Jujur saja. Walau singkat, hadirmu sangat berarti bagiku.Aku menoleh ke sumber suara dan, "Oh astaga, Weist?"
*Happy Reading*
Sudah kesekian kalinya aku menguecek mataku, sampai aku juga merasakan sakitnya. Semua itu demi membenarkan penglihatanku yang saat ini tertuju pada pria tampan, putih, dan tinggi. Aku masih tak percaya kalau dia adalah pria yang ingin ku temui sejak aku mengakhiri hidupku. Impian itu tercapai?
Saat ini juga, aku melihat Weist tepat di hadapanku. Aku merasakan debaran jantungku yang memompa lebih cepat, aku tahu, itu tidak dalam ke adaan normal. Jujur saja, ini bukan pertama kalinya. Aku selalu merasakan hal ini tiap kami berdekatan. Apalagi, kini Weist menerbitkan senyum manis di wajahnya membuat adrenalinku seakan hilang separuhnya.
Dia mulai percakapan, "Kau merindukanku?"
Arghh! Lagi, sensasi aneh kembali menyengat telingaku saat suara dari pria itu keluar. Langsung ku anggukan kepalaku dua kali sebagai jawaban atas pertanyaannya tadi.
Kini senyum terus terpatri di wajahnya, seolah itulah jawaban yang ia inginkan dariku.
"Weist" Tanpa basa basi, aku langsung memeluk erat tubuhnya. Dan saat itu juga aku mencium aroma khas parfum yang ia miliki, Clive Christian.
Dia membalas pelukanku, dan aku merasakan kenyamanan yang terulang. Pelukan yang bersifat mematahkan rindu, aku menyukainya. Walau aku tidak tahu, siapa yang lebih rindu di antara kami berdua?
Tanpa sadar, aku meneteskan air mata dan jatuh di pakaian yang Weist kenakan. Entahlah aku seolah lemah jika tentang Weist.
Aku melepas pelukannya terlebih dahulu. Dan aku menyesal melakukannya, padahal aku ingin terus berada lebih dekat dengannya.
"Apa kabar?" Tanyaku sambil memegang erat tangannya. Aku membalas senyum darinya.
Dia tetap diam, seakan bibirnya terkunci dan tidak bisa berkata apa - apa. Aku menggoyang tangannya, berusaha membuat dia sadar dari diamnya.
Namun, perlahan tapi pasti. Weist menghilang seolah hanyut terbawa angin, bergabung dengan udara sampai benar - benar ia tidak terlihat sama sekali oleh mataku.
Aku mencari keberadaanya, barang kali pindah tempat. Tapi hasilnya nihil! Aku kembali menoleh pada Lura yang sejak tadi memperhatikanku dalam diam.
"Lura.. Lura.. kemana Weist? Kemana perginya Weist, Lura? Katakan padaku, kenapa dia menghilang begitu cepat? Aku tidak salah lihat kan? Tadi benar dia kan? Lura jawaaaab!" Lirihku, dan aku membali menangis.
Lura yang risih karena tubuhnya ku guncang, kini menjawab "Hei, kau tidak mimpi. Dia benar Weist, lebih tepatnya itu bayangan Weist"
Bocah itu terus menepuk pelan lenganku, seakan menyuruhku untuk bersabar dengan semua ini.
"Kenapa bukan Weist yang sebenarnya?" Ucapku sesegukan. Kemudian tangisku sedikit mereda.
"Belum waktunya, tapi bersyukurlah Asla! Kau masih di kasih kesempatan untuk bertemu dengannya. Memang singkat, tapi setidaknya membayar sedikit rindu yang kau punya terhadapnya."
Entah kenapa, ucapan Lura barusan malah membuat hasratku untuk bertemu dengan Weist makin menggebu, seolah sudah di puncaknya. Ingin meledak!
"Aku masih bisa bertemu dengan dirinya kan? Bukan bayangannya lagi?" Tanyaku serius.
Lura mengangguk atas jawaban yang ia berikan.
Aku sedikit senang dengan jawabannya, setidaknya aku merasakan kelegaan dalam hati. Walau ku tahu, di dalam sana sedang dalam proses penyembuhan.
Bersabarlah, aku akan menemukanmu dan terus menghabiskan waktu bersamamu sampai detik itu berhenti berputar.
"Ayo, acara akan di mulai." Lura membuyarkan lamunanku.
Aku mengangguk dan melangkah mengikutinya walau kali ini langkahku terasa begitu berat, tetap ku lakukan.
Bersabarlah, Asla. Kau akan mendapatkannya.
***
Aku terduduk sambil melamun. Pikiranku kembali mengupas kejadian singkat di aula depan istana. Aku benar - benar ingat semuanya. Wajahnya yang terus melintas di pikiranku, serta senyuman manisnya yang masih membuat desiran hatiku kembali terulang. Di sela ingatan - ingatan itu semua. Ku sempatkan mataku menjuru setiap sisi ruang, dalam arti, aku mengaharapkan dirinya muncul. Namun lagi, hanya sekadar angan - angan belaka. Aku tersenyum, berhentilah, Asla. Yang tadi sudah cukup bukan?. Batinku dalam hati.
Aku segera sadar dari lamunanku itu, karena ada seorang pelayan yang menawarkanku sebuah minuman. Aku tidak menolaknya, lagian sepertinya itu adalah minuman yang enak. Kelihatannya juga segar. Aku segera mengambilnya, kemudian berterima kasih padanya. Dia mengangguk kemudian pergi dan menawarkan minuman yang sama pada orang yang berbeda.
"Hai, cantik." Seru seseorang. Aku langsung menoleh untuk memastikan bahwa orang itu tengah memanggilku.
Dia tersenyum singkat padaku lalu berkata, "Sendirian?" Selepas itu ia meneguk minumannya yang sama persis dengan punyaku.
"Aku dengan temanku, tapi dia sekarang sedang pergi sebentar." Ujarku jujur.
"Bisakah aku menemanimu?" Tanyanya tanpa ragu.
Aku mengangguk menyetujuinya tanpa pikir panjang terlebih dahulu. "Tentu."
"Kita mulai malam ini?"
Tanpa kusadari, perkataannya barusan membuatku terjerumus dalam masalah besar.
~To be Continued~
.
.
.
.15 Maret 2020~
Jujur aja, aku ngalamin block witter di part ini. Tapi lagi, aku masih berharap kalau kalian masih suka dan terus voment di setiap part.
Love,
Deryxmpm~

KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Find You
FantasiSepasang kekasih yang meninggal di hari yang sama namun dengan cara yang berbeda. Keduanya diserap masuk ke dalam dunia yang saling bertolak belakang. Mereka seolah hidup kembali! Hasrat untuk bertemu sangat menggebu. Namun kendala yang mereka alami...