B

43.3K 4.4K 1K
                                    

Park Chanyeol itu preman --katanya.

Dia tidak suka didekati oleh orang asing. Galak. Jutek. Kasar. Dikelilingi dengan rumor-rumor tak mengenakkan. Dan merupakan Ketua Tata Tertib diorientasi mahasiswa baru semester ini.

Wajah tampan yang ia miliki tertutupi oleh bentakan-bentakan kasar yang menyakitkan hati. Manik matanya selalu melirik tajam atau mendelik sinis ke para mahasiswa baru. Tidak pernah ada kalimat manis yang lembut keluar dari bibir tebal itu. Membuat ia menjadi orang yang paling ditakuti ketika orientasi mahasiswa baru berlangsung, karena panitia yang lain juga ikutan takut padanya.

Namun, ada satu hal yang para panitia itu tahu. Satu hal yang bisa menjinakkan keganasan Chanyeol. Sayangnya, satu hal itu tidak berada di fakultas mereka dan jarang berkunjung ke mari.

"Iya, Kak!!" seru para mahasiswa itu.

Dahi Chanyeol berkerut. Matanya memicing, "ULANGI!!" Suara beratnya yang dalam, dengan tekstur yang sedikit serak, menjadi mimpi buruk bagi para mahasiswa baru.

"IYA, KAK!!"

Junmyeon, selaku ketua panitia, mengembuskan napas lelah. Chanyeol yang berteriak-teriak, tapi malah tenggorokkannya yang terasa sakit. Memang sih, menjadikan Chanyeol Ketua Tata Tertib itu merupakan hal yang efektif. Pelanggaran yang dilakukan oleh maba, berkurang drastis dari hari pertama sejak kemunculan lelaki jangkung tersebut.

"Yang tadi merasa barang bawaannya tidak lengkap, keluar dari barisan sekarang!"

Mahasiswa-mahasiswa baru itu tertunduk. Beberapa dari mereka saling melirik satu sama lain. Tidak ada yang bergerak keluar dari barisan. Mereka terlalu takut. Anggota Tata Tertib yang lain berkeliling. Memberitahu mereka dengan suara yang lebih pelan agar mengikuti perintah Chanyeol.

Dengan langkah lebar, Junmyeon menghampiri lelaki tersebut. Ia menepuk pundaknya pelan, "Yeol, istirahat dulu," lelaki baik hati itu hanya tidak tega melihat raut pucat milik para junior baru mereka yang seolah diserang beruntun secara mental oleh Chanyeol.

Ujung mata milik Chanyeol, menangkap gerakan pelan dari juniornya yang ingin memisahkan diri, "Sebentar lagi," ucapnya kepada Junmyeon, "CEPAT GERAKNYA!" teriak lelaki itu yang membuat junior tadi nyaris tersandung karena semakin takut.

"YANG DI BELAKANG JUGA JANGAN NGOBROL!" teriak Chanyeol lagi. Dahinya mengerut sebal. Mengamati satu per satu juniornya yang keluar dari barisan dan membentuk barisan lain yang berjarak tiga meter dari barisan utama.

Setelah memastikan sudah tidak ada lagi yang ingin keluar dari barisan, Chanyeol menggenggam pergelangan tangannya di belakang tubuh. Membentuk posisi istirahat di tempat. Mata tajamnya menatap lekat para junior mereka.

"Karena sudah waktunya istirahat, kalian boleh duduk dan buat lingkaran sesuai dengan kelompok masing-masing! Keluarin bekal yang dibawa dan jangan sampai ada makanan yang tidak dihabiskan! MENGERTI?!"

"MENGERTI, KAAAK!!"

Instruksi pun diambil alih oleh Junmyeon. Chanyeol beralih ke barisan yang membawa barang bawaan tidak lengkap. Kali ini, suaranya lebih pelan.

"Di sini ada yang tidak bawa bekal?" tanyanya.

Satu orang mengangkat tangan. Kepalanya menunduk takut. Chanyeol hanya melirik sekilas.

"Junhoe!" serunya.

Yang dipanggil menyahut dan menghampiri, "Kenapa, Yeol?"

"Jatah makan punyaku, beri saja ke junior yang itu," Chanyeol berbisik pelan sambil menunjuk ke arah barisan di depannya. Dahinya mengerut, "YANG TADI ANGKAT TANGAN MANA?! SIAPA YANG SURUH TURUNIN?!" teriaknya sebal. Mau dikasi makan atau tidak sih?!

Junhoe sontak beringsut menjauh sambil menutup sebelah telinganya. Sementara, junior yang dimaksud langsung mengangkat tangan lagi dengan gemetar.

Chanyeol mendesah kasar dan berdecak, "Kau saja yang urus mereka," gerutunya. Kemudian, berjalan menjauh. Meninggalkan Junhoe yang mulai memberi instruksi untuk duduk dan memanggil junior yang tidak membawa bekal tadi agar maju ke depan untuk diberi makanan.

Untungnya, kegiatan mereka lebih sering berada di dalam ruangan seperti saat ini. Jadi, mereka tidak perlu tersiksa karena terus disinari panas oleh sang mentari. Potensi pingsannya mahasiswa atau mahasiswi juga jadi berkurang.

Ruangan itu pun hanya dipenuhi dengan suara grasak-grusuk pelan. Suara bicara mereka juga dengan nada yang rendah. Memastikan agar tidak terlalu ribut.

Chanyeol duduk dan membuka botol air minum.

"Jangan galak-galak bisa kali, Yeol," gumam Kasper pelan. Ia melirik teman sekelasnya yang duduk tepat di samping, tengah menghabiskan isi botol dengan cepat.

Telunjuk Chanyeol menunjuk ke arah belakang mereka, "Tuh, ada cermin. Kau bercermin dulu sana," ujarnya. Sebab, Kasper tidak ada bedanya dengan dia. Oke, mungkin memang Chanyeol yang lebih galak. Tapi, tetap saja, mereka berdua sama-sama galak.

Lelaki tampan itu mengabaikan cengiran Kasper, juga tatapan-tatapan takut yang sesekali dilayangkan oleh beberapa mahasiswa baru yang penasaran dengan apa yang sedang ia lakukan.

Pintu ruangan itu diketuk. Membuat hampir seluruh perhatian, tertuju ke arah sana. Lalu, sebuah kepala menyembul dari celah pintu.

"Permisi.."

Nyaris seluruh panitia bersorak girang di dalam hati mereka. Bahkan, Junmyeon sudah tersenyum lebar. Apalagi ketika matanya menangkap pergerakan Chanyeol.

"Baekhyun!" Lelaki jangkung yang sedari tadi membuat raut tak bersahabat itu segera menghampiri.

Membuat semua maba yang tadi ia teriaki tercengang melihat raut wajah sumringahnya. Bibir tebal itu mengulas senyum lebar. Membuat lengkungan di pipi terlihat. Juga sorot mata yang menghangat.

"Baekhyun, ada apa?" Suaranya mendayu lembut.

"Oh, maaf. Kalian... belum selesai, ya?" tanya Baekhyun tak enak hati ketika melihat barisan maba di dekatnya.

"Belum. Kami sedang istirahat. Ada apa, Baek?" tanya Junmyeon.

"Aku ingin meminjam Chanyeol sebentar, boleh?" tanyanya meminta izin.

Senyuman di wajah Junmyeon melebar, "Oh, tentu saja boleh. Chanyeol tidak perlu kembali lagi kemari. Bagiannya sudah selesai," ujarnya riang. Mengabaikan fakta bahwa Chanyeol masih harus menghukum para maba yang tidak membawa barang lengkap.

"Oh, benarkah? Baguslah," ujar Baekhyun lega.

Tangan berjemari lentik itu digenggam pelan, "Baekhyun tunggu di sini sebentar ya, Chanyeol ambil tas dulu."

Ujaran itu membuat maba yang mendengarnya sontak melotot kaget. Hei! Kemana Park Chanyeol yang menyeramkan selama ini?! Kenapa gaya bahasanya jadi manis begitu?!

Baekhyun mengangguk. Kemudian, ia mengedarkan tatapannya ketika Chanyeol beranjak mengambil tas. Bibir tipis lelaki manis itu melengkung. Memberi senyum menentramkan jiwa kepada para maba.

"Chanyeol tidak memperlakukan kalian dengan keras, kan?" tanyanya lembut.

"T-tidak, kak!!" bohong mereka. Membuat para panitia yang lain sontak menahan tawa.

"Baguslah. Kalau dia berlaku kasar, katakan saja padaku. Oke?"

"Iya, kak!!"

"Manisnya~" puji Baekhyun, yang entah kenapa membuat para maba itu memalu tiba-tiba, "Semoga kalian betah di sini, ya!"

"Baekhyun, ayo!" Chanyeol merangkul bahunya, "Pakai motor Chanyeol saja."

Lelaki manis itu mengangguk. Lalu, melambai pada semua orang di ruangan, "Sampai nanti, teman-teman!"

"Hati-hati, Baek!"

"TERIMA KASIH, KAK!!"

Sepertinya sudah ada idola baru di hati para maba itu. Walaupun yang punya galaknya minta ampun sih :")

TampangBaekhyunCantik

[1] PREMAN [ChanBaek][SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang