37 || Berjuang untuk sembuh, ya, sayang? (TAMAT)

681 54 31
                                    

"Gue nggak tau harus mulai ini dari mana. Tapi gue pikir kita nggak akan pernah bisa kayak gini lagi. Nggak akan pernah bisa ke tempat ini dan duduk berdampingan kayak sekarang."

"Gue udah maafin lo," kata Cahaya tanpa memandang Leo. "Gue di sini sekarang cuma pengin lo nggak perlu merasa bersalah lagi. Dari awal hubungan kita dimulai dari pertemanan." Lalu menatap Leo dan kembali berkata, "Dan sejak awal kita udah mutusin untuk berdamai. Gue mau kita berdamai sama luka. Langkah yang kemarin kita ambil untuk menerima Zayn dan Yora itu baru awalnya."

Leo terdiam. Sementara Cahaya menghela napas dan kembali mengimbuhkan, "Tapi satu yang gue minta, Le. Tolong jangan lagi mencintai gue. Lo udah sama Racquelle. Cintai dia sepenuh hati."

Leo terpekur lama. Ia membuang muka dan berkata, "Gue sama Racquelle nggak ada hubungan apa-apa. Perasaan gue sama dia mungkin masih ada tapi hanya sebatas suka." Lalu menatap Cahaya lamat-lamat. "Tapi sama lo, lo lebih dari itu, Cahaya. Gue bahkan nggak pernah bisa benar-benar membenci lo. Jadi tolong jangan pernah untuk nyuruh gue membuang perasaan gue sama lo. Karena mungkin gue nggak akan bisa."

Cahaya diam beberapa saat. Ia menghela napas dan berkata, "Tapi lo bisa belajar untuk mencintai Racquelle kembali. Racquelle tulus sama lo, gue bisa liat itu dari matanya."

Leo terdiam lama, menatap danau dan tak mengatakan apa-apa. Hingga beberapa saat kemudian ponselnya berbunyi. Mengambil ponsel di saku celana jinsnya, ia mengangkat telepon.

Leo terdiam mendengarkan apa yang Rio katakan di ujung sana yang lalu segera mematikan sambungan telepon secara sepihak bahkan sebelum Rio sempat berkata lagi.

Ia bangkit berdiri, menatap Cahaya dan berkata, "Gue harus ke markas sekarang. Lingga udah ketemu." Lalu membantu Cahaya berdiri. "Ayo gue antar lo pulang."

Cahaya menggeleng. "Nggak. Gue ikut sama lo."

***

Begitu masuk ke markas Belati, Cahaya terdiam memandangi Reza yang tengah memukuli Lingga, sendirian. Dengan pasang mata yang ada di sana yang hanya menonton saja. Sedangkan Leo sudah akan merangsek maju untuk ikut memukuli Lingga kalau Cahaya tidak menahannya.

Reza duduk di atas perut Lingga dan kembali memberi bogeman mentahnya ke wajah Lingga untuk lalu mencengkeram kaos yang dikenakan Lingga. "Bilang sama gue apa yang buat lo mau jadi kacungnya David dan Alex?! Apa yang mereka kasih buat lo sampai lo khianati sekolah lo sendiri, hah?! Jawab sialan!"

Lingga tertawa di tengah ringisannya. "Alex sepupu gue. Lagian cewek sialan kayak Cahaya emang pantas dapatin itu semua."

Tepat ketika itu, Reza kembali memberi Lingga beberapa pukulan telak di wajah. "Apa karena lo udah nggak lagi jadi anggota Belati makanya lo pun turut ngasih info Belati buat ngelancarin aksi David dan Alex?!" Reza meludah, tepat di samping tubuh Lingga. "Cih, pecundang kayak lo nggak pantas ada di Belati. Lagian lo dikeluarin dari Belati itu karena salah lo sendiri. Belati cuma lo jadiin ajang popularitas lo doang. Untuk ngerasa jadi jagoan. Cih, lo bahkan nggak ada kemampuan apa-apa buat masuk di Belati. Lo bahkan nggak pernah paham beladiri yang Leo ajari. Lo nggak lulus syarat karena lo pecundang!"

Cahaya hanya mengamati saja bahkan ketika Reza kembali memberi pukulan untuk Lingga. Sepertinya Reza masih belum sadar dengan kehadirannya dan juga Leo.

"Kenapa gelang yang lo pakai bisa ada di tangan Alex untuk dijatuhi di rumah gue?"

"Aku nggak tau. Tapi waktu itu pas di kelas, Lingga sempat minjam gelangku. Katanya gelangku bagus, jadi dia mau liat sebentar. Tapi habis itu gelang aku hilang, nggak tau ke mana."

Imperfection : Fight to be fineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang