PROLOG : See The Light of Day

398 30 10
                                    

Stasiun Kereta, Busan.
26 Mei.

Mentari mulai benderang di angkasa siang itu. Hari libur yang sibuk, dua hari sebelum tahun ajaran baru kembali dimulai. Disana, stasiun kereta bawah tanah, jurusan Seoul akan segera tiba dalam beberapa menit.

Dan sebelum dirinya hilang bersamaan dengan lajunya kereta, Kim Hana, seorang remaja perempuan muda melepas pelukan dengan sosok wanita sederhana dengan beberapa keriput tipis yang menghias di wajah letihnya.

Liburan akan usai, dan Hana mau tak mau kembali ke Seoul untuk melanjutkan sekolahnya. Satu tahun lagi, Hana akan berganti jenjang. Lakukan tes masuk universitas, dan membayar usaha orangtua yang membiayai hidupnya selama ini. Bersyukur pada otaknya yang untungnya bisa diajak kerja sama. Hana akan masuk universitas dengan beasiswa. Doakan saja.

"Jangan lupa kirim kabar kalau kamu sudah sampai di Seoul." Wanita itu berpesan, pucuk kepala anaknya diusap penuh kasih. Masih sulit melihat satu-satunya putri yang harus berjuang di kota lain. "Ibu akan merindukanmu."

"Bu, aku tak akan kemana-mana. Jangan khawatir, aku bisa jaga diri," jawab Hana pelan. Sekali lagi mereka berpelukan. Terakhir kali sebelum Hana melangkah kaki ke dalam peron. "Aku pergi dulu. Ibu hati-hati pulangnya, ya. Sampai nanti!"

Gadis itu beranjak pergi, bertolak belakang dengan sang ibu masih melihat punggung putrinya yang makin hilang di tengah keramaian. Sekarang, Hana sendirian. Berdiri diantara puluhan orang dengan satu tujuan yang sama. Di peron, Hana menunggu keretanya tiba--dilihat lewat jadwal mungkin akan lima menit lagi. Sambil menunggu, Hana menyesap es kopinya. Musim panas benar-benar membuatnya berkeringat.

Sejenak, Hana pikir ia harus melihat notifikasi dari ponselnya. Mana tahu Eunbin--teman baiknya menghubungi dan menunggunya di stasiun kereta Seoul demi menjemputnya seperti waktu lalu, namun ia sadar kalau benda pintar itu sudah masuk dalam tas. Oh, maaf saja. Tapi Hana tak mau mengambil risiko dengan bermain ponsel di tempat umum. Bisa-bisa benda itu hilang, dan ibunya tak akan membelikannya lagi.

Alhasil, berkawan dengan bosan Hana menyerahkan lima menit terakhirnya di Busan dengan memperhatikan sekelilingnya.

"Aduh!"

Hana mendelik. Kaget karena tiba-tiba seseorang menabraknya dari belakang. Ia melirik es kopinya, oke masih aman. Untung saja tak tumpah banyak, batinnya menghela napas lega.

Atensinya tertuju pada sepatu yang ia pakai. Sepertinya begitu sampai di Seoul, Hana harus langsung mencuci sepatu putih itu sampai tak bernoda kopi lagi.

"Maaf, aku buru-buru. Ah, ini aku ada saputangan, mungkin kau ingin pakai?" Sosok itu mengulurkan sehelai saputangan dari sakunya. Pemuda itu walaupun topi biru polos menutupi surainya, warna hitam pekat itu tampak indah bila dilihat dari dekat. Pakaiannya kasual, kaos putih yang ia timpa dengan v-neck yang sedang booming itu.

Model, kah?

"Anu, kau tak apa?"

Sadar Hana sedari tadi tak alihkan pandang begitu bertatapan dengan sang pemuda, buru-buru ia melambaikan tangan tepat dihadapan Hana. Sial, apa-apaan kau Hana.

Lantas, ia menggelengkan kepala cepat. "Ah, aku baik-baik saja. Terima kasih saputangannya."

Kereta jurusan Seoul akan segera tiba dalam lima detik. Penumpang harap bersiap.

Keduanya sama-sama hilang fokus sebab pengumuman dadakan itu. Sesaat, Hana masih diam terpaku, entah karena apa. Hingga pada akhirnya pemuda asing itu memberi salam, membungkuk, kemudian berjalan pergi beberapa langkah mendekati kereta.

Dan saat itu, Hana baru tersadar. Saputangan. Pemuda itu tersenyum tipis kepada Hana. []

. . .












Choi Sungyoon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Choi Sungyoon

feat. Original Character ;





started: 26-12-2019
finished: 22-01-2020
FANTASIA , lunariasticz

[✓] FantasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang