✏ 3. Kafeina

27 3 0
                                    

"Cilaaaa!"

Perempuan berkemeja warna navy itu menoleh saat namanya dipanggil.

"Kenapa?" tanyanya pada seseorang yang berlari ke arahnya.

"Ikut aku ke Kafeina, yuk!"

"Ngapain?"

"Ikut aja dulu! Oke? Oke! Yuk, cabut!" jawab orang itu dengan cepat dan tanpa jeda.

Cila yang langsung ditarik tanpa sempat menjawab sekata dua kata tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menurut. Sebisa mungkin ia mengikuti langkah kaki orang itu yang telah menyeretnya ke....



Kafeina?



"Mau ngapain ke Kafeina, Mi?" tanya Cila ditengah perjalanan mereka.

"Kamu tau kan cowok yang waktu itu ku ceritain? Dia hari ini ngajak ketemuan, Cil! Gila banget!" jawab Mia, orang yang menyeret Cila ke arah Kafeina dengan langkah yang antusias.

"Kamu yang ketemuan, kenapa aku harus ikut?" tanya Cila lagi, masih tidak mengerti.

"Temenin aja! Aku malu kalau datang sendirian," sahut Mia memberikan alasan.

Cila memutar bola matanya. Ia yakin pasti sebentar lagi dirinya akan menjadi obat nyamuk.

7 menit kemudian keduanya sudah duduk menghadap seorang laki-laki yang mempunyai lesung pipi dan berjaket denim itu. Belum ada pembicaraan berat antara Mia dan lelaki itu. Cila juga tidak ingin tahu apa yang akan mereka bicarakan.

Pasti obrolan klasik. Cih, batin Cila.

"Kamu anak FISIP, ya?" tanya laki-laki itu membuka obrolan.

"E-eh? I...ya hehe"

"Prodi apa?" tanyanya lagi penasaran.

"HI," sahut Mia dengan cepat.

Laki-laki itu hanya mengangguk sambil menampilkan senyumnya yang....wow siapapun pasti akan meleleh jika melihatnya!

"Kalau kakak?"

Kini gantian Mia yang bertanya pada laki-laki itu.

"Ilmu Biologi," jawabnya dengan gestur yang sangat santai.

Cila dan Mia tentu saja langsung berpandangan dengan ekspresi tak percaya. Mana pernah terlintas di otak dua perempuan itu kalau lelaki di hadapan mereka adalah anak FMIPA, prodi Ilmu Biologi pula! Mereka awalnya mengira bahwa Romy, nama lelaki tersebut, merupakan mahasiswa Ekonomi.

"Serius? Kirain anak FEB," ucap Mia dengan polosnya.

Romy hanya tertawa kecil. Ia mengaku sering kali dianggap sebagai anak FEB oleh orang-orang yang baru saja ditemuinya.

"Karna ketemunya di FEB?" tanya Romy menebak isi kepala Mia.

"Iya...." jawab Mia sambil melirik Cila. Cila hanya menatap Mia balik tanpa berniat menanggapi.

Selebihnya hanya diisi oleh obrolan ringan nan klasik khas dua orang yang sedang pendekatan. Cila sendiri sibuk membuka timeline twitternya sambil meretweet tweet-tweet yang menurutnya seru. Agak sedikit cringe baginya ketika menguping sedikit pembicaraan dua orang yang sedang saling jaga image ini. Dia baru tahu jika ternyata Mia jadi sefeminim dan senaif ini ketika berhadapan dengan mahkluk bernama cowok.

Oh, begitu rasanya pdkt, batin Cila.

Suasana di Kafeina semakin ramai, terutama ini jam sore seperti sekarang. Cila memperhatikan sekitarnya sambil melihat-lihat detail-detail yang menarik perhatiannya. Hingga pada saat itu ada seseorang yang berhasil membuatnya melihat-lihat.

Zero Mile. | HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang