Chapter 8

6.4K 429 8
                                    

Alpha menatap keluar dengan senyum yang merangkai tepat di bibirnya. Bunga miliknya tengah mekar di bawah sana. Diterpa sang mentari pagi yang membuat hati Alpha menghangat. Dia menyukai bunganya yang sekarang.

Dengan balutan gaun pink pucat tidak membuat dia kehilangan warnanya. Warna itu begitu cocok untuknya. Gaun selutut sederhana dengan tanpa lengan. Gadisnya yang mekar.

Ibunya selalu memaksanya memakai pakaian tertutup, wanita itu pastinya tidak mau putrinya menjadi buah bibir orang lain. Itu adalah hal yang lumrah dilakukan seorang ibu tapi bagi Alpha, cara ibu gadis itu tidak dia setujui. Itu hanya goresan luka. Akan sembuh seiring berjalannya waktu. Itu bukan goresan permanen. Jadi harusnya sesekali dia biarkan anaknya menikmati hidup dengan tidak menyembunyikan fakta itu.

Alpha tersenyum dengan bangga. Bagus karena sekarang gadis itu berada dalam kendali dirinya.

Suara ketukan di pintu membuat Alpha kehilangan kesenangannya melihat bunganya yang berharga. Dia berputar dan menemukan Erik di sana. Salah satu pegawai tempat ini. Yang cukup dekat dengannya. Hanya sebatas dekat yang bisa diartikan, Erik cukup tenang berhadapan dengan amarahnya dan juga dingin menusuk di lidahnya.

Tidak seperti yang lain. Mereka menatap Alpha seperti monster dan tentu saja dia tidak masalah dengan itu.

"Ningsih sudah saya kembalikan seperti permintaan anda."

"Lain kali suruh keluarganya menjaga dia dengan benar. Gadis itu sangat mengganggu."

Alpha tidak pernah kesal dengan kedatangan pasiennya yang meminta tinggal kembali dengannya. Itu tidak pernah menjadi masalah. Hanya saja gadis itu hampir membuat dia kehilangan bunganya yang mekar. Kalau sedikit saja dia terlambat kembali tadi malam ke kamar Jia, maka gadis itu sudah akan melukai dirinya.

Untuk sesaat Alpha bingung dengan perasaannya tapi dia sadar sekarang. Dia tidak suka Jia terluka.

Jadi keinginannya untuk menciptakan luka bersama dengan gadis itu harus di batalkan. Dia tidak mau Jia melukai dirinya sendiri. Entah itu di belakangnya atau di depan matanya. Jika sampai gadis itu melakukannya maka Alpha akan sangat marah padanya. Harusnya Jia sudah paham semua itu tadi malam. Dia memperingatkannya dengan cukup baik.

"Agak mengejutkan, Dokter. Keluarganya ingin agar anak gadisnya itu tinggal kembali di sini."

Alpha menatap Erik dengan tidak terkejut. Itu adalah hal biasa. Semua pasiennya hampir menginginkan hal serupa. Tinggal kembali dengannya dan bersenang-senang.

Para orang tua itu terlalu bodoh untuk menyadari kalau alasan mereka betah bersama dengan Alpha, adalah karena Alpha memberikan mereka apa yang mereka butuhkan. Sebuah kebersamaan dan juga cara bersenang-senang yang menakjubkan.  Alpha pandai membuat mereka tahu apa itu artinya hidup.

"Apa alasannya?" Alpha menyuarakan tanya. Biasanya para orang tua akan memiliki alasan yang berbeda. Entah mereka tidak tahan dengan rengekan putrinya atau...

"Ningsih mencoba bunuh diri beberapa kali kalau dia tidak di kembalikan ke sini. Dua hari yang lalu dia hampir menjatuhkan dirinya dari atap gedung apartemen ibunya."

Atau mengancam dengan bunuh diri.

"Mereka akan membayar?"

"Ya, Dokter. Mereka bersedia membayar berapapun. Mereka bilang saat Ningsih ada di sini, dia lebih terlihat hidup. Jadi dia meminta tolong pada anda agar menerimanya lagi di sini walau skizofrenia yang di deritanya telah disembuhkan."

Alpha berdiri di samping mejanya. Dia mengetuk jemarinya di atas meja dan tentu tertarik dengan semua itu. Yang benar saja, dia memang selalu tertarik. Bahkan Alpha akan mengambil keputusannya dalam satu kali tawaran. Tapi kali ini ada yang menahannya, dia benci mengatakannya tapi Jia membuat dia menginginkan sebuah penolakan untuk tawaran itu.

Ini hal baru. Semakin banyak saja hal baru yang di hadirkan bunganya.

"Katakan pada keluarga itu, aku akan berpikir. Setidaknya untuk mencari tahu apa dia bisa di sini atau tidak. Mengingat tempat ini masih rumah sakit jiwa. Bukan untuk pasien normal."

Erik mengangguk. Walau heran karena mendengar Alpha untuk pertama kalinya mempertimbangkan semuanya, tapi Erik tidak mengatakannya. Jelas karena pria itu takut dengan konsekuensi sebuah kemarahan yang akan terlihat di mata pekat Alpha.

"Saya akan mengatakannya seperti itu."

"Ada lagi?"

Erik berdehem. "Soal pasien baru kita..."

Pasien baru, Jianya. "Kenapa?"

"Seperti yang anda mintakan, saya sudah membuat laporan palsu agar dia bisa tetap di rawat di sini. Hari ini keluarganya akan datang berkunjung."

Alpha mengangguk. Bagus. Semuanya berjalan sesuai rencana.

Jia memang tidak harus di rawat inap. Dia bisa menjadi pasien rawat jalan, tapi tentu saja Alpha melakukannya karena dia tertarik pada gadis itu sejak kali pertama. Sejak dia melihatnya di parkiran waktu itu.

Kini rencananya berjalan sesuai dengan inginnya. Menguasai gadis itu untuk dirinya pribadi. Dia akan menikmati saat-saat Jia tergila-gila padanya hingga tidak bisa lepas darinya. Setelah dia bosan, dia akan mengembalikan gadis itu pada ibunya. Semudah itu.

Ah andai Alpha tahu. Segalanya kadang tidak bisa berjalan sesuai dengan rencana. Jia akan menjadi gadis yang berbeda dan alam terlambat memberitahunya.

You Are Not My Submissive ✓ TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang