237 comment lanjut chap 24
***Jungkook duduk di kursi tunggu di depan kamar istrinya dirawat. Kedua bahunya melemas dengan wajah menengadah ke langit-langit rumah sakit. Pikirannya kacau. Wajah kusut. Kedua tangannya terangkat menutup wajah seolah merasa malu jika ada yang melihatnya. Tapi sebenarnya, ia memang lebih malu pada dirinya sendiri.
Betapa memalukannya, karena ia telah berhasil ditipu oleh seorang wanita. Hanya seorang wanita.
Dia kembali mengingat Sonia, dan betapa anehnya wanita yang dia kira dicintainya itu dalam sekejap berubah menjadi wanita yang paling dibencinya. Bagaimana tidak, wanita itu dengan mudahnya dapat mempermainkannya.
Jungkook sudah memutuskan, Sonia tidak akan menjadi bagian hidupnya lagi.
Sonia sudah membohonginya.
Sonia memiliki suami di Amerika. Bukan, Sonia tidak jadi menikah dengan pria itu karena Sonia lari. Entah apa pun alasan wanita itu lari, Jungkook tidak peduli. Ia sudah teramat membenci wanita yang membohonginya mentah-mentah.
Sonia bahkan sudah memiliki seorang putri.
Dasar pembohong!
Jungkook bahkan sebelumnya berniat ingin menikah dengan Sonia. Tapi wanita itu ternyata... ah, berengsek. Maki Jungkook dalam hati.
Jungkook benar-benar ingin melampiaskan kemarahannya. Tapi ia tak tahu bagaimana cara melakukannya. Lebih tepatnya ia tidak bisa berteriak di rumah sakit ataupun menendang sesuatu untuk meluapkan amarah dalam dirinya. Ia tidak bisa sehingga kemarahannyalah yang berhasil menjeratnya dan menyesakkan dadanya.
"Papa, kenapa kita tidak masuk ke dalam?" tanya Jisen membuyarkan lamunan Jungkook. Karena bukannya Jungkook membawanya untuk menemui ibunya di dalam, tapi Jungkook malah meminta duduk di kursi tunggu lebih dulu. Entah sudah berapa menit.
Jisen bosan.
Pikiran Jungkook sedang tidak beres. Dia benar-benar merasa bodoh karena bisa-bisanya dibohongi oleh kekasihnya sendiri. Tidak, Sonia bukan kekasihnya lagi. Dia tidak ingin bersama penipu itu lagi.
Jungkook mengalihkan tatapan untuk bisa menatap wajah putranya yang duduk di sampingnya. Apa yang telah kulakukan pada keluargaku? Tanyanya sendiri pada hati kecilnya yang melihat wajah Jisen yang kelelahan karena mengantuk juga bosan.
"Jisen mau masuk ke dalam?" tanya Jungkook berusaha dengan suara lembut. Kedua tangan Jungkook menangkup wajah Jisen. Ia benar-benar sadar sudah melakukan banyak kesalahan. Dan ia juga sadar telah mementingkan Sonia daripada putranya sendiri. Ia berdosa besar.
Jisen menganggukkan kepala dengan mantap. Ia memang sudah tidak sabar ingin melihat ibunya.
"Ayo, Pa," ajak Jisen menarik lembut tangan ayahnya saat turun dari kursi.
Jungkook memberikan senyuman yang ia paksakan. Ia ingin benar-benar tersenyum, tapi tak cukup mampu melakukannya karena hatinya benar-benar kacau. Jungkook bergantian meraih tangan Jisen lalu membawa putranya masuk ke dalam kamar istrinya dirawat.
"Mama...." Jisen langsung berlari ke arah tempat tidur begitu pintu baru saja dibuka oleh Jungkook. Tapi sayangnya, yang dipanggil tidak menyahut. Putri sedang pulas dalam tidurnya. Jungkook cepat-cepat mendatangi Jisen untuk memperingatkan agar putranya tidak berisik.
"Jisen, Mama sedang tidur. Jangan diganggu, ya Sayang," Jungkook memberitahu.
Jisen pun cepat-cepat menutup mulut sadar sudah melakukan kesalahan dengan hampir membangunkan ibunya. Ia juga tidak ingin mengganggu ibunya. Jadi ia mengangguk patuh pada Jungkook. "Iya Pa, maaf," bisik Jisen menyesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Dirimu ✔️
FanfictionJungkook mengejutkan istrinya malam itu hanya dengan mengucapkan satu permintaan: Jungkook ingin bercerai. Kehidupan rumah tangga Jungkook bersama istrinya selama ini begitu sempurna. Mereka hidup bahagia, mempunyai seorang putra yang menakjubkan be...