✏ 4. Kerja Kelompok

22 3 0
                                    

"Yang lainnya mana?" tanya Cila ketika mendapati tidak ada temannya yang lain di tempat itu.

"Nyusul katanya."

"Loh? Kok gitu?"

Cila masih tidak bisa menerima jawaban laki-laki yang ada di hadapannya. Kini mereka telah duduk di sebuah meja berwarna putih, di sudut kafe itu yang bersuasana sangat minimalis seperti kebanyakan kafe lainnya.

"Trus gunanya kamu tadi ngebut buat apa?" tanya Cila dengan nada sinis.

"Kenapa? Lo jantungan?" tanya Haikal balik.

"Iya! Kenapa emangnya?"

"Cih, lemah."

"Sianjir-"

"Pesan apa lo? Coffee latte?"

Haikal tiba-tiba bangkit dari kursinya dan memilih untuk memesan minuman. Mungkin juga sekaligus menghindari ketidakterimaan Cila mengenai perkataannya barusan.

"Iced coffee latte!" sahut Cila kedistrak ketika Haikal menanyainya seperti itu.

Haikal hanya mengangguk dan kembali ke tempatnya setelah selesai dengan urusan pemesanan itu.

"Lo entar ikut rapat?"

Cila bertanya kepada Haikal setelah mengecek handphonenya.

"Rapat apaan?" tanya Haikal balik.

"Rapat HARLEM anjir! Kok lo malah nggak tau?"

Cila mulai terheran-heran dengan anak itu.

Fyi, Cila dan Haikal merupakan anggota himpunan di prodinya dan juga satu departemen, yaitu Departemen Hubungan Antar Lembaga, disingkat HARLEM.

"Hah? Kok lo tau HARLEM ngadain rapat?"

Kini Haikal yang mulai keheranan dengan Cila.

"Kan kita satu departemen! Gimana sih anda?!" sahut Cila dengan cepat.

"Serius? Kok gue nggak tau?" Haikal bertanya sambil mengecek handphonenya. Ia membuka grup departemennya dan mencari nama Cila. Dan ternyata......bingo! Ketemu!

"Beneran anjir! Kok gue baru tau sekarang?"

Cila membuang nafasnya berat.

"Lo kemana aja? Oh iya lupa, kan lo kemaren-kemaren nggak ada ikut rapat. Pantes aja nggak tau!" sindir Cila sambil melipat tangannya di depan dada.

"Gue sakit, ya! Beneran sakit gue! Udah ijin juga sama kak Wisnu!" bela Haikal yang tidak terima dirinya dikatakan tidak ikut rapat beberapa waktu lalu ketika departemennya mengadakan rapat untuk pertama kalinya.

"Gii sikit, yi! Binirin sikit gii! Hilih!" cibir Cila.

Bukannya terlihat kesal, Haikal malah tertawa melihat tingkah perempuan itu. Ia mulai menyenderkan badannya ke kursi dan menaruh kedua tangannya ke dalam saku jaket kulit miliknya.

"Kenapa lo? Mau banget gue tau keberadaan lo?" goda Haikal sambil menatap Cila dengan tatapan seorang om-om cabul.

"Dih, geer banget lo!" sahut Cila cepat.

"Ya trus apa?" pancing Haikal lagi.

"Apanya?"

Bukannya tidak bisa menjawab, hanya saja bagi Cila, pertanyaan Haikal sedikit ambigu dan...menggantung?

"Reaksi lo gitu amat waktu gue nggak tau kita satu departemen. Lo kecewa?" tanya Haikal to the point.

Cila melongo mendengar penuturan Haikal. Laki-laki itu memang percaya diri mampus dengan opini dan asumsinya.

Zero Mile. | HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang