✏ 10. Praduga

13 2 0
                                    

Sudah seminggu sejak Cila menyadari ketidakhadiran Mia di kampus. Ditambah lagi ia mengetahui dari kating jika Mia tidak mengajukan cuti apapun. Itu tandanya, sudah tiga minggu juga Mia melewatkan kelasnya. Cila menyadari bahwa pada semester ini, sahabatnya itu tidak dapat mengikuti ujian dan otomatis harus mengulang mata kuliah di semester selanjutnya. Namun, bukan itu masalanya. Hal yang membuatnya gelisah adalah apa yang terjadi dibalik menghilangnya Mia dari  kampus? Apakah sesuatu sedang menimpa perempuan itu? Tetapi mengapa dia tidak mengetahui apapun? Bahkan jika sekuat apapun Cila mencari informasi mengenai keberadaan sahabatnya itu, ia tetap tidak mendapatkan apa-apa. Dalam kata lain, Mia menghilang begitu saja.

"Cil, jadwal lo danusan hari ini kan?" tanya Citra yang membuyarkan lamunan Cila. Sebenarnya, Cila tidak sedang melamun. Dia hanya sedang memikirkan tentang Mia.

"Hah? I...ya hari keknya. Hari ini Rabu kan?" tanya Cila balik.

"Iya. Nanti kalau udah selesai, WA aja ya? Kita tunggu di Kafeina."

"Oh iya bener, nugas ya? Yaudah kalian duluan aja. Ntar gue langsung kesana kalau udah kelar," sahut Cila.

Citra dan Herin langsung meninggalkan kelas selepas ia membuat kesepakatan dengan Cila. Sedangkan Cila sedang mencari keberadaan Haikal yang sepertinya sudah tidak berada di dalma kelas lagi.

"Mana dah tuh bocah?" monolog perempuan itu.

Ia lalu memasukkan binder ke dalam tasnya kemudian berjalan keluar kelas. Sesampainya di depan pintu, ia melihat sosok Haikal yang sedang duduk di kursi depan kelas menunggunya.

"Lah, gue kira lo udah cabut duluan?" ucap Cila ketika melihat lelaki itu.

"Lo lama amat di dalam. Yang lain udah pada bubar, lo masih betah aja di kelas. Ngapain lo? Lagi ngobrol sama penunggu kelas?" nyinyir Haikal tanpa jeda.

"Heh! Enak aja ya tuh congor kalo ngomong! Kaga pernah difilter emang lo ya!"

Lagi-lagi, dia harus merelakan paginya yang indah dengan mendengarkan ocehan Haikal yang tidak mengenakan. 

"Buruan makanya! Ntar kalo telat danusan, lo yang musti bayarin denda gue pokoknya!"

"ENAK AJA!" protes Cila tidak terima.

Haikal tidak menanggapi omelan yang keluar dari mulut Cila. Lelaki itu langsung menarik lengan Cila dan membawanya ke area gazebo fakultas untuk segera melaksanakan danusan bergilir dengan berjualan. Hal itu dikarenakan mereka membutuhkan dana tambahan untuk mengadakan proker acara departemen mereka. Sehingga memaksa mereka untuk bekerja lebih ekstra dalam mendapatkan dana tambahan lainnya.

Hari ini mereka akan berjualan snack biasa dan beberapa minuman seperti air mineral dan air soda. Keduanya membagi tugas, Cila bagian membuat minuman sedangkan Haikal bagian membungkus snack. Saat itu adalah jam pergantian kelas dan istirahat. Otomatis mereka langsung melayani pembeli yang datang ke stand mereka.

Hal ini sudah menjadi pemandangan familiar diantara para mahasiswa. Karena setiap tahunnya mahasiswa yang bergabung dalam himpunan memiliki beberapa proker yang akan mereka jalankan. Selain dana yang diberikan dari pihak prodi, biasanya mereka akan melakukan kegiatan mencari dana tambahan yang biasa disebut danusan.

Kegiatan itu berjalan lancar dalam 20 menit pertama hingga Haikal mendapatkan panggilan di handphonenya.

"Halo? Kenapa Bun?" ucap Haikal ketika mengangkat panggilan tersebut.

Bun? Bunda? Batin Cila.

"Sekarang, Bun? Tapi sekarang lagi jualan. Yaudah, Bunda tunggu 15 menit. Iya. Iya, Bun."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Zero Mile. | HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang