Chapter Three

36 6 0
                                    

.
.
Rui benci perpisahan.

Tapi kata-kata Alea tadi sore terus menerus melayang di kepalanya. Rui tahu memang itulah yang harus dia lakukan saat ini. Berbicara pada Jaewon dan memutuskan hubungan mereka.

"Kamu bukannya baru sekali dua kali loh lihat Jaewon jalan sama cewek lain."

Kalimat Alea kembali menambah sesak isi pikirannya. Rui menjatuhkan punggungnya di atas pasir yang lembut, meringkuk.

Setidaknya dia bisa menangis sepuasnya disini. Satu-satunya tempat dimana tidak ada seorangpun kenalan Rui yang mengetahuinya.
.
.
Langit malam itu membuat Jeff ingin berjalan menyusuri pantai. Sudah lama dia tidak menginjakkan kakinya di pasir lembut itu. Pantai itu membawa kembali kenangan-kenangannya semasa sekolah.

Satu... dua... tiga...


Dulu, Jeff terbiasa membuat jejak kakinya di atas pasir dan melihatnya menghilang dibawa ombak pantai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dulu, Jeff terbiasa membuat jejak kakinya di atas pasir dan melihatnya menghilang dibawa ombak pantai. Tipikal anak kecil pada masanya.

Mengingat hal itu membuat Jeff merindukan teman masa kecilnya. Dia mendengus kesal karena tidak meminta kontak Alea di kafe tadi.

Atau jika dia beruntung, mungkin saja dia bisa mendapat kontak Rui.
Jeff merindukannya. Sampai saat ini dia masih menyesali perpisahan mereka lima tahun lalu yang tanpa kata.

Kakinya menendang-nendang kecil pasir pantai ketika Jeff melihat sesuatu yang tergeletak di atas pasir. Bukan sesuatu. Dilihat dari ukurannya, itu seseorang. Meringkuk.

Jeff tidak bisa mengabaikannya. Bagaimana kalau terjadi sesuatu dengan orang tersebut?

Semakin dia mendekat, semakin dia bisa mendengar dengan jelas suara dari orang tersebut.

Dia... menangis?

"Are you... alright?" Jeff mengintip, berusaha memastikan di tengah kegelapan pantai.

 alright?" Jeff mengintip, berusaha memastikan di tengah kegelapan pantai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Suara isakannya terhenti. Menyisakan suasana canggung di antara mereka berdua. Jeff hanya bisa memperhatikan gadis itu merapikan rambutnya dan membenahi hoodie di atas kepalanya.

Gadis itu duduk, kemudian mengusap mata dengan ujung lengan jaketnya. "Fine," gumamnya singkat.

"Rui?" Jeff memastikan sekali lagi dengan membuka hoodie di kepalanya dengan paksa.

"Holy shit! Why are you here, Jeff?"
Rui menyibakkan rambut yang mengganggu wajahnya, kemudian menatap Jeff lamat-lamat.

"It's been... a long long time, Ru."

"Oh shit! Kenapa kita harus ketemu disaat aku kayak gini." Rui menghisap cairan yamg mengganggu hidungnya.

"Why..." ujar Jeff ragu. Tapi Rui tiba-tiba tersenyum lebar sebelum memeluk tubuh Jeff.

"I miss you so much." Rui mengeratkan pelukannya. "It's not a dream, rite?"

Jeff membalas pelukan di tubuhnya. "I'm sure it's not even a dream."

"Sejak kapan kau jadi sebesar ini, Jeff?"

Tubuh Jeff yang masih terasa sama di pelukan Rui, kecuali ukuran tubuhnya yang cukup sulit digapai Rui.

Rui melepas pelukannya, memasang senyum lebar di wajahnya yang membuat Jeff kesal. Kenapa Rui harus tersenyum lebar di depannya padahal dia baru saja menangis?

"I'm sorry, Jeff. For gave you such a freaking horrible farewell."

“No, Ru. I'm so sorry, for our farewell too. And you don't have to be sorry. We're just too young." Jeff tersenyum membalas senyuman terpaksa di wajah Rui.

"Now, tell me," ujar Jeff memegang kedua bahu gadis di depannya dengan lembut. Tapi Rui kembali menarik kedua sudut bibirnya seakan emosi yang dia tahu hanyalah sebuah senyuman.

"I'm alright, Jeff."

"You don’t look right, Ru.” Kali ini kedua tangannya beralih ke wajah Rui, mengusap pelan kedua mata Rui yang terlihat merah. "You can tell like we’re used to, rite?"

Sekali lagi Rui tersenyum. "I don't wanna break our sweet reunion, Jeff."
.
.
"I see that you already meet Rui," ujar Alea ketika Jeff dan ketiga temannya masuk ke kafe.

Jeff tersenyum menghampiri Alea. "Thanks to you."

"Not me. That's just your fate."

"And... who is she, may i know?" Sammy menghampiri Jeff yang dengan santai meninggalkan mereka bertiga di belakang. Dia tidak ingin kehilangan kesempatan berkenalan dengan teman Jeff untuk kedua kalinya.

"Alea," jawab gadis itu cepat. "4 ice americano?"

"Sure," jawab Sammy riang. "Call me Sammy."


"And here is Leo and Dylan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"And here is Leo and Dylan." Jeff mundur satu langkah untuk memperkenalkan dua temannya yang lain. "Guys, this is Alea."

"And thank you for the cake yesterday," sahut Dylan tersenyum.

"Nope. Jeff's friend is my friend too." Alea mengeluarkan sepotong cheesecake dan chocolava dari chiller, kemudian meletakkannya di atas nampan pesanan mereka.

"And let us pay for these today," ujar Leo segera memberikan kartu dari dompetnya sebelum Alea kembali membuka suara.

"You don't have to, actually." Alea menerima kartu dari tangan Leo. "But thanks. Here your coffee are."
.
.

Like We Used ToTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang