Chapter One

135 10 0
                                    

.
.
"야! 새끼야!! 미친새끼야!! 나쁜놈아!!!"
Kakinya yang telanjang menendang pasir dengan kesal. Dia juga tidak menyadari sejak kapan sandalnya terlepas dari kedua kakinya.

"Bastard! You fucking asshole!! Brengsek! Shi...!"
Umpatan-umpatannya terhenti ketika sudut matanya menangkap sesuatu yang tidak dia harapkan.

"Anjir! Sejak kapan ada orang disini??" gumamnya sambil menutupi wajahnya dengan hoodie yang dia kenakan. Tanpa berpikir panjang dia segera berlari meninggalkan TKP.

Sedangkan sosok yang tadi sempat memperhatikan hanya bisa mengikuti tubuh gadis itu menghilang smbil memicingkan mata.

"Why?" Sebuah suara membuat dia menoleh. "Someone you know??"

Pria itu menggeleng, tapi kedua matanya masih mengikuti sosok yang sudah hampir tidak terlihat itu.

.
.

Entah sudah berapa tahun Jeff tidak kembali ke kampung halamannya. Ketika Sammy selalu membanggakan California dan pantainya, Jeff ingin sekali mengetuk kepalanya dan mengatakan bahwa dia punya pantai yang lebih indah dari California-nya. Dan lebih privat.

"You're right, Jeff" ujar Leo ketika mereka baru menginjakkan kaki di atas pasir putih yang berkilau tertimpa sinar matahari.

"How can no one is here? At this beautiful beach?" Sam sibuk mengoceh selagi kedua matanya menyapu sepanjang pantai yang dihempas ombak lembut.

"Kalau kau berjalan sejauh satu kilometer dari sini, you'll find crowded beach. Better to go there?"

"Nope!"

Sammy segera menghentikan saran dari Jeff. Kapan lagi di bisa menikmati pantai indah yang belum terjamah wisatawan? Sammy segera berlari meninggalkan Jeff sebelum dia kembali menyarankan hal yang tidak masuk akal. Kaki-kakinya sudah gatal ingin bersentuhan dengan air laut.

Jeff menggelengkan kepalanya, tidak habis pikir dengan perilaku Sammy yang terlalu bersemangat setiap kali melihat pantai.

"Never be familiar with this scene, huh?" Dylan melangkah dengan santai ke sisi Jeff. Pria itu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.

"Yeah..."

Selagi memperhatikan kedua hyungnya bermain air, Jeff menangkap sosok yang tiba-tiba menarik perhatiannya.

Sosok itu berlari dengan kecepatan penuh ke arah pantai, membuat kedua sandal yang dikenakannya terlempar ke belakang. Atau mungkin dia sengaja melakukannya?

"야! 새끼야!! 미친새끼야!! 나쁜놈아!!!"

Oke. Teriakan yang tiba-tiba itu membuat Jeff terkejut. Bahkan hampir membuat tubuhnya terlonjak. Tapi matanya masih belum bisa beralih dari gadis yang kembali berteriak itu.

"Bastard! You fucking asshole!! Brengsek! Shi...!"

Jeff tidak berharap kedua mata mereka bertemu secepat itu. Tapi gadis itu menoleh, seperti menyadari bahwa sejak tadi Jeff memperhatikannya.
Dari jaraknya sekarang, Jeff bisa melihat kedua mata gadis itu yang basah.

Gadis itu menutupi wajahnya dengan hoodie dan dengan cepat berlari meninggalkan tempatnya.

"Why?" Suara Dylan membuat dia menoleh. "Someone you know??"

Jeff menggeleng, tapi kedua matanya masih mengikuti sosok yang sudah hampir tidak terlihat itu.

.
.

Rui mencuci wajahnya dengan kasar, kesal dengan kenyataan bahwa dia baru saja menangis karena seorang pria.

"Shit!" Dia menatap pantulan wajahnya yang terlihat berantakan di cermin.

Ponsel di saku jaketnya tiba-tiba berdering, membuat jaket Rui otomatis menjadi kain lap dadakan untuk mengeringkan tangannya yang basah.

Rui menatap layar ponselnya beberapa detik sebelum menolak panggilan tersebut. Baru saja dia akan menyimpan ponselnya ke dalam saku, sekali lagi benda itu berdering. Kali ini notifikasi pesan.

Sibuk? Kok gak diangkat?

"Gila!" umpat Rui memasukkan kembali ponsel ke dalam sakunya, memakai hoodie dan keluar sambil membanting pintu kamar mandi dengan kasar.


Rui menghampiri kasir dengan langkah cepat. "Minta tisu."

"Kamu kenapa?" tanya Alea sembari memberikan tisu dari balik counter.

"I just hitted on poop." Tangan Rui sibuk mengeringkan wajahnya yang basah. Dia terlalu kesal untuk ingat mengambil tisu di kamar mandi tadi.

Alea menatap Rui bingung. Dia sama sekali tidak mengerti apa yang Rui maksud.

"I'll tell you later."

Rui berbalik sambil melambaikan tangan kanan, memberikan salam perpisahan kepada sahabatnya yang masih harus melanjutkan pekerjaannya.
.
.

Like We Used ToTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang