Epilogue 1

25 4 0
                                    

그 때가 내겐 더 좋았는데
그날이 내겐 더 행복했는데
아직도 이렇게 널 놓지 못해
가끔 들려오는 네 소식조차
다 좋았는데

그 때가 내겐 더 좋았는데
그날이 내겐 더 행복했는데
조그만 미련에 지우지 못해
잊고 또 잊으려 했던 순간에도

어쩌면 네겐 더 좋을 텐데
아직도 이렇게 널 잡지 못해
한참을 멍하니 바라만 보다
가끔 들려오는 네 소식 조차
다 좋았는데

Senyum itu, senyum yang hanya bisa dilihat Rui ketika Jeff bermain dengan bassnya. Dia ingat masa  sekolah bertahun-tahun yang lalu. Rui biasa melihat Jeff berlatih bersama band sekolahnya. Rui tidak terlalu memahami alat musik, tapi dia senang mendengarkan musik. Itu karena Jaehyung selalu minta dia untuk datang.

Yah, Rui juga tidak menyesali itu.

“Thanks, Ru, for invite me in. Karena kamu, aku bisa main-main ke Seoul,” ujar Alea yang sedang menikmati musik live dari The Rose. “Their music is really great!”

Rui tersenyum ketika Alea mengatakan itu sambil menatapnya. Suara di hall itu terlalu berisik untuk Rui bisa menjawab ucapan Alea dengan kata-kata.

“Last but not least,” ujar Sammy beberapa detik setelah menyelesaikan lagu mereka. “Thank you for coming, everybody! Our last song for this encore concert, Red.”

Dylan mulai dengan padplay nya sebelum masuk suara husky milik Sammy.

His voice is so unique. Itu kalimat pertama yang bisa terpikirkan oleh Rui ketika Jeff pertama kali memperkenalkannya.

And that unique voice produce a great beautiful singing voice.

Rui tidak bisa tidak jatuh cinta dengan suara Sammy. Dia hanya menatap Sammy untuk beberapa saat.

Jeff yang merasa kehilangan satu-satunya penonton paling spesial hari itu, menatap Rui lekat dan dalam. Gadis itu agak sensitif. Jadi seharusnya tatapan Jeff selama beberapa detik itu berhasil menyadarkan Rui bahwa Jeff sedang menatapnya.

Dan... sedetik kemudian mata mereka berdua bertemu.

Rui tersenyum ke arahnya, yang entah kenapa membuat kedua pipi Jeff panas. Dia yakin pipinya terlihat memerah. Kenapa juga dia tiba-tiba blushing hanya karena ditatap Rui.

Jeff mengalihkan pandangannya ke arah penonton yang ramai. Tersenyum lebar sambil bermain dengan bassnya.

Diam-diam Rui tertawa kecil. Menyadari betapa salah tingkahnya Jeff di atas panggung. Orang lain mungkin tidak menyadari hal itu. Tapi Rui sudah bersama Jeff selama bertahun-tahun. Dia sangat paham bagaimana kebiasaan pria itu.

Ketika penonton ramai berseru karena konser sudah berakhir, dan para member sedang membereskan alat musik mereka, Rui menarik Alea pergi dari kerumunan itu.

“Kita ke backstage. You, and me, should say hi, rite?”

Rui kira masuk ke backstage untuk menemui teman-temannya tidak akan sesulit ini. Tapi ternyata ada banyak staff dan bodyguard yang mencegah mereka masuk. Meskipun Rui sudah mengatakan bahwa dia adalah teman Jeff.

“It’s okay, hyung. Kami yang mengundang mereka berdua,” ujar suara unik yang hanya dimiliki satu orang di dunia ini, Sammy.

“Oh, Sammy,” ujar Alea cepat.

“Hello, sweethearts. Maaf atas ketidaknyamanannya. Kami lupa bilang ke staff kalau kalian akan ke backstage.”

“Fine. It’s mean that you guys are so popular. Remember what i said before?”

“Haha, thank you, Alea.” Sammy tersenyum. “Let’s go to our waiting room.”

Jeff mengusap puncak kepala Rui singkat sebelum berjalan mendahului kedua gadis itu. Dia tidak ingin staff di backstage hari itu bergosip hal yang tidak perlu. Itu hanya akan menyakiti Rui.

“No water?” tanya Rui sesampainya di waiting room. Padahal dia tidak ikut berteriak sesering penonton yang lain, tapi dia sangat haus. Rui masih tidak paham kenapa penonton konser tidak diperbolehkan membawa air minum.

Jeff memberikan botol air yang berada di meja setelah membukakan tutup botolnya. “Here.”

“Thanks,” ujar Rui dan meminum seteguk. “Aku masih haus tapi kalau aku minum lagi, i should go to toilet. What should i do?”

Ucapan Rui itu sukses membuat Sammy, Leo dan Dylan speechless, sedangkan Alea hanya menggelengkan kepalanya. Rui memang terkadang bisa sepolos itu, Jeff paham sekali sifatmya itu. Meskipun dia juga tidak tahu kapan sikap aneh bin polos Rui muncul.

“Just go to toilet, sweetheart,” jawab Alea menahan kesal. Hal itu bahkan tidak perlu dijawab. Pertanyaan Rui itu pertanyaaan yang amat sangat retoris. Alea juga bingung kenapa dia selalu menjawab pertanyaan semacam itu dari Rui.

“Just drink it up, Ru,” jawab Jeff mengacak puncak kepala Rui singkat. “Nanti aku antar ke toilet.”

Rui dengan cepat menghabiskan air mineral berukuran 500ml itu, meremukkan botolnya, dan melemparkan botol kosong itu ke dalam tempat sampah.

“Maaf teman-teman semua, tapi Rui memang orang yang seperti itu. Mohon dimaklumi.” Alea kembali menggelengkan kepala ketika Rui bersorak kecil karena berhasil memasukkan botol air mineral itu ke dalam tempat sampah.

“She’s such a we... cutie little girl, haha.”

Jeff menatap tajam ke arah Leo yang baru saja berbicara. Dia tahu apa yang awalnya ingin Leo gunakan untuk mendeskripsikan Rui yang baru saja mereka lihat. Tapi karena Rui juga tidak peduli dengan komentar semacam itu, Jeff juga memilih untuk tidak menanggapi lebih jauh.

Rui berdiri tiba-tiba. “I should go to 'there' now,” ujarnya segera berjalan cepat meninggalkan mereka. Jeff yang bahkan tidak sempat menghentikan Rui segera berjalan menyusul gadis itu.

“Sorry for that thing too guys,” ujar Alea sekali lagi menjelaskan. “Rui kalau sedang terburu-buru, seperti mau ke toilet, sering menabrak benda di depannya. That’s why someone should tail her in. I see Jeff is still remember that weird habit.”

Like We Used ToTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang