Chapter 15

5.3K 369 4
                                    

Alpha membuka ikatan tangannya dan melepaskan kain yang ada di wajahnya, membuat mata coklat Jia terbuka dan mulai menyesuaikan diri dengan mengerjapkan matanya agar retinanya bisa menangkap segala bayangan dengan benar. Melihat Alpha yang sudah berdiri kokoh di depannya dengan dada telanjang yang begitu menggoda.

Kapan Alpha membuka bajunya menjadi tanda tanya di kepala Jia.

Alpha membantunya bangkit dan duduk di ranjang. Mata mereka sepintas bertemu tapi segara Alpha mengalihkan pandangannya. Entah kenapa Alpha tidak mau menatapnya, Jia yakin tidak ada yang salah. Tapi tubuh Alpha berkata demikian.

Tangan pria itu telah meraih handuknya lagi. Kembali membungkus ketelanjangannya.

"Al, kenapa kita berhenti?"

Alpha mengerjap oleh tanya itu. Kenapa mereka berhenti? Lagi-lagi Alpha berharap Jia bisa membaca pikirannya agar gadis itu tahu apa yang harusnya dia takutkan. Dan pastinya pertanyaan itu tidak akan tercetuskan dengan mudah di bibirnya.

Sayangnya Jia tidak bisa membacanya. Gadis itu terlalu polos untuk memahaminya. Terlalu jauh untuk mengerti. Jadi Alpha tidak akan menjadi sukarelawan untuk menjelaskan segalanya pada Jia.

"Karena itu saatnya kita berhenti," bohongnya.

"Benarkah?"

"Ya. Kamu tidak percaya?" Alpha menghujam mata pekatnya ke mata coklat bingung itu.

Jia terdiam sebentar. Otaknya berputar mencari pembenaran untuk kalimat yang diberikan Alpha. Dia percaya. Tentu saja dia sangat percaya. Yang bicara padanya Alpha dan jelas Alpha juga yang berhenti. Jadi dia tidak mungkin dibohongi.

Alpha menjentikkan ya jarinya di depan wajah Jia. Gadis itu mengerjap. "Percaya?" tanya Alpha lagi.

Segera Jia mengangguk kali ini. Dengan senyuman lebar dan mata penuh menatap Alpha.

"Bagus," Alpha memuji. "Sekarang, saatnya membantumu mandi."

Sebelum Jia sadar dengan apa yang dikatakan Alpha, gadis itu sudah terkejut dengan apa yang dilakukan Alpha. Pria itu membawa tubuhnya dalam gendongan. Tidak terlihat kewalahan dan bobot tubuh Jia yang kecil memang mempermudah apa yang dilakukan Alpha. Mereka keluar dari ruangan mengerikan itu yang sampai membuat Jia menghela nafas demi bisa melihat kamarnya yang tampak lebih hidup dari ruangan itu.

"Kalau takut kenapa tidak meminta keluar?"

Rupanya gerak-gerik Jia tidak lepas dari pengawasan si mata pekat. Membuat Jia mendongak demi bisa melihat pandangan mata Alpha yang menghujam dirinya. Membiarkan Jia melihat setetes rasa penasaran dalam pandangannya.

Jia bergumam. Mencari padanan kata yang tepat untuk diberitahukan pada Alpha.

"Al akan jaga Jia. Jadi Jia gak perlu takut."

Alpha tertegun. Sepercaya itukah gadis itu padanya? Sungguh bodoh tapi Alpha sendiri tidak bisa menyembunyikan hangat pada tubuhnya mendengar jawaban Jia. Ini pertama kalinya dan Alpha bersumpah dia seperti pria yang jatuh gila pada sosok mungil dalam gendongannya tersebut.

Alpha masuk ke kamar mandi. Pintu kamar mandi telah rusak jadi dia tidak perlu menutup pintu itu. Lagipula tidak akan ada yang berani masuk ke sana tanpa izin darinya.

Didudukkannya Jia pada meja wastafel.

"Tunggu di sini, akan aku siapkan air untukmu."

Jia mengangguk dan dengan sabar menunggu. Memperhatikan Alpha yang mulai mondar-mandir dengan tubuh setengah telanjangnya.

Alpha mengisi bathtub dengan air. Menuangkan sabun ke atasnya. Juga dia teliti merasakan kehangatan air yang pas untuk gadis itu. Sangat perhatian, hal baru untuk Alpha. Walau itu bukan dirinya tapi itu tidak mengganggunya. Entah bagaimana dia menyukai cara-cara seperti ini. Untuk hal yang di lakukannya untuk Jia. Hanya untuk Jia.

Setelah bathtub terisi dengan penuh, segera Alpha bangkit dan berjalan kembali pada Jia. Gadis itu tersenyum menyambut kedatangan Alpha.

Alpha yang yakin akan terganggu dengan tubuh telanjang Jia tidak berhenti dari membuka handuk gadis itu. Membiarkan handuk itu lepas dan sekarang Jia kembali telanjang di depannya. Dengan payudara sedikit memerah. Bekas remasan tangannya. Juga yang baru di sadari Alpha adalah bibir gadis itu yang terluka. Dia pastinya mencium dengan sangat keras hingga Jia berakhir terluka.

Alpha menelusuri tangannya di bibir itu. "Apa sakit?"

"Tidak," Jia menjawab dengan ceria. Jelas gadis itu tidak menyadari lukanya sendiri.

"Boleh aku menciummu?"

Jia mengerjap. Dia tidak tahu harus berkata apa. Sebab Alpha tidak pernah meminta izin padanya.

"Di sini." Tunjuk Alpha.

Jia menunduk. Pria itu menunjuk dadanya. Alpha ingin mencium di sana? Jia tidak masalah. Gadis itu mengangguk dengan pasti.

"Aku tidak bisa menahannya," gumam Alpha. Segera pria itu menunduk dan memasukkan puncak payudara Jia ke mulutnya. Menekan buah dada Jia dengan hangat ke langit-langit mulutnya. Lidahnya bermain di puncak payudara itu.

Jia yang tidak mengerti apa yang terjadi pada dirinya segera mendongak. Rasa nikmat baru yang di alaminya membuat gadis itu mendesah. Pikirannya tidak tentu arah. Tangannya bergerak memegang kepala Alpha. Dia berpikir untuk menjauhkan kepala itu darinya tapi jelas dia salah, tangannya malah menekan kepala Alpha agar pria itu semakin hebat mencumbu dadanya. Memberikan gigitan-gigitan kecil pada buah dadanya.

Kedua tungkai Jia melingkar di tubuh Alpha. Segera saja tangannya bergerak ke sembarang arah. Tapi sebelum tangan itu mencapai dada bidang Alpha, segera tangannya di hentikan. Satu tangan Alpha mencegah dia melakukannya dan cumbuan pria itu juga berhenti.

Mata mereka bertemu. Sama-sama terselubung gairah tapi jelas Jia tidak sepenuhnya mengerti. Terlihat dari bagaimana dia dengan mudah ceria kembali.

"Bawa Jia mandi," ungkapnya tidak sabar.

Alpha mendengus. Pada akhirnya hanya dia yang tersiksa oleh gairah mereka berdua.

You Are Not My Submissive ✓ TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang