Chapter Five

24 4 0
                                    

"It's been a long time Ru," ujar Jeff meraih dagu Rui lembut, mengecup bibirnya agak lama. Tapi ciuman itu sukses membuat air mata yang sejak tadi ditahan Rui tiba-tiba menetes.

 Tapi ciuman itu sukses membuat air mata yang sejak tadi ditahan Rui tiba-tiba menetes

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"I miss..." Jeff melepaskan ciumannya. Dia ingin mengatakan bahwa dia merindukan Rui. Tapi ekspresi wajah gadis itu membuat dia tidak bisa berkata-kata.

Bugh...

Sebuah pukulan tiba-tiba mendarat di wajah Jeff.

Jaewon hendak meraih kerah pakaian Jeff ketika Rui berdiri di antara mereka berdua. Berusaha mencegah perkelahian. "Stop, please."

Rui menggapai tangan kanan Jeff dan menatap bekas pukulan di wajahnya, "are you alright?"

Bukannya menjawab pertanyaan Rui, tangan Jeff menyapu bekas air mata di wajah gadis itu. Membuat momen di antara mereka berdua.

Aroma mint yang tadi menguar dari kehadiran Jeff mengingatkan Jaewon pada aroma kekasihnya. Dia semakin yakin ketika aroma itu menguar dari tubuh Rui ketika gadis itu melerai mereka. Jaewon yang semakin kesal menarik tangan Rui menjauh.

Jeff balas memandang pria itu kesal. "Let go of her."

Dia mencengkeram lengan Jaewon yang tidak menunjukkan minat untuk melepaskan tangan Rui.

"Jae..." ujar Rui lirih, "lepas, please."

Jaewon beralih menatap kedua mata Rui, kemudian melihat tangan gadis itu yang memerah. Dia sontak melepaskan cengkeramannya, "Maaf."

Tapi Rui malah tersenyum dan mengatakan terimakasih pada Jaewon.

"Are you kidding, Ru?" Jeff tidak tahan lagi dengan perilaku Rui. Seharusnya dia marah, bukannya berterimakasih karena sejak awal, tindakan pria brengsek itu salah.

Kedua tangan Jeff meraih cup milkshake di atas meja, menahannya beberapa detik, kemudian menangkupkan kedua telapak tangannya yang dingin di lengan Rui yang memerah.

"You don't deserve this, Ru." Jeff kembali menangkupkan kedua tangannya di cup milkshake milik Rui, tapi kegiatannya itu dihentikan Jaewon yang mencengkeram lengan Jeff kuat.

"First, who are you dan kenapa tiba-tiba muncul dan mencium pacar gue kayak tadi."

Jeff meraih tangan pria itu dan berusaha melepaskan kontak mereka dengan kasar. "You don't need to know."

"But you kiss my..."

"You said that you'll break up with him, Ru," ujar Jeff memotong kalimat Jaewon.

Rui menatap Jaewon sebentar, kemudian berganti menatap kedua mata Jeff yang dalam. Dan dia kembali menangis, kali ini derai air mata tanpa suara. Jeff dengan spontan memeluk gadis itu, membiarkan Rui menangis di bahunya.

Alea yang sejak tadi berusaha menahan diri, akhirnya bergabung dengan mereka bertiga setelah melihat Rui menangis.

"You boys, stop here!" Alea menggebrak meja. Untungnya malam itu cukup larut, tidak ada pelanggan selain Rui, Jaewon, Jeff dan tiga temannya.

"Jaewon, mulai sekarang jangan pernah temui Rui lagi. Gue udah bilang tadi siang kalau kalian harus putus. Gue gak akan biarin temen gue nangis lagi karena lo."

"Tapi Alea, Rui..."

"This is what she want. Lo tau dia gak akan pernah bilang putus, that's why i told you beside."

"Rui..." Jaewon berusaha meraih tangan kanan Rui. Dia ingin gadis itu menatapnya. Tapi Alea dengan cepat memukul lengan Jaewon.

"You cheat on her! Don't ever dare to touch her, bastard!"

"Please... stop..." gumam Rui menahan isakannya. Mendengar orang-orang yang dia sayangi bertengkar seperti itu membuat Rui menyalahkan diri sendiri. Dia melepaskan pelukan Jeff dan merosot turun, menangis tertahan membelakangi mereka semua.

Jeff dengan sigap membuka jaket yang dia kenakan dan menutupi kepala Rui, membiarkan gadis itu menangis sepuasnya sambil tetap berada di sisisnya. Dia mengirimkan sinyal mata kepada Alea untuk meminta pria bernama Jaewon itu pergi dari sini.

"Better you go now. I'll talk to you separately." Alea menatap Jaewon tajam, meminta pria itu untuk segera pergi. Tapi Jaewon masih berharap Rui mengatakan sesuatu.

"Rui... kamu lebih memilih cowok itu daripada aku?"

. . .

Tetap tidak ada jawaban.

"Oke, kita bicara lagi lain waktu."
Akhirnya Jaewon menyerah dan pergi meninggalkan meja mereka.

Tangannya baru akan membuka pintu ketika Jaewon mengingat sesuatu. Aroma yang sejak tadi mengganggu pikirannya. Dia kembali berbalik menghadap mereka.

"Mint... jangan bilang kalau kalian selama ini tinggal bersama dan melakukan 'itu'?"

Kalimat itu sukses membuat Rui berhenti menangis. Dia menyibakkan jaket yang menutupi tubuhnya dan berjalan ke arah Jaewon. Rui menatap Jaewon sedetik sebelum menampar pipi pria itu dengan kuat.

"Just shut off, Jae! Don't you dare say anything about Jeff."

Jaewon cukup terkejut melihat Rui yang penuh amarah, meskipun nada bicaranya sama sekali tidak meninggi.

"Kita bicara lagi nanti. Kamu masih emosi." Jaewon meremas lembut tangan Rui kemudian berjalan melewati pintu kafe.

Suara lonceng pintu yang semakin rendah membuat Rui kembali terduduk dan menangis dalam diam.
Jeff menghampiri Rui, kembali memeluk gadis itu. "Kamu gak berubah ya, masih suka gak kenal tempat kalau nangis."

Sedangkan tiga pria yang berada di depan meja kasir hanya berdiri mematung, merasa tidak seharusnya mereka berada di sana.

.
.

"What the hell was i see?"
"We're the ones who confused here, Jeff."
"Who's she?"
"Why you kiss her?"

Pertanyaan-pertanyaan beruntun masuk ke telinga Jeff dari tiga pria yang berada di depannya. Membuat dia bingung.

"Should i answer all those question?"
Dylan menatap Jeff tidak percaya. Sudah seharusnya Jeff menjawab semua pertanyaan itu karena kali ini dia memanfaatkan mereka untuk melakukan 'show'nya. Jeff yang mulai tidak nyaman berlama-lama ditatap pria-pria itu pada akhirnya menyerah.

"She's my childhood friend. We grow up together."

"You don't kiss a friend, Jeff." Sammy mengatakan itu sambil menyeruput lemonadenya dengan santai.

"I said that it was just a show."

"You're not Leo who kiss any girl."

Sebuah pukulan keras mendarat di belakang kepala Sammy. "They're not just any girl. I like her."

"See?" ujar Dylan, "even Leo only kiss the girls he likes."

"Not you too, Dylan." Leo menghela napas.

"So that's mean you like her, Jeff." Dylan mengabaikan ucapan Leo untuk yang kesekian kalinya.

"I like her, of course. That's why we're friends."

"You know that's not what i mean," ujar Dylan lagi, tapi Jeff tiba-tiba berdiri mengabaikan omongannya.

"Feeling better?" tanya Jeff kepada Rui yang kembali besama Alea. Tapi gadis itu tiba-tiba menamparnya, membuat Jeff kembali speechless.

"I don't say that you can kiss Rui."

Rui memegang tangan Alea, berusaha menenangkannya dengan mengisyaratkan bahwa dia tidak apa-apa, tidak keberatan.

"You don't have the rights to steal her first kiss."

Jeff menatap Alea yang baru saja mengatakan hal yang membuatnya bingung. "You know? That i kissed her?"

Kali ini Alea yang menatapnya bingung. "Everyone here saw that, you stupid."

"Wha... wait." Jeff kali ini beralih ke Rui, "you never kiss that boy, Ru? For real?"

Rui menggaruk kepalanya canggung kemudian mengangguk. Yang entah kenapa membuat Jeff ingin tertawa.

"Alea, I admit that I steal her first kiss, tapi itu lima tahun lalu. That's why she mad at me then."

.
.

Like We Used ToTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang