Peran pengganti

29 1 0
                                    

Lagi dan lagi,malam ini luna sedang berada di kamarnya dengan suara gaduh yang berasal dari kamar orang tuanya.Tentu saja,mereka sedang bertengkar hebat.Luna tidak terlalu jelas mendengarnya,tapi ketika terdengar benda keramik pecah Luna lantas bangun dari ranjangnya dan berlari ke kamar orang tuanya.

Langsung menekan knop pintu dan masuk tanpa permisi.Luna terkejut,melihat mamanya yang sudah berlumur darah.Papa Luna pun sama kaget nya,ia tidak sengaja melakukannya.

"MAMAA!!!" Luna berteriak histeris,menghampiri mama nya yang tergeletak pingsan di lantai "Mama bangun maaa!!!!" Luna menangis,memeluk mamanya dengan tanpa mempedulikan genangan darah disana.

"Luna,maafin papa.P-papa..papa gak sengaja.." Papa nya menghampiri,ikut berjongkok melihat keadaan istrinya yang lemah "Telpon ambulan!" bentak Luna,papa nya masih sedikit linglung karena terkejut "CEPEEEET!!!" Luna membentak lebih keras kemudian papanya pergi keluar kamar untuk menelpon ambulan.

Luna tau suatu hari nanti ini akan terjadi,tapi tolong jangan separah ini.Luna tidak bisa melihat mama nya seperti ini.

Siapapun,tolong bantu Luna!!!

°°°

"Gue mati aja dit! Mati aja!" Luna berteriak gila di rumah sakit.Adit memeluknya,berusaha menahan pergerakan Luna yang terus memberontak ingin lepas.

Mendengar penjelasan dokter yang menangani mama nya tadi membuatnya sesak,lebih baik dia yang mati lebih dulu dari pada melihat mama nya menderita.

Sudah sekitar dua jam setelah kejadian tadi.Entah firasat atau apa,Adit kebetulan menelpon Luna ketika dalam perjalanan ke rumah sakit.

"Lun udah lun.Udaaaah!!!" Adit membentak,merasa sudah tidak kuat menahan tenaga Luna yang terus mendorongnya "Tenang...tolong tenang.." Adit melembut dan segera memeluknya sangat erat Sampai Luna kesulitan bernapas.

"Gimana gue mau tenang dit...Mama gue koma...Mama gue dit..." Luna ikut melembut,ia menangis pasrah di pelukan Adit,sedangkan Papa nya hanya menonton mereka sejak tadi.Terus duduk di kursi yang ada di ruang tunggu.

"Gue tau tapi lo coba tenang,kasian mama lo kalo liat anaknya kaya gini" Adit mengelus kepala Luna berkali kali mencoba menenangkan.Adit belum pernah melihat Luna sampai seperti ini sebelumnya.

"LO GAK TAU APA YANG GUE RASAIN JADI LO GAMPANG NYURUH GUE TENANG DIT!!" Luna kembali meledak,terlepas dari pelukan Adit dan menunjuk nunjuk cowo itu geram.Adit menghela napas,andai Luna tau kisahnya.

Sudah berkali kali mereka di tegur oleh suster yang lalu lalang tapi Luna tetap tidak bisa tenang.

Tak lama Luna terbatuk,ia memukul mukul dada nya keras.Pasti kambuh lagi.Luna terlalu memaksakan suaranya,Luna terlalu memaksakan tubuhnya untuk melawan.Ia kelelahan dan inilah yang terjadi sekarang.

"Jangan dipukul" Adit menahan tangan Luna lalu merangkulnya menuju kursi di sebelah Papa Luna "Kenapa?" Papa nya kebingungan melihat Luna kesulitan bernapas.

"Lo bawa obat?" Adit mengabaikan Papa Luna.Luna menggeleng memberi jawaban "Kuat nahan gak? Gue beliin dulu" Adit lagi lagi bertanya,Luna mengangguk.

"Om nitip istri saya bentar" katanya lalu berlari menjauh dari mereka "Anak tolol" gumam Luna menahan lengkungan di bibir nya "Dia siapa?" Papa Luna bertanya,Luna menoleh dengan wajah tidak bersahabat.Masih berusaha bernapas dengan benar.

"Suami aku" jawabnya tambah nyeleneh tapi dengan wajah yang tidak enak dipandang "Kamu kenapa? Sakit apa?" Papa Luna kembali pada pertanyaan awalnya.

"Asma" sahut Luna enteng kembali memalingkan wajah,papa nya sedikit terkejut "Sejak kapan?" Lagi lagi bertanya membuat Luna mau tidak mau menjawabnya "Kelas 7" katanya lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang