Berbeda

16 1 0
                                    

Malam ini,di sisi jalan yang lumayan ramai Luna dan Adit sedang menikmati angin malam.Luna meminta Adit untuk menemaninya dan disinilah cowok itu sekarang.

"Lun,kayanya mau ujan deh" Adit membentangkan telapak tangannya,memastikan apakah ada butiran air yang jatuh atau tidak.

"Bagus" sahutnya santai,sebenarnya Luna sedang tidak baik malam ini.Lagi dan lagi,alasan ia keluar rumah malam hari hanya karena orang tuanya yang terus bertengkar "Mama sama papa lo lagi ya?" tanya Adit padanya,Luna hanya mengangguk lemah mendengarnya.

Hidupnya benar benar miris,hanya Adit yang ia punya sebagai tempat berbagi dan berkeluh kesah.Itupun hanya jika Adit memaksanya untuk bercerita,Luna belum terbiasa berbagi perasaannya dengan orang lain.Setiap ada masalah pasti ia hanya diam dan Adit tau itu,jadi ia memaksa Luna untuk bercerita jika sedang ada masalah.

"Lebih baik gak punya orang tua gak sih?" Luna bertanya dengan tatapan kosong,Adit merangkul perempuan disampingnya menariknya lebih dekat "Bersyukur,seburuk apapun mereka lo beruntung masih punya orang tua" Adit berusaha membuatnya mengerti agar tidak mengulangi kalimat tadi.

"Ya tapi apa fungsinya mereka?! Mereka cuman bikin gue hampir gila setiap harinya dit!" Luna terbawa emosi,Adit menariknya semakin dekat membuat Luna kesulitan berjalan.

"Lo kuat" ujarnya mengecup puncak Luna dari samping,Luna hanya bisa memandang cowok disampingnya ini sabar "Sampe kapan gue harus kaya gini?" kata Luna lagi benar benar lelah dengan hidupnya.

"Sampe lo bersyukur sama apa yang lo punya" Ujar Adit memandang Luna tersenyum,Luna balas memandang tapi tidak ikut tersenyum.Mereka meneruskan langkah,entah kemana tujuan mereka yang penting jalan jalan.

"Dit,gue sayang banget sama orang tua gue" Luna kembali berujar membuat Adit tersenyum mendengarnya "Tapi gue gak tau gimana caranya biar mereka juga sayang sama Gue" lanjutnya lantas membuat Adit mengernyit.

"Mereka sayang kok sama lo" Adit meyakinkan Luna membuatnya bersedih "Sayang dari mana nya,kalo mereka sayang sama gue mereka pasti mikirin gimana perasaan gue pas liat mereka terus terusan berantem" bantah Luna lagi lagi terbawa emosi,kondisinya sedang tidak stabil sekarang ini.

"Mereka punya alesan,Lun" kata Adit lagi membuat luna menatapnya datar "Apa?" Luna berujar dengan nada dingin,terdengar kesal "Oke kalo mereka punya alesan,tapi apa mereka gak pernah mikirin gue?!" Luna lagi lagi emosi,Adit hampir menyerah menasehatinya.

"Luna,gue sayang sama lo" beku,tubuh Luna tiba tiba tidak bisa bergerak.Luna tidak bisa merasakan kepalsuan dari pengakuan cowok didepannya ini "Gue bener bener sayang sama lo" cukup,Luna tidak bisa apa apa sekarang,bahkan mulutnya terasa kaku untuk menjawab.

Adit memegang kedua bahu Luna erat,mengabaikan beberapa pandangan menilai dari orang orang yang lalu lalang.

"Dengerin gue" Adit mengunci pandangan mereka "Gue gak mau lo kaya gini terus Lun.Gue sakit ngeliat lo sakit.Gue sedih ngeliat lo sedih.Gue murka ngeliat lo marah" Adit mengutarakan perasaannya selama ini,Luna benar benar membuat nya hampir gila.Bahkan ia tidak menemukan hal seperti ini pada pacarnya,Dita.

"Dit-"

"Gue gak tau gue kenapa."

"Adit-"

"Gue bahkan bingung apa yang gue rasain ke lo,apa yang gue rasain ke Dita."

Jeda

"Kalian beda..ngasih kesan yang beda juga disaat kita sama sama."

Luna bungkam lagi,mulut nya serasa kelu.Bukan ini yang ia harapkan dari Adit,ia hanya ingin teman dan tempat untuk berbagi perasaanya.Bukan untuk memberikannya.

HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang