8. Lemah

44 14 33
                                    

Target views tiap part : 100+
Semoga tercapai dan selamat membaca~

***

"Tutuplah mata kalian."

Setelah titah itu keluar dari mulut sang ratu. Tanpa perlu banyak pikir, semua orang melakukannya termasuk aku dan Lura. Entah kenapa perasaanku kali ini cukup gelisah, serta pikiranku melayang kemana - mana. Tak hanya itu, diriku pun ikut merinding karenanya.

Setelah ku tutup mataku menggunakan penutup khusus. Tanganku mencoba mencari lengan Lura dan mulai menggenggamnya erat. Aku berbisik ke arahnya, "Lura, aku semakin takut."

"Tenanglah Asla." Hanya dua patah kata yang Lura balas ke diriku. Bukannya membuatku tenang tapi malah jadi tegang.

Aku berdecak sebal, "Kau ini, mana bisa aku tenang. Aku pulang saja ya?!" Tanyaku serius namun tak ada tanggapan darinya. Hal ini membuat perasaanku bercampur aduk. Lantaran kesal, aku melepas genggaman tanganku darinya.

"Berdo'a lah." Lagi, perintah sang ratu pada para orang - orang di depannya, yaitu kami. Seketika itu, aku merasakan bahwa seluruh orang menunduk dan mulai berdo'a sedalam mungkin agar bukan mereka yang hilang.

Sebenarnya aku masih bingung, kenapa ada pesta macam ini? Dan apa tujuannya? Tolong jelaskan padaku, siapapun itu.

Lagian, bisa saja aku menghilang dari sini dan pulang ke rumah tanpa sepengetahuan banyak orang. Tapi sebelum aku melakukannya, sepertinya aku harus pikir panjang dulu. Mana mungkin aku nekat bukan? Dan jika aku melakukannya, maka aku akan berurusan dengan sang ratu. Bisa saja aku di hukum atas perbuatan ku itu.

Ah, aku tidak ingin memikirkannya lagi. Saat ini aku sudah pasrah entah apa yang akan terjadi kelak.

"Nikmatilah."

Setelah ucapan terakhir dari ratu Sira. Aku langsung merasakan sakit yang amat luar biasa di tubuhku. Aku menahannya dengan cara mengepal kuat jemariku. Bibirku terus meringis kesakitan seolah mewakili tubuh ini. Ingin rasanya aku berteriak kencang, namun aku juga tidak mau merasakan malu nantinya. Tanganku yang semula mengepal berubah posisi menjadi memeluk tubuhku sendiri, meremas lenganku dengan air mata yang tak tertahan lagi keluar dari pelupuknya. Aku sungguh sangat kesakitan, dan saat ini aku sadar bahwa diriku sudah terduduk lemas di lantai. Dan saat itu juga aku mendengar jeritan demi jeritan menggema di ruangan ini. Ah sial, aku mengira hanya aku yang akan teriak nantinya, ternyata banyak orang yang melakukannya.

Inti pesta ini hanya berlangsung dalam lima menit, namun ketika aku merasakan tubuhku yang seperti di tusuk miliaran jarum, menit itu seolah menjadi abad.

Lura yang membuka penutup matanya duluan dan melihatku sudah terhuyung di lantai, sesegera mungkin dia menghampiriku. Dia memanggil namaku dengan nada yang begitu cemas.

"Astaga Asla, bangunlah." Ucap Lura sambil menepuk - nepuk pipiku berulang kali. Kemudian mencoba untuk membuka penutup mataku. "Apa kau baik - baik saja?" Tanyanya.

Aku spontan menggeleng, bagaimana bisa aku baik - baik saja setelah kesakitan. Tubuhku kali ini sangat lemas. Seperti tidak tersisa sedikit pun tenaga untuk bergerak. "Ke..kenapa pestanya se..se..seper..ti ini?"

"Duh, memang seperti ini pestanya. Kau baru pertama kali merasakannya, oleh karena itu kau belum terbiasa dengan sakitnya." Jelas Lura.

I'll Find YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang