Bisakah lebih buruk?

75 2 0
                                    

PRANG!!

Suara benda keramik terjatuh kelantai begitu nyaring ditelinga Luna.Ia sedang berusaha menutup telinganya kuat kuat,tidak ingin mendengar yang seharusnya tidak didengar.Mengunci pintu kamarnya rapat rapat,mematikan lampu dan bersembunyi dibalik selimut.

"JELAS JELAS AKU LIAT KAMU SAMA CEWEK LAIN! MAU NGELAK APA LAGI KAMU HAH!?" Raisa,mama nya membentak.Menyudutkan suaminya agar mengaku atas perbuatannya.

"KAMU JANGAN NUDUH SEMBARANGAN!" Aldi,papanya membalas dengan suara tak kalah kencang.Luna muak,kenapa keluarganya seperti ini.

"Aku gak nyangka ya,dari dulu tuh kamu gak pernah berubah.Selalu nyari yang lain padahal aku udah berusaha ada buat kamu!!" Raisa terisak,ingin sekali Luna datang dan merangkulnya.Tapi ia urung melakukannya.

"Mana ada!! Kamu selalu sibuk sama kerjaan kamu! Jarang ada dirumah, bahkan aku sering liat kamu bareng cowok di kafe!!" sahutnya muak,sebenarnya apa maksud wanita didepannya ini!?

"Dia cuman Partner kerja aku doang!! Gak lebih!!"

"Ma,pa." Luna memanggil dengan wajah datarnya,berada diujung tangga diatas sana "Luna izin keluar,ga tau pulangnya kapan" ucapnya lalu turun dari tangga dan melewatkan kedua orang tuanya begitu saja.

"Liat tuh anak kamu!! Kelakuannya gak ada hormatnya sama sekali sama orang tua!!" Aldi menunjuk nunjuk Luna yang baru saja melewati mereka.

"Dasar anak gak tau diri!! Percuma saya besarin kamu dari kecil! Susah payah nyari uang buat kamu!! Udah gede gaada sopan santunnya!!" teriak Aldi pada Luna yang sudah berada diambang pintu.

Hati Luna hancur,sesak.Ia memejamkan matanya menahan tangis,menghela napas mencoba mentralisir perasaannya yang hancur.Memegang knop pintu lalu menoleh ke belakang.

"Luna..Luna sayang kalian" ujarnya lalu dengan cepat menghilang dibalik pintu.Aldi dan Raisa yang mendengarnya tersentak,terkejut melihat respon putri mereka yang baru saja dimaki maki.

Luna berjalan gontai dipinggir kota,entah akan melangkah kemana kakinya,ia tidak tahu.Hujan baru saja turun tadi sore,genangan air dipinggir jalan cukup menenggelamkan kakinya.

Tiba tiba saja motor dengan kecepatan tinggi melintas di pinggirnya,membuat semua air itu mengenai tubuhnya.Motor sialan itu terus saja jalan tanpa merasa bersalah sama sekali.

Luna menghela napas,bisakah keadaan lebih buruk dari ini? Bajunya jadi kotor sekarang.

Sejujurnya ini bukan masalah besar untuknya.Luna tinggal pergi ke mall dan membeli baju yang baru,dan ia melakukannya.Selepas mengganti pakaian nya ia membuang pakaian nya yang kotor,padahal baru saja ia beli lewat online dan baru datang semalam.

Luna memang orang yang berkecukupan,bahkan lebih dari cukup.Orang tuanya terlalu sibuk mencari uang sampai tidak ada waktu untuk menjaga keharmonisan keluarga.

Luna memutuskan pergi ke kafe,menenangkan pikirannya yang tidak karuan.Lonceng kecil berbunyi ketika Luna mendorong pintu kafe,menarik perhatian beberapa pengunjung.

Ia memesan,setelahnya mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan mencari tempat kosong.Sempurna! Hanya tersisa satu meja dan berada di pojok ruangan,lengkap dengan jendela yang menyajikan pemandangan di luar kafe.Ia menghampirinya,duduk dengan perasaan yang masih kacau.

Luna menghela napas,malam ini.Sama saja seperti malam malam yang lain,selalu saja menjadi malam yang buruk.Dari kecil atau mungkin sejak lahir ke dunia ia belum pernah merasakan keluarga yang harmonis,hari yang menyenangkan dan malam yang indah.Belum pernah.

"Makasih" ujarnya pada pelayan kafe yang mengahantarkan pesanannya.Coklat panas,kesukaanya.Luna sangat menyukai sesuatu yang manis.Cukup kenyataan hidupnya saja yang pahit,setidaknya seuatu yang manis sedikit membantunya menenangkan pikiran.

Tapi untuk sekarang,ini saja belum cukup.

Luna memandang ke langit,melihat nya dengan antusias.Luna melihat sesuatu di atas sana.Ia dengan cepat membayar minumannya lalu pergi meninggalkan kafe,membiarkan coklat panasnya yang belun tersentuh sama sekali.

Luna berlari sekuat tenaga,mengabaikan pandangan aneh orang yang melintas.Untungnya,ia hanya memakai jeans dan kaos panjang.Ini memudahkan nya untuk berlari.

Ia sampai ditempat tujuan,memandang pemandangan didepannya dengan napas yang terengah-engah.Taman,ia hanya ingin pergi ke taman tapi kenapa seperti orang kesetanan saja.

Luna menghampiri bangku kosong di sana,duduk masih dengan napas yang tersenggal.Rambutnya yang semula rapih jadi berantakan,Luna selalu menggerai rambutnya.Ia terbatuk batuk,lalu penyakit Asma nya kambuh.Bodoh,sudah tahu akan jadi seperti ini tapi tetap saja dilakukan.

Ia memasukkan tangannya ke dalam saku,mencari sesuatu.Celaka! Inhaler nya tidak ada,kemana?

"Jangan jangan ikut ke buang sama baju tadi" gumamnya.Luna semakin kesulitan bernapas,ia batuk batuk.Sekarang Bagaimana?! Apotek jauh dari sini.

Luna menunduk,mencengkram keras bangku yang ia duduki."Kira kira kalo gue diemin bakal mati ditempat ga ya?" gumamnya dalam hati,jika iya dia akan mati sekarang juga.Biarlah itu terjadi.

"Maaf mbak permisi,lo gak papa?" seseorang datang menanyakan keadaanya,Luna mendongak menemukan seorang cowok  dengan pakaian urakan didepannya.

Luna tidak sanggup untuk menjawabnya,ia memukulmukul dadanya keras. "Eh mbak,jangan!" larangnya memegangi tangan Luna,ia berlutut agar wajah mereka sejajar.Sudah cukup,Luna sudah lelah dan akhirnya ia pingsan.

"Eh mbak! Lo kenapa!? Bangun dong ntar gue disangka nyulik lo lagi.Masa cowok sekelas jastin biber kaya gue nyulik cewek kaya lo si? Ah sial!" makinya pada diri sendiri,sedikit menyesal karna menghampiri cewek ini.

"Enaknya gue apain?" gumamnya dalam hati.

° ° °

Senin,30 des 2019

HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang