Aku terbangun dari tidurku dan hendak mandi.
Setelah kegiatan itu terselesaikan, aku mencoba untuk beres - beres rumah Lura yang saat ini kutinggali. Rasanya sudah lama sekali tidak di bersihkan, banyak benda yang berserakan di atas meja, lemari yang berdebu, serta sarang laba - laba hampir menumpuk di atap. Jorok sekali sih Lura!.
Aku memulainya dengan membersihkan meja, mengelapnya dengan kain basah yang kutemukan di jemuran belakang. Selanjutnya menyusun buku yang berserakan dan meletakannya di rak buku. Kemudian aku beralih ke tempat lain dan melakukan hal yang sama seperti sebelumnya.
Kegiatan ini menghabiskan waktu sekitar 2 jam setengah.
"Astaga, lelahnya." Aku terduduk di kursi pinggir jendela. Mengipas wajahku yang berkeringat menggunakan telapak tangan, ah tidak ada rasanya.
Setelah ku perhatikan lagi, aku benar - benar pekerja yang handal. Lihatlah rumah ini, rapi sekali! Beda dengan sebelumnya yang seperti kapal pecah. Aku tersenyum. Rela lelah seperti ini, yang penting hidup sehat.
"Kenapa kau senyum - senyum sendiri? Kau pasti menghayal tentang Weist." Lura datang sangat tiba - tiba hingga aku terkaget setelah mendengar suaranya.
Aku mengalihkan pandanganku, "Aku baru saja beres - beres rumah ini, lihatlah, rapi kan?" Tuturku.
Lura memperhatikan sekitar dan baru sadar kalau barangnya sudah rapi semua. "Wow" Kagumnya. "Terima kasih, Asla." Katanya kemudian ku jawab "Ya"
"Kau dari mana? Bilang akan kembali dalam tiga puluh menit, nyatanya sudah hampir empat jam kau baru datang." Tanyaku kesal.
Lura ikut duduk tepat di sampingku. "Ada rapat mendadak." Ujarnya. "Ini undangan untukmu." Dia menjulurkan sebuah amplop biru padaku.
Aku menatapnya lekat, mengambilnya dengan perlahan. Sambil membuka, aku bertanya pada Lura "Undangan apa ini?"
"Lihatlah." Jawabnya yang mampu membuatku makin penasaran.
"Astaga? Pesta macam apa ini Lura?" Aku terpelonjak kaget setelah membaca isi undangan itu. Bukan main - main! Ini pesta penghilangan seseorang.
"Setiap tahun di adakan pesta penghilangan seseorang disini." Lura menjawab santai, karena mungkin dirinya sudah terbiasa dengan hal ini.
Aku mengernyitkan dahiku, "Siapa yang akan hilang? Apa aku?"
Lura tersenyum simpul, "Orangnya di pilih secara acak."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Find You
FantasySepasang kekasih yang meninggal di hari yang sama namun dengan cara yang berbeda. Keduanya diserap masuk ke dalam dunia yang saling bertolak belakang. Mereka seolah hidup kembali! Hasrat untuk bertemu sangat menggebu. Namun kendala yang mereka alami...