Maaf

29 1 0
                                    

"Dia siapa?" Luna bertanya,memandang perempuan disamping Adit datar.

"Pacar gue" sahutnya santuy,gapunya otak emang si adit.Pagi baru putus sore udah punya lagi -author ngegas emosi.Adit kicep.

"Balikan?" Luna merasa aneh,tadi pagi dia bilang udah putus,masa sih balikan Secepat ini.

"Ini baru lagi,yang tadi udah kelaut" sahutnya membuat Luna mengernyit.

"Halo Luna,gue Dita" perempuan itu menjulurkan tangan tapi Luna enggan menyambutnya.

"Jadi lo ngajakin gue ketemuan cuman buat ini?" Luna mulai emosi.

"Gak guna" ucapnya lalu keluar dari tempat semacam kafe yang mereka jadikan tempat janjian.

"Luna! Ko pergi sih!" Adit berteriak memanggil tapi nihil,semua orang ditempat itu menoleh pada Adit.Menjadikan cowo itu pusat perhatian.

"Dia...cemburu?" Dita bertanya dengan polosnya "Engga,dia cuman temen gue" jawabnya lalu mengajak Dita pergi dari tempat itu,masih ditemani dengan pandangan dari orang orang yang menganggapnya aneh.

•••

"Tolol banget gue ngarep sama manusia bajingan kaya dia" Luna memaki dirinya sendiri,ia sedang di taman,sendirian.

"Kenapa juga gue ngelanggar omongan gue sendiri!"

"Kenapa gue harus ketemu sama dia!"

"Kenapa gue harus lari waktu itu sampe gue asma dan akhirnya ketemu dia!!"

"Semuanya salah gue!!"

"GUE BENCI SAMA DIRI GUE SENDIRI!!!"

Gluduk gluduk gluduk

Petir mulai bergemuruh,seolah tau apa yang Luna butuhkan.Tuhan dan Hujan sangat baik padanya.

"Hujan...tolong temenin gue sekarang" lirihnya,Luna mulai menangis.

Hatinya seperti ini bukan karna ia mencintai Adit lalu kecewa karna cowo itu sudah punya pacar.Tapi karna Luna butuh orang yang bisa terus bersamanya tanpa ada orang lain.
Ya,Luna egois.

Yang dia butuh hanya teman untuk membuatnya tenang dan melupakan masalah dirumah,itu saja.

"GAK ADA MANUSIA YANG BISA HIDUP SENDIRIAN DI BUMI!"
Hujan turun semakin deras,membuat pandangan sedikit terhalang.

"DAN GUE SENDIRIAN! APA GAK LEBIH BAIK GUE MATI AJA?!..Gue gak bisa kaya gini terus..."

"AAAAAAAAAA!!!!" Luna berteriak sekuat tenaga,mengeluarkan semua emosinya ditengah petir yang bersautan.

"GUE ADA BUAT LO LUN!" suara itu membuat Luna menoleh,dari arah belakang.

"GUE ADA!" Adit berlari menghampiri Luna,membawa Luna yang sedang berdiri ditengah taman ke dalam dekapanya.

"Lepasin gue!" Luna melepas paksa pelukan Adit padanya.

"Mulut lo racun tau gak! Lo udah bikin gue percaya dan berharap sama lo tapi nihil!.Gak ada yang bisa diharepin dari bajingan kaya lo.Gue pikir lo orang baik dit.." Mata Luna menyiratkan rasa kecewanya yang sangat besar,Adit memandangnya merasa bersalah.

"Maafin gue.." lirih Adit benar benar merasa bersalah,tidak tau lagi apa yang harus ia ucapkan sekarang.

"Sekarang lo pergi! Muak gue ngeliat muka lo!" bentak Luna padanya,tapi Adit malah berlutut pada Luna "Maafin gue.." lirihnya semakin memohon.

"Ok.Gue yang pergi" ucap Luna lalu pergi meninggalkan Adit sendiri.

"Luna maafin gue!!!" teriak Adit semakin keras ketika Luna pergi menjauh.

HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang