spesial 6

2.5K 248 6
                                    

Makasih buat semua apresiasi kalian yg telah mendukung mulai dari membaca, vote dan komentar juga follow akun ini.

Selamat membaca~

.

.

.

Taehyung tersenyum tipis mendapati Jungkook--adiknya menangis di sampingnya. Ia tahu hubungan keduanya merenggang entah sejak kapan, tapi ia yakin kalau setelah ini mereka dapat kembali akur.

"Waktuku tak banyak, hanya tersisa 5 hari lagi."

Taehyung menggigit bibir bawahnya, kemudian mengangguk mengerti. Tangannya meraba ke arah jantung yang berdetak di tubuh milik Jungkook.
"Yah...waktu kita tak banyak..." gumam Taehyung kemudian mengusap kepala sang adik.

"Tapi aku yakin kalau semuanya akan bahagia, termasuk eomma dan appa...juga kita." Lirih Taehyung kemudian menepuk bahu Jungkook berusaha menyemangati sang adik.

"Aku bertemu dengan Jimin, kurasa ada yang salah dengannya." Gumam Taehyung membuat Jungkook menoleh, mengernyit tak mengerti saat kakaknya tiba-tiba mengucapkan hal itu.

"Ahhh...Jimin ya," sekarang Jungkook ingat, ia menatap Taehyung yang menunggu penjelasannya. Mungkin melalui sang kakak, berpura-pura menjadi dirinya masalah dirinya dengan Jimin akan selesai.

"Sepertinya ada kesalahpahaman, bisa kita pergi ke rumah Jimin sekarang?"

Taehyung menghela napas, kemudian mengangguk meng-iyakan permintaan sang adik. Jarang mengingat sang adik cenderung tertutup dan tak pernah berbicara banyak dengannya.
"Ceritakanlah kisah sebenarnya, agar aku dapat mengerti konflik yang terjadi sebenarnya."

Jungkook menghela napas perlahan; matanya menatap langit yang berubah warna menjadi lebih gelap.
"Maaf, aku sudah berjanji pada Jimin."

"Baiklah, hari sudah mulai malam. Aku akan pamit dengan eomma dan appa dulu." Ucapan Taehyung membuat Jungkook menunduk, ia ingat sebelum ia berubah menjadi berandalan seperti beberapa waktu lalu, ia merupakan anak yang penurut.

Aku rindu saat-saat aku menjadi manusia...





***






Jungkook menatap Jimin yang sibuk memasak untuk dirinya sendiri, Jimin hidup sebatang kara yang terpaksa harus bekerja paruh waktu untuk kehidupannya.
"Huffftt..." Jungkook menghembuskan napasnya menatap Jimin yang sibuk dalam diam menghabiskan makanannya.

Ting...tong...

Jungkook menegakkan tubuhnya, sepertinya Taehyung telah tiba di depan. Jimin segera bangkit untuk membukakan pintu rumahnya, begitupula dengan Jungkook yang ikut mengekor untuk melihat Taehyung.

"Untuk apa kau kemari?" Tanya Jimin sinis, Jungkook menatap Taehyung dan berbisik tepat ke telinga sang kakak.

"Katakan padanya kalau yang menyebarkan cerita itu bukan Jungkook."

Taehyung menghembuskan napasnya perlahan, menatap Jimin serius.
"Dengar, bukan aku yang menyebarkan cerita itu. Kau percaya bila aku yang menyebarkan cerita itu pada semua orang? Kupikir kau mengenal Kim Jungkook!"

Taehyung melipat kedua tangannya di depan dada, membuat Jimin mengusap wajahnya dan menarik Taehyung untuk masuk ke dalam rumah kecilnya.

Jungkook yang melihatnya memilih untuk mengekori keduanya, ia harus berada di samping Taehyung.
"Aku ingin percaya, tapi yang mengetahui tentang keadaan ibuku dan keluargaku hanya kau. Lalu bagaimana bisa cerita itu diketahui oleh semua orang? Jawab Kim."

Taehyung melirik ke arah Jungkook yang terdiam, cukup lama kira-kira lima menit hingga membuat Jimin terkekeh miris.
"Lihat, bahkan kau diam tak bisa menjawabnya. Pergilah, dan jangan pernah kembali. Kupikir sampai disini persahabatan kita, tak ada lagi kepercayaan." Ucap Jimin mendorong Taehyung untuk keluar dari rumahnya.

"Unghh..."

Taehyung menghentikan langkahnya meski Jimin berusaha untuk mengeluarkannya, matanya melirik ke arah Jungkook yang memegangi dadanya dengan raut wajah kesakitan.
"Jung...kook?" Gumam Taehyung membuat Jimin mengernyit heran.

Jungkook terus berusaha mengatur napasnya, melirik sang kakak yang berada di ambang pintu.
"Hhhh....hahhhh..."

Jimin mendengus melihat Jungkook yang menahan tubuhnya untuk bertahan di posisinya.
"pergilah! Aku tak mau melihatmu lagi Kim Jungkook! Enyah dan jangan pernah kembali lagi."

Jungkook mengeratkan tangannya pada dadanya, matanya yang memerah dan berair menatap Jimin yang mengusir Taehyung.


Park Jimin, ia hanyalah anak yang tinggal sebatang kara. Ayahnya dipenjara karena melakukan kekerasan pada dirinya dan juga ibunya. Belum lagi kekerasan sexual yang ayahnya berikan tanpa sepengetahuan siapapun, kecuali sahabatnya Jungkook.

Ibunya mengalami depresi berat, akibat kekerasan yang selama ini ia terima. Hingga akhirnya Jimin berteriak kesetanan meminta tolong pada polisi yang tengah bertugas di tengah jalan.

Hingga sang ayah mendekam dibalik jeruji, dan ibunya harus mendapatkan perawatan di rumah sakit jiwa. Jimin harus bekerja paruh waktu untuk membiayai kehidupannya, memenuhi kebutuhan sekolah dan juga membayar pengobatan ibunya di bar sebagai pelayan.


Hanya Kim Jungkook yang tahu, dan setelah itu kabar itu menyebar luas di sekolah. Siapalagi yang harus Jimin salahkan? Tidak ada, selain Kim Jungkook yang selama ini berjanji tidak akan membocorkan hal ini pada siapapun.


Bullshit!



Jungkook menghela napas kemudian memejamkan kedua matanya, dan angin membuat tubuhnya menguar hilang bagaikan asap.

"Jungkook? Kau dimana?!"



























Haii...aku double lohhh...

Mengingat tinggal 6 hari lagi ultah tae oppa 😅😅😆😆

Jadi aku ngebut dan menyampingkan work buatanku yg lainnya

Makasih buat kalian yg baca ^^

Ini baru aku ketik, jadi masih anget. Semuanya dari atas ampe bawah, jadi jangan lupa dukungannya ^^





Call Me Hyung✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang