Chapter Two

57 10 0
                                    

.
.
"Selamat datang!" sapa Alea ketika mendengar suara lonceng yang berbunyi karena pintu kafe terbuka. Empat orang pria masuk ke dalam, salah satunya berjalan lurus menuju Alea.

Jeff memesan 4 ice americano tanpa melihat menu sambil mengeluarkan kartu dari dompetnya.

"Totalnya 15.200 won," ujar Alea akhirnya bertatap muka dengan pelanggannya.

"Err... Alea?" tanya Jeff mengingat-ingat wajah di depannya.

Alea mengamati wajah asing yang tiba-tiba menyebut namanya santai. Kepala Alea miring mencoba mengingat siapa pria itu.

"Jeff. SMP Samcheok, kelas 3-1."

"Jeff? Yang dulu selalu ikutin Rui kemana-mana?"

"Jeff? Yang dulu selalu ikutin Rui kemana-mana?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pria itu tertawa renyah. "Hahaha, memangnya dulu keliatan gitu ya?"

Alea mengangguk, kemudian membuat pesanan Jeff satu per satu.

"Udah ketemu Rui?" tanya Alea sambil mengisi cup dengan es batu. "Dia baru aja keluar."

"Rui? Bukannya dia pindah ke Aussie?"

Alea menatap Jeff dengan tatapan bingung. "Kalian berdua benar-benar gak keep in contact sama sekali?"

Jeff tersenyum miris. Perpisahan mereka berdua bertahun-tahun yang lalu itu memang tidak terlalu baik.

"Ini pesanannya," ujar Alea memberikan nampan berisi empat cup ice americano. "Dan ini service dariku. Welcome home."

Jeff menatap tiramisu dan macaroon yang ada di atas nampannya, kemudian tersenyum manis. "Thanks."

"Baru satu detik, lo udah godain cewek?" tanya Leo asal ketika Jeff bergabung dengan pesanan mereka.

"Shut up, Leo. She's my friend and it's been a long time."

Mood Jeff yang tiba-tiba berubah membuat tiga pria di depannya terkejut. Pasalnya, selama ini Jeff tidak pernah berbicara seketus itu kepada mereka.

"What's wrong?" Sammy batal meminum americanonya

"Nevermind. Sorry." Mulut Jeff sibuk mengunyah es batu dari minumannya. Hal yang juga baru pertama kali Jeff lakukan.

Setidaknya selama lima tahun mereka berteman, baru kali ini Sammy, Dylan dan Leo melihat pria itu melakukan hal yang tidak biasa.
Sedangkan Jeff hanya memandangi matahari yang mulai terbenam.

.
.

Jaewon berdiri di depan pintu rumah Rui sambil sesekali memeriksa layar ponselnya. Tidak ada satupun notifikasi dari gadis yang sedang ditunggunya. Tapi Jaewon sangat memahami kekasihnya itu. Dia kembali memeriksa waktu di ponselnya.

"Sebentar lagi..."

Dan benar saja, Rui keluar dengan pakaian santainya. Celana olahraga dan sweatshirt. Gadis itu benar-benar tidak pernah melewatkan aktivitas rutinnya.

Jaewon tersenyum menatap Rui yang terkejut akan kehadiran kekasihnya itu. Apalagi Jaewon mengenakan pakaian yang cocok dengan yang dikenakannya saat ini.

"Ayo, aku temani malam ini."

.
.

"Aku bego ya? Padahal aku lihat langsung kalau Jae memeluk cewek lain, tapi malamnya aku malah jalan sama dia."

Alea menatap sahabatnya itu dengan salah satu alis matanya terangkat, kemudian menyodorkan lemon smoothie kepada Rui. Salah satu alasannya agar otak gadis itu bisa sadar sepenuhnya. Sejujurnya, Alea sudah sangat ingin memarahi gadis bodoh itu. Tapi dia tidak ingin melihat Rui kembali menangis.

"Minum dulu. Habisin setengah baru lanjut ngomong."

Rui dengan patuh menyeruput smoothienya, tepat menyisakan setengah isinya.

"Jadi sekarang kamu harus apa?" Alea menatap tajam.

"Ngomong sama Jaewon."

"Terus?"

"Minta penjelasan."

"Terus?"

"Terus..."

"Putusin dia, Ru!" Kesabaran Alea hampir habis menghadapi gadis bernama Rui ini. Entah apa yang membuat persahabatan mereka bertahan lebih dari lima tahun. Alea pasti diberikan kesabaran ekstra dari Tuhan.

Setitik air muncul di sudut mata Rui.

"Harus... putus ya?"

Alea mengangguk dengan pasti. "You deserve better than that bastard!"

"But he's fine..."

"Oh sweetheart, please. Gak ada cowok baik yang selingkuh!"
.
.

Like We Used ToTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang