Chapter 6 - Kejujuran

86 9 0
                                        

Chapter 6 – Kejujuran

Seungwoo POV.

Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Aku terus menoleh ke arah jam tangan berwarna silver yang aku gunakan sambil menatap lift yang menuju lobby hotel secara bergantian. Aku menoleh ke kanan dan ke kiri mencari sosok seseorang yang sudah sejam lamanya aku tunggu.

Aku tersenyum saat aku temukan orang yang aku cari sedang berjalan keluar pintu lobby hotel. Aku mengikutinya dari belakang dan menarik lengannya agar ia menghentikan langkah kakinya.

Author POV.

Saat pandangan Seungwoo melihat Naeun yang keluar pintu lobby hotel, ia segera menyusulnya dan menarik lengan Naeun. Naeun kaget dan menoleh ke orang yang menarik lengannya. Ia membelalakkan matanya saat mendapati Seungwoo sekarang yang sudah berada di hadapannya. "Seungwoo?" ujarnya pelan.

Seungwoo tersenyum dan ia melepas genggaman tangannya dari tangan Naeun. Ia hanya tak ingin pegawai hotel yang lainnya mengira hal-hal yang negatif jika melihat dirinya dengan Naeun sekarang. "Ada hal yang harus kita bicarakan. Aku mohon ikutlah denganku. Aku janji tidak akan meminta hal-hal aneh atau apapun itu, tapi kita harus bicara eun"

Naeun terdiam sejenak, terlihat berfikir mempertimbangkan tawaran Seungwoo. Kemudian ia menganggukkan kepalanya. "Baiklah. Ayo kita bicara" ujar Naeun yang kemudian berjalan terlebih dahulu kemudian Seungwoo mengikutinya dari belakang.

*

Di sebuah taman tak jauh dari hotel, Seungwoo dan Naeun duduk di salah satu bangku taman di bawah pohon sakura yang daunnya sudah mulai berguguran menandakan musim gugur telah tiba. Untuk beberapa saat, hanya suara hembusan dedaunan yang tertiup angin dan kicauan burung yang terdengar di taman itu. Bahkan helaan nafas antara kedua orang inipun sangat tipis terdengar. Mereka tau bahwa mereka terdiam karena hanya ingin menenangkan diri satu sama lain sebelum pembicaraan yang mungkin akan mengguncang hati dimulai.

Naeun menundukkan kepalanya menatap dedaunan yang berguguran di tanah. Masih terdiam seolah enggan untuk memulai sebuah percakapan. Hatinya tak karuan. Perasaan sedih, senang, gelisah dan semuanya bercampur menjadi satu saat ini. Pria yang sudah lama tak terlihat olehnya kini sedang duduk di sampingnya. Wangi yang masih begitu membekas masih sama seperti 13 tahun lalu saat kisah cinta mereka terjalin bersama.

"Bagaimana?" tanya Seungwoo yang membuka percakapan.

Naeun mengangkat kepalanya dan menatap lurus ke depan. Ia belum berani menatap mata milik pria yang ada di sebelahnya. "Bagaimana apanya?"

Seungwoo menghela nafas, terasa berat. "Hubunganmu dengan Jinhyuk. Apa kau akan menerima lamarannya?"

Naeun terdiam, kemudian mengangkat kedua bahunya tanda iapun tak tau harus berkata apa. "Entahlah... aku belum memikirkan hal itu. Aku juga belum membicarakan ini dengan anakku"

Seungwoo terdiam. Ia sangat ingin mengatakan bahwa tolong jangan menikah dengan Jinhyuk dan kembalilah padanya. Tetapi semua kata-kata tersebut seolah tak bisa ia katakan. Seolah lidahnya kelu untuk mengatakan semua itu. Naeun bangkit dari tempat duduknya dan merapikan posisi tas yang ada di bahunya. "Jika hanya itu yang ingin kau tanyakan, aku harus pulang sekarang. Hari sudah semakin sore dan anakku sedang menunggu di rumah" ujarnya lalu berjalan meninggalkan bangku taman itu.

Saat kakinya melangkah di langkah kedua, tiba-tiba Seungwoo menarik lengan Naeun. "Dongpyo... apakah dia anakku?"

Kata-kata Seungwoo sukses membuat seluruh tubuh Naeun membeku. Ia merasakan hatinya seperti terjatuh oleh meteor dan ia tak tau harus berbuat apa sekarang. Seungwoo membalikkan tubuh Naeun agar mereka bisa saling berhadapan. "Katakan padaku... apakah Dongpyo adalah anakku?"

Previous MemoriesWhere stories live. Discover now