✏ 7. Sushi dan Kopi

21 2 0
                                    

"Kal, harusnya lo nggak usah nanggepin jokes gue kayak begini," ucap Cila.

"Gue nggak nanggepin jokes lo kok. Kebetulan aja gue emang pengen ngabisin duit, makanya gue singgah kesini. Jangan geer ya, Anda," sahut Haikal dengan ekspresi yang mengejek.

"Halah! Banyak bener alesan lo!" balas Cila tidak terima.

"Dih, merasa spesial banget lo? Emang lo siapa?"

"Heh! Jaga omongan lo ya! Naksir gue baru tau rasa lo, mampus! Gue mampusin pokoknya."

"Sehebat apa diri lo bikin gue naksir sama orang modelan kek lo?"

"Hati-hati lo kalo ngomong. Kalo jadi boomerang, gue orang yang ketawain lo paling depan."

Haikal ingin membalas perkataan Cila, namun pesanan mereka sudah terlanjur datang. Karena Cila mulai menyantap sushinya, maka Haikal tidak berniat untuk beradu mulut dengan perempuan itu lagi.

"Kalo nggak bisa makan, kasih gue aja punya lo," sindir Haikal sambil memperhatikan Cila yang bersemangat melihat sushi itu telah berada di depannya.

"Apaan! Malah gue pengen nambah," sahut Cila sambil memasukkan satu buah sushi ke dalam mulutnya.

"Maruk anjir! Yang ini aja belom habis!"

"Perut, perut gue! Yang ngunyah juga mulut gue! Kenapa lo yang sibuk?!"

Cila tidak terima pada Haikal yang selalu mengurusi kehidupannya bahkan pada hal-hal kecil seperti barusan.

"Ya gue sibuk lah! Gue yang bayar! Gue yang tekor!"

Walaupun berkata seperti itu, Haikal tidak menunjukkan tanda-tanda benar-benar merasa keberatan dengan traktiran dadakan yang ia lakukan ini. Ia juga langsung melahap sushinya walaupun sambil mengomel.

"Udah tau bakalan tekor! Kenapa lo bawa gue kesini?! Ya salah lo lah! Lucu!" Cila membalas masih tidak ingin kalah.

"Kan lo yang minta! Mulut lo 10 menit yang lalu bilang pengen Sushi Tei kan? Nih gue turutin! Puas lo?!"

"Tapi gue kan nggak maksa lo buat bawa gue kesini! Emang tadi gue ngerengek sama lo minta bawa kesini? Nggak kan?"

"Emang nggak, tapi lo nyindir gue kalo gue mau merasa bersalah selamanya sama lo, ya nggak usah diturutin. Gitu kan maksud lo tadi? Gue nggak bego ya sama sindiran klasik macam itu!"

"Heh! Lo hidup punya dua pilihan ya! Kalo nggak suka, nggak usah dilakuin! Gitu aja masa musti gue ajarin, Kal? Malu sama umur!"

"Emang gue bisa nolak lo?"

Sambil berkata seperti itu, Haikal meletakkan sumpitnya dan memandang ke arah Cila yang kini sedang membeku. Hening. Kunyahan pada mulutnya juga berhenti seketika ketika kalimat itu terdengar melalui gendang telinganya.

"Ap-apaan dah! Dangdut banget....lo...." sahut Cila tanpa memandang Haikal yang masih setia melihat ke arahnya.

"Cupu banget lo baru digituin udah kicep. Belom aja lo gue gombalin."

"Sianjir!"

Haikal kembali menyantap sushinya hingga habis tidak bersisa. Sedangkan Cila masih salah tingkah dan tidak berani menatap lelaki yang ada di seberangnya hingga beberapa saat.

Ada perasaan aneh sekaligus canggung yang terasa untuk pertama kalinya ketika Haikal mengatakan hal seperti tadi padanya. Entahlah, Cila sendiri tidak tahu apa maksudnya.

"Canda aja anjir. Gitu doang langsung jadi pendiem lo," ucap Haikal kemudian. Ia menyadari kecanggungan yang dirasakan Cila melalui perubahan sikap perempuan itu.

Zero Mile. | HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang