36

3.7K 299 47
                                    

Suara dentingan itu membuat Jungkook menoleh ke pintu kamar. Di sana sudah berdiri adik perempuannya yang sedang memukulkan sendok ke gelas.

"Kakak kenapa? Dari tadi melamun terus. Nanti kesambet Jin baru tahu." Yan yang dari tadi melihat kakaknya duduk melamun pun menghampiri Jungkook.

"Iya, kau jinnya," sahut Jungkook kemudian.

Yan mengerucutkan bibir lalu duduk di pinggiran tempat tidur. "Enak saja, kalau aku namanya bukan jin, tapi bidadari cantik," jawab sang adik terlampau percaya diri. "Ini, Kak. Teh kesukaan Kakak." Yan menyerahkan minuman yang dibawanya.

Kali ini Jungkook hanya tersenyum samar menerimanya. Suasana hatinya memang sudah mendadak buruk setelah mendapatkan telepon dari Putri tadi. "Tumben, baik. Pasti ada maunya," kata Jungkook. Padahal sebenarnya ia sedang malas bicara, tapi ia paksakan juga.

Yan berdecih. "Aku ini kan memang selalu baik," katanya lagi. "Aku ikhlas membuatnya. Pakai hati yang tulus malah." Yan mengelus dadanya dengan gaya berlebihan.

Jungkook menatap adiknya tanpa minat. Ia memang tidak sedang ingin meladeni adiknya itu. Tapi tiba-tiba Yan mulai menundukkan kepala, menyembunyikan matanya yang mulai berkaca-kaca. Jungkook yang dapat melihatnya pun mulai bingung.

"Kenapa?" tanya Jungkook membenarkan duduknya, ia langsung khawatir karena takut sesuatu terjadi pada adiknya.

Yan tidak langsung menjawab. Kepala Yan dipenuhi dengan pikiran semua perlakuan baik kakaknya. Mulai Jungkook yang selalu membelanya di depan orang tuanya, Jungkook yang selalu bolak-balik ke sekolah karena ulahnya di masa SMA, Jungkook yang selalu ditelepon saat Yan ingin membeli album keluaran terbaru dari band favoritnya, juga Jungkook yang pernah didatangi oleh Yan sampai ke kantornya sebab kedua orangtuanya tidak mengizinkan Yan menonton konser 5SOS di Australia.

Ya, Yan memang supermanja dan ia bisa mendapatkan apapun jika ada kakaknya Jungkook.

Meskipun Yan memiliki dua kakak laki-laki, tapi Taehyung tidak bisa diandalkan.

"Tidak lama lagi aku akan tinggal di Singapura," kata Yan akhirnya. Mencoba mengeluarkan isi hatinya. Padahal ia belum berpisah dengan kakaknya, tapi rasanya ia malah sangat-sangat merindukan kakaknya. Padahal kakaknya juga ada di sini.

Jungkook yang sudah mengerti maksud pembicaraan adiknya pun mulai bisa lega. "Kan sebelum-sebelumnya kau juga sudah tinggal di sana."

"Iya, tapi kan hanya kuliah, sebentar lagi aku benar-benar akan tinggal di sana, Kak," kata Yan lagi.

"Iya, Kakak tahu. Lantas harus bagaimana lagi? Kalau kau ragu tinggal di sana, tinggal batal menikah saja. Gampang."

Yan terkejut. Kakaknya benar-benar tidak seperti biasanya. Hampir saja Yan meneriaki kakaknya karena merasa sedikit sakit hati. Tapi ia tahan. Ia tahu kakaknya tidak bermaksud seperti itu. Sepertinya kakaknya itu memang benar-benar dalam suasana hati buruk sekarang.

"Kakak pasti lagi bad mood, aku tidak jadi mengajak Kakak pergi keluar." Yan membatalkan niatnya mengajak kakaknya jalan-jalan. "Aku keluar dulu kak."

Jungkook yang sadar adiknya itu telah ia kecewakan pun merasa bersalah sendiri. Tapi Yasudahlah. Dia memang tidak ingin memikirkan adiknya itu saat ini. Dia perlu memikirkan kehidupan rumah tangganya yang sudah di ujung tanduk.

Jungkook melihat minuman buatan adiknya yang belum ia sentuh sama sekali, lalu meletakkannya di meja nakas. Punggungnya kembali ia sandarkan ke kepala tempat tidur dengan kedua tangan yang ia silangkan di belakang kepala. Pikirannya kembali menerawang jauh, sampai ke Bogor. Bahkan ayahnya yang berdiri di depan pintu pun tidak disadarinya.

"Jungkook." Suara itulah yang akhirnya menyadarkan Jungkook.

"Papa?"

"Kamu ini sedang memikirkan apa? Dari tadi Papa sudah mengetuk pintu tapi kamu tidak menjawab."

"Maaf, Pa. Ada apa, Pa?" Jungkook kembali membenarkan duduknya.

"Tidak ada apa-apa, Papa cuma ingin mengajak kamu makan."

"Aku tidak lapar, Pa."

"Bagaimana mau lapar orang kamu terus memikirkan Putri," ucap Ridwan Rafanza. Ridwan tahu meskipun anaknya tidak mengatakan apa-apa padanya, tapi sebagai seorang ayah tentu ia tahu kalau hati putranya itu sedang gusar.

"Aku melihat Putri," kata Jungkook pelan.

"Di mana? Kapan?" tanya ayahnya cepat.

"Di Bogor. Beberapa minggu yang lalu."

"Kenapa kamu tak mengajaknya pulang?"

"Sudah kucoba. Tapi dia ingin bercerai," jawab Jungkook lesu. "Dia masih sangat marah," kata Jungkook dengan raut wajah terluka. Tangannya membuka laci nakas dan mengeluarkan sebuah surat dari Kantor Pengadilan Agama. Ridwan mengambil surat yang diulurkan Jungkook lalu membacanyanya dengan teliti.

"Jungkook, kamu perlu bersabar," nasehat Ridwan pada anaknya. "Mungkin setelah konseling nanti Putri bisa mempertimbangkannya lagi."

Jungkook menggeleng. Harapannya sangat tipis.

"Dia benar-benar marah. Dia tidak ingin memberi kesempatan sedikitpun padaku. Aku kehilangan semuanya," ucap Jungkook dengan air mata yang mulai menggenang. Ia benar-benar berdosa dan sangat menyesal.

"Kamu masih memiliki Papa, Mama dan adik-adikmu. Jungkook, kuasa perceraian jatuh pada suami. Kamu sebagai suami harus membuat keputusan yang bijak." Ridwan menyentuh bahu putranya, sengaja menyalurkan semangat yang memang sangat dibutuhkan Jungkook.

"Kalau pun aku tak menceraikannya, dia tidak akan mau lagi kembali denganku."

"Kalau begitu biar Papa yang temui Putri, Papa akan jelaskan semuanya padanya."

"Tidak perlu, Pa. Aku yang sudah memulai semuanya maka aku juga yang akan menyelesaikannya."

Ridwan pun mengangguk mengerti. Sudah setahun ia melihat anaknya menderita. Walaupun sekarang sudah sembuh, tapi senyum dan tawa Jungkook seolah lenyap ditelan sakit yang dideritanya. Melamun dan mengeluh adalah kegiatannya selama setahun ini. Hatinya benar-benar terluka parah dan belum sembuh sama sekali. Tapi meskipun begitu, Ridwan tetap bersyukur karena anaknya sudah tidak terlihat seperti mayat hidup lagi. Jungkook sudah bisa kembali bekerja. Cuma hatinya saja yang perlu disembuhkan.

Tapi satu-satunya orang yang hanya bisa menyembuhkan hatinya malah tak sudi melihatnya.

TBC

🌹Ini pertama kalinya aku buat cerita dan si MC agama islam. Bagaimana menurut kalian? Apakah bisa diterima?

🌹Di ceritaku yang lain semua MCnya agama katholik, jadi aku cukup deg-degan juga buat cerita ini.

🌹Apakah menurut kalian ceritanya makin ke sini makin lebay?😬

TERIAK!! Astaga! Ya Tuhan!

Sengaja kayaknya menggugah hatiku untuk publish OFS cepat2😆

Sengaja kayaknya menggugah hatiku untuk publish OFS cepat2😆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hanya Dirimu ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang