk di dekat Jia.

Dia menatap gadis itu yang menatap layar TV dengan tidak sabar. Senyum merangkai bibir Alpha. Suka melihat keantusiasan Jia di hadapannya.

Tangannya meraih pinggang Jia dan membawanya naik ke atas pangkuannya. Gadis itu terkejut tapi tidak menolak. Juga layar TV telah kembali meraih seluruh fokusnya jadi Alpha bisa melakukan apa yang ingin dia lakukan pada tubuh cantik di pangkuannya.

Mereka sudah mulai tenggelam dalam  film yang berputar. Adegan berdarah mulai muncul dengan lebih jelas. Deru nafas Jia naik-turun dan Alpha hanya memperhatikan gadis itu tanpa peduli dengan tontonan di depan sana. Melihat bagaimana wajah Jia seperti bayangan nyata dalam mimpi pekat. Lampu telah dia matikan jadi hanya cahaya dari layar TV saja yang membuat Alpha bisa melihat siluet itu.

Tangan Alpha meraba ke bagaian paha Jia. Tidak bisa menahan dirinya untuk menyentuh gadis itu dalam hangat tubuhnya yang seksi dan indah. Dia ingin menikmatinya dan akan dia lakukan saat Jia masih terlalu sibuk dengan tontonannya.

Awalnya Alpha hanya meraba-raba di bagian luar pakaian Jia tapi dia tidak puas. Jadi dia menyingkap baju tidur gadis itu, membiarkan baju itu mengumpul di pinggangnya. Lalu tanyanya menyentuh paha halus Jia. Mendesah tidak tertahan saat hangat paha itu masuk ke kulit tangannya. Oh, dia seperti baru saja menemukan heroine pribadi untuk dirinya sendiri.

Jia mundur sedikit hingga bersandar di dada Alpha. Filmnya begitu menegangkan hingga dia perlu menyentuh Alpha lebih banyak agar dia tidak merasa sendiri di tempat duduknya.

Tangan Alpha ada di atas dadanya. Mendorong dia lebih mundur. Jia bahkan tidak sadar saat resleting gaunnya telah terbuka dan baju itu telah turun dari bahunya. Memberikan Alpha tontonan dada telanjangnya.

Jia memiliki payudara yang kecil. Saat Alpha melingkarkan tangan di buah dada itu, desakan samar terasa di antara pahanya. Sesuatu di dalam dirinya meminta di bebaskan.

Dada gadis itu terasa sangat pas dalam belaian tangannya. Seakan dada itu tercipta untuk pas pada tangannya. Lembut dan membuai. Itulah kombinasi mematikan yang ternyata ada dalam diri Jia. Alpha jelas terlambat tahu kalau dia membuka racun untuk dirinya sendiri.

Kini dia mencandu pada racun itu. Dia siap mati untuk mendapatkan racunnya. Akan dia tuangkan racun itu di lidahnya. Itu akan memuaskannya.

You Are Not My Submissive ✓ TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang